Seperti disebut Les Back, profesor sosiologi University of London, tema buku Mary Evans ini jarang dibahas dalam perdebatan tentang apa yang sesungguhnya terjadi di pendidikan tinggi dunia sekarang.
Salah satu aspek penting kajian Evans adalah pendidikan universitas menjadi kian dikomersialkan dan bahwa kita tidak lagi menganggap universitas sebagai institusi pembelajaran. Universitas kini lebih tampil sebagai entitas perusahaan yang menjual produk pendidikan.
Evans mengingatkan tentang konsekuensi merusak pendidikan sebagai komoditas yang dikonsumsi dan diperjualbelikan. Ada aspek korosif menjadikan mahasiswa sebagai pelanggan: melemahkan potensi universitas sebagai tempat menumbuhkan pemikiran.
Ada hal menarik dalam pidato guru besar profesor Al Makin di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, tahun 2018 lalu. Kerja-kerja kampus, menurutnya, masih berat pada kerja administrasi dan birokrasi. Dalam hal itu ia bahkan menyamakan kampus dengan kantor kecamatan dan pemda. Surplus kerja birokrasi menjadikan akademisi mesin-mesin birokrasi, katanya.
Mereka menguras banyak waktu mengerjakan laporan-laporan administrasi ketimbang kerja keilmuan dan advokasi. Bila kedua gagasan ini kita gabung universitas agaknya telah jauh dari misi utamanya sebagai tempat melahirkan pemikiran-pemikiran baru.
Mereka hanya melahirkan kalau bukan konsumen ya ambtenaar, atau kalau zaman sekarang, aparat birokrasi alias Bermental Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Darwati Utieh, Wartawan Senior
Facebook Comments