Sebagai sesama negara-negara pelopor terbentuknya Gerakan Nonblok 1961 untuk menyiasati polarisasi dua kutub di era Perang Dingin, India nampaknya jauh lebih cerdas dan imajinatif menjabarkan politik nonblok di antara Amerika Serikat versus Rusia yang belakangan ini hubungannya semakin memanas. Apalagi dengan pembatalan Perjanjian Nuklir Jangka Menengah (INF) antar kedua negara adikuasa tersebut.
Pada Oktober 2018 lalu India dan Rusia berhasil menandatangani perjanjian pembelian sistem rudal S-400. Bahkan sejak 2012-2017 India telah membeli peralatan militer/senjata senilai 15 miliar dolar AS dari Rusia. Terutama Tank jenis T-90. Begitu juga beberapa helikopter militer.
Kerjasama India-Rusia semakin strategis setelah disepakati adanya penelitian dan pengembagan bersama/joint research and development kedua negara di bidang industri pertahanan strategis, menghasilkan sebuah produk baru: the India-Russia BrahMos supersonic cruise missile.
Baca juga: “Kalashnikov” in India: a Success Story of Bilateral Collaboration
Berkaitan dengan kerjasama yang semakin strategis antara India dan Rusia, beberapa waktu lalu juga telah dibuka sebuah pabrik untuk memfasilitasi ijin memproduksi senapan serbu jenis Kalashnikov (AK) assault rifles pada Maret 2018 lalu. Diharapkan India bakal berhasil memproduksi sekitar 800 ribu senapan serbu jenis AK.
Adapun Angkatan Darat India sampai sekarang masih menggunakan senjata serbu merk INSAS buatan India sendiri. Mulanya Kementerian Pertahanan India membuka tender kepada perusahaan industri pertahanan lokal untuk menggantikan INSAS, namun tidak ada yang memenuhi syarat pihak Kementerian Pertahanan India sebagai user. Sehingga kemudian berpaling ke Rusia, dan menggunakan AK (Kalashnikov automatic rifle).
Maka April 2018 lalu, Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman berkunjung ke Moskow. Menghadiri Konferensi tentang Keamanan Internasional. Melalui event inilah, Menhan Sitharman mengadakan perundingan dengan Menhan Rusia Sergey Shoygu. Dari situ kemudian tercapai kesepakatan membangun pabrik untuk memproduksi senapan serbu jenis AK untuk angkatan darat India.
Kerjasama tersebut diperkuat pada Oktober 2018 melalui penandatanganan antara Perdana India Mentri Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Keputusan India untuk menggunakan Kalasknikov untuk melengkapi peralatan militer Angkatan Darat India, harus dibaca sebagai simbol Kerjasama India-Rusia. Bagi Rusia, ini dipandang sebagai kemenangan ideologis maupun diplomatik terhadap AS dan Blok militer NATO Eropa Barat.
Bagi Indonesia, seharusnya hal ini menginspirasi para stakeholder/pemangku kepentingan strategis bidang pertahanan. Bahwa dalam hal menjabarkan kebijakan pertahanan, terutama dalam pembelian dan pengadaan alat utama sistem persenjataan/Alutsista, kerjasama India-Rusia di bidang pertahanan bisa menginspirasi pemerintah Indonesia dalam menjabarkan politik luar negeri RI yang bebas dan aktif.
Dalam artian, baik terhadap AS dan Blok Barat, maupun Blok Timur (Cina dan Rusia), Indonesia bisa menjalin kerjasama pertahanan/militer atas dasar saling menguntungkan dan saling menguatkan.
India saja, yang notabene masih terikat dalam kerjasama Negara-Negara Persemakmuran eks jajahan Inggris, dalam pengadaan peralatan militer/persenjataan, sama sekali tidak tergantung pada AS maupun blok militer NATO. Bahkan justru banyak mengimpor alat utama sistem persenjataannya dari Rusia. Seperti gambaran kami tersebut di atas.
Hendrajit, mengolah dari berbagai sumber.