Logika Media Mainstream

Bagikan artikel ini
Dalam ilmu logika, argumen seperti itu masuk kategori kesalahan (fallacy) jenis “argumentum ad populum” (menganggap sesuatu itu benar hanya karena banyak orang mempercayainya). Atau bisa juga masuk ke “argumentum ad verecundiam” (menganggap sesuatu itu benar karena ada pakar atau institusi yang dianggap ‘hebat’ yang mengatakannnya).
Coba pikir, apakah hanya karena semua media mainstream memberitakan, sebuah berita DIPASTIKAN benar?
Belum luput dari ingatan, betapa seluruh media mainstream memberitakan bahwa Irak menyimpan senjata pembunuh massal. Atas alasan itu AS dan sekutunya menggempur Irak pada 2003, menggulingkan Saddam Husein, mendudukinya sampai sekarang. Data 2013, sedikitnya ada setengah juta orang Irak tewas akibat pendudukan AS sejak 2003. Pada 2011, dari mulut para pemimpin AS sendiri, muncul pengakuan: TIDAK ADA SENJATA PEMBUNUH MASSAL di Irak.
Di era digital ini, kebohongan akan terus terekam, tak terhapus. Dalam video berikut ini, kedua versi pernyataan mereka disandingkan (awalnya bilang ada senjata pembunuh massal, lalu th 2011 bilang “nggak, saya ga pernah bilang gitu”).
Sekedar info tambahan, versi lengkap video ini saya tayangkan dalam diskusi di sebuah kampus. Saat itu saya diundang oleh organisasi mahasiswa sebut saja, ABC. Di luar ruangan, organisasi mahasiswa yang lain, XYZ, menggedor-gedor, memblokir pintu masuk, berusaha membubarkan acara. Panitia sudah mengundang mereka untuk duduk di dalam, ikut diskusi. Saya juga tidak takut sama sekali, ayo adu data dan argumen. Eh, mereka tidak mau. Ya beginilah perilaku sebagian dari kita. Menyedihkan, padahal sudah ‘makan’ kuliahan.
Ini bukan cuma soal Suriah. Poin pentingnya ada di “kesalahan berpikir”; yang sangat berpengaruh pada bagaimana orang Indonesia memikirkan dan menganalisis situasi di negeri sendiri.
Note:
  1. Bukan berarti apapun yang berasal dari media mainstream harus ditolak dan apapun yang dikatakan media anti-mainstream musti diterima. Kita fokus pada isi, bukan “siapa”. Contoh kasus, buku saya Prahara Suriah pun banyak mengambil sumber dari media mainstream (terutama mengenai aktivitas para “jihadis” karena dulu cuma wartawan dari media mainstream yang bisa masuk dengan aman ke wilayah jihadis), tapi dianalisis dan ditriangulasi dengan data dan dokumen yang lain.
  2. Apa tujuan kebohongan tersebut? Untuk kasus Irak (2003) dan Libya (2011), tujuannya mencari dukungan publik dan PBB agar AS dkk diizinkan menginvasi kedua negara itu. Untuk kasus Suriah (2016), tujuannya agar publik dan PBB mendukung diberlakukannya no-fly-zone di Suriah.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com