Bius Nihilisme Demokrasi

Bagikan artikel ini

M Djoko Yuwono, Redaktur Senior Grup Pos Kota, Jakarta

Secara tidak sadar, kita sekarang ini sedang masuk di wilayah yang disebut nihilisme demokrasi. Apa itu?

Cornel West (‘Democracy Matter’, 2004) bilang, demokrasi yang berlebihan menciptakan nihilisme demokratik, yakni praktik demokrasi yang diwarnai strategi kebohongan, manipulasi, dan kepalsuan. Demokrasi lebih merayakan trik-trik mengangkat emosi, perasaan, dan kesenangan, dengan mengabaikan substansi politik.

Demokrasi yang berlebihan itu, ini yang sedang terjadi di Indonesia, sistem komunikasinya didominasi oleh jargon-jargon tentang ’perubahan’, ’kemajuan’, ’nasionalisme’, ’kerakyatan’, ’transformasi’, yang semuanya hanya semu dan tidak bisa dijelaskan secara rasional. Problematika bangsa dan negara direduksi menjadi aneka citra manipulatif.

Dengan model demokrasi seperti itu, semua persoalan bangsa dan negara seolah dapat diselesaikan secara instan. Maka, pernyataan-pernyataan seperti ‘gampanglah itu’, ‘tinggal dieksekusi saja’, ‘tidak ada yang sulit kalau kita mau kerjakan’, dan pernyataan sejenis dengan mudah meluncur, seolah persoalan bangsa ini sebegitu sederhananya. Dan, banyak orang kemudian terbius, mengabaikan nalar dan logika.

Selazimnya bius, ia tak akan bertahan lama. Ketika pengaruh bius berakhir, apa yang terjadi? Lihat saja!

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com