Kenapa BIN Jadi Sasaran Tembak dan Sasaran Amarah Menjelang Pilpres?

Bagikan artikel ini

Amril Jambak, wartawan senior di salah satu media massa harian di Riau

MENYIMAK pemberitaan di media massa cetak, elektronik dan media online serta media sosial (Medsos), belakangan ini rasanya perasaan ini bercampur aduk. Kenapa begitu, karena melihat tingkah laku capres-cawapres, tim sukses, pendukung dan simpatisan yang begitu tajam pertempurannya.

Namun, dari itu semua menurut penulis, bagian dari demokrasi dalam pemilihan presiden (Pilpers) yang akan digelar 9 Juli 2014. Hanya saja, dari beberapa pernyataan-pernyataan yang muncul, penulis membuat satu catatan bahwa dalam Pilpres 2014, Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi sasaran tembak tim sukses, khususnya pasangan Jokowi-JK, mengapa?

Simak saja pernyataan Megawati Soekarnoputri. Dikutip dari liputan6.com, Ketua Umum DPP PDIP ini menyentil pemangku kebijakan agar tidak bermain-main dalam pemilu presiden (Pilpres) 9 Juli 2014. Sentilan itu diarahkan ke Komisi Pemilihan Umum, badan intelijen dan Mahkamah Konstitusi. “Kalau mau tegakkan Demokrasi, jangan KPU bermain, dan nyata kejadian itu (kecurangan), buktinya banyak yang ke MK,” kata Megawati, saat deklarasi koalisi pendukung capres Jokowi, Rabu (15/5/2014), di Jakarta.

Mega mengungkapkan, telah menduga ada permainan dari sistem IT penghitungan suara dalam pemilu legislatif 9 April lalu. Karena menurut dia, memanipulasi penghitungan sangat mudah dilakukan sepanjang itu berjalan di KPU. “Pada saat pertama ini, kejadian-kejadian ini ada, mengapa? Karena buktinya banyak yang masuk ke MK. Kita liat permainan di MK. Permainan politik, memang banyak yang masuk ke MK karena terlalu banyak permainan money politic,” ujarnya.

Mega juga menegaskan, agar intelijen tidak ikut dalam permainan Pilpres tahun ini. Sebab, tandas Mega, pemilu bukan untuk kepentingan orang per orang. “Yang namanya intelijen, jangan ikut bermain. Karena saya tau intelijen itu permainan di dalam negeri yang melindungi negeri, dan bukan kepentingan orang per orang,” tandas Mega.

Lain lagi dengan pernyataan Luhut Panjaitan, anggota tim sukses Jokowi-JK. Seperti dikutip dari merdeka.com, tidak tanggung-tanggung, Luhut Panjaitan menyampaikan serta berharap Badan Intelijen Negara (BIN) harus netral dalam pilpres. BIN tidak boleh digunakan alat politik oleh capres tertentu.

“Sekarang itu sudah ada hitung-hitungannya, orang tuh enggak bodoh juga bahwa posisi Jokowi bagus dan makin bagus, ya kalau Jokowi sampai menang, kita pasti tahu. Saya kan orang intelijen juga, saya lama kan. Saya tahu juga kan kalau mereka main-main, ayo kita main-main. Kalau menang, kami libas nanti. Gitu saja, simple-kan,” kata anggota timses Jokowi-JK, Luhut Panjaitan usai acara Kata Hati Ruhut Poltak Sitompul Dukung Jokowi-JK di Horapa, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/6).

“Jadi enggak boleh itu, dia (BIN) harus taat kepada hukum dan aturan bukan soal libasnya tadi. Dia harus taat kepada ketentuan dan netral. Sebab enggak mungkin itu ditutupi, itu pasti ketahuan. Dan kalau ketahuan berarti kau melanggar Sapta Marga Sumpah Prajurit kalau di TNI. Kalau di BIN, berarti kau melakukan pelanggaran umum,” tambah Luhut.

Dia mengungkapkan, ada beberapa orang yang sudah ditempatkan di BIN untuk mengawasi pergerakan mereka. Sehingga percuma melakukan kecurangan pada Pemilihan Umum Presiden 9 Juli mendatang. Sebab pada akhirnya tetap akan sampai ke dirinya. “Enggak bisa itu, dan pasti ketahuan enggak mungkin tidak. Emangnya kita enggak punya orang di dalam, emangnya mereka hanya nurut, mereka kan enggak bodoh. Jadi saya sejauh ini belum melihat. Mudah-mudahan tidak ada,” kata Luhut. Luhut mempertanyakan mengenai isu fitnah yang menyerang Jokowi melalui tabloid Obor Rakyat. Namun dia meyakini, TNI dapat tetap netral dan menjunjung tinggi janji yang pernah diucapkannya. “Kalau mereka kan kayak fitnah-fitnah tadi. Itu kan sudah jelas, siapa itu yang bikin Tabloid Obor Rakyat. Siapa yang bikin? Tanya saja Polisi. Intinya enggak boleh, sekarang TNI harus pegang Sapta Marga. Saya yakin TNI tetap akan setia pada itu,” tutupnya.

