Kehadiran ‘Mujahidin’ di Syria Insignifikan

Bagikan artikel ini
Maaf kata, kehadiran ‘mujahidin’ di Syria tak lain hanyalah cannon fodder, sekumpulan daging yang bisa dikorbankan kapan saja demi upaya hegemoni Washington.
Masih ingat FSA? Free Syrian Army, kepanjangannya. Untuk siapa kini mereka bertempur? Erdogan. Ya, sang Sultan Neo-Ottoman kini memimpin gerombolan yang mengaku hendak membebaskan Syria.
Ingat Jabhat al-Nusra yang berganti nama menjadi Jabhat Fateh al-Sham? Satu-satunya tujuan mereka berganti nama hanyalah agar Qatar bisa mengirimkan bantuan tanpa menimbulkan pro-kontra, karena al-Nusra telah terlanjur didaftar menjadi organisasi teroris oleh Washington.
Ingat White Helmets, yang bajunya senantiasa bersih seputih helmnya di medan tempur? Tanpa sumbangan Soros dan negara Uni Eropa, kamera-kamera canggih mereka tentu masih berupa brosur, dan helm yang putih akan segera berwarna kekuningan.
Ingat konvoi ratusan truk Toyota Tacoma, gres dari pelabuhan dan berbendera hitam punya Daesh? Yakinlah, Toyota akan keberatan melepas produknya berkapal-kapal tanpa uang tunai Qatar dan Yordania.
Wahabi, dan derivasinya, di Syria dan di seluruh penjuru dunia, tak berarti tanpa dukungan logistik yang memadai dari para tuannya.
Tanpa dana segar dari Saudi, dan dukungan informasi memecah-belah yang mewabah dari media mainstream, sulit rasanya paham mengerikan ini bisa masuk ke belahan mana pun di dunia.
Ini sebab utama, mengapa kehadiran mereka di Syria menjadi insignifikan. Mereka memang kejam, tapi begundal-begundal ini tak mampu mengisi perutnya sendiri; konon lagi membeli peluru TOW yang sebiji harganya mencapai ratusan juta rupiah.
Washington, adalah sang kepala ular. Tanpa kepala, badan dan ekornya tak punya kesempatan untuk hidup.
Masih untung jauh dari warung sate jamu..
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com