Perlu Investasi Kesiagaan

Bagikan artikel ini

Dari kekisruhan terkait polri versus kpk beberapa hari ini, berbagai media mainstream memang menggambarkan Jokowi sebagai presiden boneka. Ada yang bilang bonekanya Ibu Suri, ada yang bilang wayangnya Surya Paloh. Beberapa media yang sejatinya faksi yang anti Paloh, selalu membangun kesan Ibu Suri Mega adalah penguasa belakang layar sesungguhnya. Media pesaing lainnya, menggambarkan bahwa Paloh lah penguasa dan joki satu-satunya yang didengar Jokowi.

Meski penyimpulannya benar, namun karena diwarnai persaingan terselubung antar faksi yang dukung Jokowi, jadinya media justru gagal menggambarkan secara tepat kekuatan-kekuatan besar yang menjadi penguasa bayangan pemerintahan Jokowi-JK.

Menurut saya, meski benar pada taraf tertentu Mega dan Paloh memang merupakan jokinya Jokowi, namun keduanya tanpa disadari justru jadi kedok untuk menutupi siapa saja kekuatan besar dan bahkan sistem , yang menjadi penguasa sesungguhnya di balik Jokowi-JK, Karena menurut saya, baik Ibu Suri Mega maupun Paloh hanya punya hasrat politik dan kepentingan, namun keduanya tanpa punya agenda strategis yang berdampak sistemik dan terstruktur. Keduanya sekadar pengen ini, mau itu, dan kemudian nitip keinginan dan kemauan pada Jokowi.

Saatnya sekarang media harus mulai menyorot apa kerja SBY sekarang. Karena mantan presiden kita ini ibaratnya, masih pegang password program, tapi karena bukan presiden lagi, SOP-nya harus bergantung pada Jokowi.

Kita, terutama yang waktu Pilpres dukung Prabowo, dan Demokrat juga ikut barisan ini, meski SBY sebenarnya mendua, cenderung mengabaikan faktor SBY dalam kisruh yang terjadi belakangan ini. Bisa dibayangkan, jika kenyataannya sudah mantan presiden, tapi tetap saja nggandoli, kalau kata orang Jawa, terhadap pemerintahan baru sekarang. Tak ihlas Jokowi jadi penguasa baru, meski dia masih pegang password program. Sementara SBY enggan untuk dukung penuh Prabowo ketika pilpres, sehingga antara dirinya sebagai Ketua Demokrat dan partainya, ketika itu terkesan mendua hati.

Karena itu keliru besar jika seluruh kekisruhan ini konflik yang mengerucut antara mega versus mega, apalagi antara KIH versus KMP.

Yang sesungguhnya kita hadapi sekarang, adalah sebuah skema kesinambungan yang sudah ditata rapi dalam 10 tahun kekuasaan SBY, dan sekarang hendak dipaksakan untuk dipertahankan melalui pemerintahan baru. Meminjam istilah Prabowo Subianto, gerakan yang sistemik, masif dan terstruktur. Dan sekarang, gerakan ini sedang dimainkan melalui sebuah operasi intelijen. Apapun hasilnya ke depan, kita belum tahu.

Maka ke depan, kita harus berpedoman sebagai berikut: Kita tak tahu kapan gempa akan terjadi, namun kita harus berfokus untuk menanggulangi konsekwensi-konsekwensi yang akan terjadi akibat terjadinya gempa. Karena kita tak bisa meramal masa depan.

Singkat kata, kita harus melakukan investasi kesiagaan menghadapi berbagai kemungkinan yang tak terduga di masa depan.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com