BIN Sudah Pasti Netral

Tembakan yang diarahkan kepada BIN, menurut penulis seharusnya tidak dipublikasikan ke media massa. Karena menurut penulis akan menjadi blunder bagi pasangan yang mereka dukung (Jokowi-JK).

Dengan menempatkan orang-orangnya untuk mengawasi pergerakan BIN tersebut. Penulis memiliki keyakinan akan memperoleh informasi yang terang tentang langkah-langkah anggota intelijen tersebut. Kenapa hasil pekerjaan tidak ditunggu dulu, barulah hasilnya apakah dipublis atau untuk mengetahui sejauh mana profesionalisme BIN itu bekerja.

Tanpa disadari, pernyataan yang dilontarkan tersebut akan menimbulkan sakit hati orang-orang yang berada di dalam BIN itu sendiri. Suka atau tidak suka, mereka yang berada di dalam lembaga pemerintah nonkementerian tersebut juga memiliki gerbong-gerbong yang pastinya memiliki hak pilih dalam pilpres 2014.

Jika ini benar-benar terjadi, akan sangat merugikan orang yang mereka dukung. Maaf tanpa menggurui, pekerjaan yang baik selama ini akan jadi sia-sia, karena satu per satu orang akan meninggalkan pasangan yang didukung, karena pernyataan-pernyataan yang dilontarkan menyakitkan hati orang.

Mungkin sekedar diketahui, BIN memiliki visi dan misi, yakni visinya, tersedianya Intelijen secara CEPAT, TEPAT dan AKURAT sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan nasional.

Sedangkan misi yang mereka usung adalah, mengkoordinasikan seluruh penyelenggara Intelijen negara di tingkat pusat dan daerah, melaksanakan kegiatan dan/atau Operasi Intelijen Luar Negeri, melaksanakan kegiatan dan/atau Operasi Intelijen Dalam Negeri, melaksanakan kegiatan dan/atau Operasi Kontra Intelijen, melaksanakan kegiatan dan/atau Operasi Intelijen Ekonomi, melaksanakan kegiatan dan/atau Operasi Intelijen Teknologi, melaksanakan kegiatan pengolahan dan produksi Intelijen, melaksanakan pengkajian dan analisis Intelijen Strategis, menyiapkan dan meningkatkan dukungan administrasi umum dan sumber daya manusia yang kompeten dan professional dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan dan/atau Operasi Intelijen (See more at: http://www.bin.go.id/profil/visi_misi#sthash.dX1Ie3nJ.dpuf)

Jadi dengan visi dan misi tersebut, penulis memiliki keyakinan tidak akan mengerjakan pekerjaan di luar visi dan misi mereka. Alangkah tidak baiknya jika mereka juga ikut berperan dalam peta politik di Tanah Air ini. Apalagi yang penulis tahu, dalam BIN itu sendiri beragam kalangan, seperti TNI AD, TNI AU, TNI AL, Polri dan sipil. BIN adalah wadah bagi semua insan warga negara terbaik dan pilihan untuk mengabdi kepada negara.

Dalam BIN sudah tidak ada dikotomi “sipil-militer” dan pimpinan BIN diyakini penulis juga telah mempersiapkan mekanisme fit and proper test dalam menentukan figur-figur yang layak memangku jabatan strategis, sehingga mereka yang akan mengabdi ke BIN diluar anggota organik BIN juga terseleksi dengan baik atau “the right man in the right place”. Tentunya mereka punya sumpah dan janji kala masuk dalam pusaran intelijen tersebut.

Penulis juga menyakini bahwa insan intelijen sejati yang berada di BIN juga menyadari “tidak ada untungnya bersikap mendukung atau tidak mendukung salah satu pasangan capres-cawapres” karena siapapun pemenangnya akan menjadi “end user” bagi BIN itu sendiri. Oleh karena itu, anggota BIN sudah pasti akan menjaga profesionalisme dan netralitasnya seperti yang dikemukakan Kepala BIN, Marciano Norman. So, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Luhut Binsar Panjaitan tidak perlu paranoid terhadap intelijen, khususnya terhadap BIN. Jika memang BIN tidak netral, tolong dibuktikan!!!

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com