Menebak Arah Koalisi

Bagikan artikel ini

Arif Rahman Hakim

Meski sudah dikukuhkan sebagai capres pada Pilpres 2009 oleh Partai Demokrat, SBY masih merahasiakan siapa yang akan mendampingnya sebagai cawapres. Beberapa nama yang santer disebut di media massa yang dinilai layak mendampingi SBY adalah Hatta Rajasa, Hidayat Nur Wahid, Akbar Tanjung, dan Sri Mulyani.

PKS yang berkoalasi dengan Partai Demokrat telah menyodorkan tiga nama cawapres kepada SBY, namun nama mereka dirahasiakan. Di antara partai-partai papan menengah yang diincar oleh Partai Demokrat untuk berkoalasi, baru PKS yang secara resmi menyatakan kesediaannya berkoaliasi. Sedangkan PKB dan PAN masih belum menyatakan kesediaannya untuk berkoalisi atau tidak.

Pada Pilpres 8 Juli 2009 diperkirakan akan ada tiga capres, yakni SBY, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla (JK). Pencalonan mereka secara resmi diajukan oleh partai masing-masing. Dalam Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) Partai Golkar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (23/4), JK dikukuhkan sebagai capres. Keputusan Rapimnasus itu diambil setelah upaya  JK melamar menjadi cawapres ditolak SBY.

Dua hari kemudian, Sabtu (25/4), giliran PDIP yang mengukuhkan Megawati Soekarnoputri sebagai capres dalam Rapat Kerja Nasional Rakernas) di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Keesokan harinya, Minggu (26/4) Rapimnas II Partai Demokrat mengukuhkan SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, sebagai capres.

Berbeda dengan SBY dan Megawati, pencalonan JK sebagai capres menimbulkan keretakan di partai beringin. Pasalnya majunya JK sebagai capres tak melibatkan DPD II. Yang hadir dalam Rapimnasus itu adalah DPP dan DPD I. Suara Golkar terbelah. Ada yang menginginkan Golkar berkoalasi dengan Partai Demokrat, ada pula yang menginginkan Golkar berkoalisi dengan partai-partai lain. Situasi semakin runyam ketika 25 pengurus DPD I Golkar menerahkan tiga lembar surat ke Jusuf Kalla, Senin (27/4).

Isinya anjuran untuk berkoalisi kembali dengan Partai Demokrat. Selain itu mereka mengajukan nama enam Golkar untuk diusung sebagai cawapres mendampingi SBY, yakni Surya Paloh, Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Fadel Muhammad.

Perpecahan juga terjadi di PPP dan PAN. Di PPP terdapat dua kubu, yakni kubu Ketua Umum Suryadharma Ali yang ingin merapat ke Megawati, dan kubu Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) yang terang-terangan mendukung SBY. Sementara di PAN terpecah antara kubu Amien Rais dan Soterisno Bachir. Amien Rais menginginkan PAN berkoalisi dengan Partai Demokrat, sedangkan Soetrisno Bachir ingin berkoalisi dengan Gerindra.

Dengan dikukuhkannya Megawati sebagai capres, tampaknya peluang Prabowo Subianto dan Wiranto  untuk menjadi capres dari koalisi PDIP-Gerindra–Hanura tertutup. Meski Megawati belum menyatakan siapa yang akan mendampinginya, sejumlah pengamat politik memprediksikan Prabowo memiliki kans besar yang akan mendampingi Megawati.

Lalu bagaimana dengan nasib Wiranto? Dalam perkembangan terakhir di internal Golkar muncul wacana Wiranto paling pas menjadi cawapres untuk mendampingi JK.

Hingga detik ini arah koalisi belum bisa ditebak.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com