Kebijakan Ekspedisi Militer di Papua Harus Ditafsir Secara Geopolitik

Bagikan artikel ini
Untuk tujuan apa 22.750 pasukan Navy Seal AS yang telah di tempatkan di port Darwin, dalam struktur kemiliteran AS dianggap sebagai angkatan ke 4 dan berfungsi sebagai pasukan penyerbu, pendahulu dan pembuka jalan di tempatkan di Darwin yang hanya berjarak 820 kilometer dari Papua?
Jika untuk menjaga kawasan, kawasan mana yang dimaksud oleh AS ?
Bukankah Profesor Robin Tennant-Wood, dosen Universitas Canberra, pernah menilai kalau penempatan 22.750 pasukan Navy Seal AS di Darwin sebagai ancaman nyata terhadap Papua dan keutuhan NKRI?
Ataukah sejatinya tujuan penempatan 22.750 pasukan Navy Seal AS di Darwin tersebut sebagai bagian dari rancang bangun besar untuk melepaskan Papua dari pangkuan NKRI, sebagaimana pernah disebut secara tersirat dalam artikel Hillary Clinton di Foreign Affairs Magazine berjudul “America’s Pacific Century”, bahwa Papua merupakan salah satu masa depan AS.
Amerika saja suda tempatkan pasukanya di Port Darwin Australia, terus pasukan Indonesia haruskan bertumpuh dan makan tidur dan berkeluarga dan beranak pinak di barak-baraknya di pulau Jawa, WALAUPUN sebenarnay di Papua hususnya di Timika berjejeran barak-barak markas TNI dan Brimob yang begitu banyak, tetapi penting kiranya juga ekpendisi militer ke papua itu sebagai peringatan kepada satuan pasukan Navy Seal AS di Darwin, bahwa Militer TNI akan di padatkan di papua untuk mempertahankan NKRI ke tika situasi genting. Walaupun secarah kualitas militer peralatan berbeda tapi perang gerilya Indonesia tidak boleh di anggap remeh oleh pasukan-pasukan militer dunia internasional, perang gerilya awal kemerdekaan telah menunjukan bukti agretifitas perang gerilya TNI kita.
Poin penting adalah ekspedisi militer di papua itu merupakan oprasi ganda, sehingga sangat keliru ketika teman-teman di kelompok lain misalnya yang melakukan aksi di depan Istana Negara yang mengecam Rombongan militer ekspedisi NKRI di PAPUA sebagai kebijakan pemerintah yang salah. sebenarnya pemerintah juga akan melihat kebutuhan-kebutuhan Masyarakat tetapi isu yang di naikan itu adalah ekspedisi militer, karena situasi kita menghendaki pemerintah harus mengeluarkan isu kebijakan-kebijakan Negara dalam narasi-narasi persfektif kemiliteran seperti itu, strategi seperti ini adalah soal kebutuhan Indonesia.
Kebijakan seperti ini merupakan kretifitas intelijen kita dalam memainkan ISU, untuk mengkanter ISU/Wacana hegemoni militer Asing yang telah menjadi tema pablik soal skema pendudukan Indonesia oleh Militer Amerika yang saat ini telah di tempatkan di Port Darwin Australia, karena itu strategi perang Isu penting karna itu akan di jadikan tema dan skema dalam operasi-oprasi geopolitik, karena dalam geopolitik itu yang harus kita pahami adalah Isu menjadi tema, ketika tema menjadi perbincangan public maka di jadikan skema.
Itulah Yang Harus Kiranya Setiap Elemen Gerakan Harus Memahami GEOPOLITK, Ketidak Cerdasan Dalam Membaca Pergeseran geopolitik Internasional, kita akan jatuh dalam tema yang telah di jadikan skema oleh Asing, yakni melawan Negara di saat kebijakan Negara menyelamatkan Negara.
Maka kecerdasan geopolitik akan kawasan dan perubahan dinamika internasional yang semakin merapat melingkari Negara kita—indonesia penting untuk di pahami oleh SEMUA elemen-elemen gerakan sosial, AGAR KITA tidak menganalisis kebijakan Negara dengan persfektif nilai-nilai. Menganalisis kebijakan negara dengan persfektif nilai-nilai merupakn analisis fatal, akhirnya gerakan yang di munculkan adalah soal perjuangan Nilai-nilai, yakni mencari tau nilai-nilai demokrasi lewat kebijakan Negara, jatuhlah kita dalam perjuangan moral-moral, sementara system tidak bekerja dalam konteks moral-moral tetapi sistem Negara bekerja dengan logika sistem sebagai refleksi atas fluktuasi ketegangan regional/kawasan dan global.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com