Membaca Jogja, Jakarta dan Jawa Timur

Bagikan artikel ini

 M Arief Pranoto, Pengkaji Geopoliik Global Future Institute (GFI)

Cermatan saya atas dinamika berbangsa dan bernegara, terutama hiruk (geo) politik, ekonomi serta pikuk keamanan di Indonesia, seringkali bermuara pada asumsi: “Jogja adalah laborat (politik) – Jakarta hanya etalase – sedangkan Jawa Timur merupakan barometer.” Itu pakemnya.

Dengan kata lain, kegaduhan politik (dan keamanan) misalnya —yang terjadi di Jakarta— jika tanpa (kesuksesan) test case di Jogja, bukanlah hal yang perlu dirisaukan. Tidak akan meluas pada skala yang lebih besar. Demikian juga, kegagalan uji coba “skenario” di Jogja, niscaya meredup.

Artinya, skenario apapun yang digelar tak bakal meluas. Cuma jab-jab ringan. Sebaliknya, sukses di Jogja kemungkinan besar akan sukses dimanapun. Jogja adalah laborat politik.

Lalu Jawa Timur? Ia adalah barometer. Bergolak Jawa Timur maka keniscayaan adanya gejolak pada skala lebih besar. Inilah asumsi yang masih hidup dan berkembang di alam bawah sadar Ibu Pertiwi. Asumsi ini, fakta atau opini?

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com