Menyikapi Ukraina, Para Diplomat RI Tidak Bermain Cantik Dalam Mempraktekkan Politik luar Negeri Bebas-Aktif

Bagikan artikel ini

Keterangan foto tidak tersedia.

 

Artikel ini menanggapi tulisan Hendrajit yang bertajuk:

Politik Luar Negeri Bebas-Aktif Indonesia Tidak Boleh Larut Pada Skema AS-NATO

Saya sepakat dengan mas Hendrajit, Indonesia sudah terjebak ke dalam skema kepentingan AS dan NATO, seiring dengan sikap Indonesia yang berada di barisan 141 negara yang mendukung Resolusi Majelis Umum PBB yang mengecam agresi Rusia ke Ukraina. Hal ini justru memperlemah bargaining position Indonesia dalam menghadapi AS atas dasar kemitraan yang lebih setara dan saling menguntungkan.

Sebagai negara yang menganut Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif, para diplomat kita di forum PBB maupun forum-forum internasional lainnya, harusnya bisa mempraktekkannya secara lebih cerdas dan jitu di medan diplomasi internasional. Apalagi kalau menelisik kesejarahannya, Indonesia kan pernah menjadi pelopor adanya Gerakan Negara-Negara Nonblok pada era perang dingin dulu. Harusnya peran kepeloporan Indonesia baik di forum Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 maupun Gerakan Nonblok di Beograd 1961, tetap menjadi sumber inspirasi bagi para diplomat kita saat ini.

Maka itu saya setuju dengan tulisan mas Hendrajit yang dalam bacaan saya menilai pelaksanaan politik luar negeri Bebas Aktif kita terkait Ukraina di Majelis Umum PBB tersebut, selain tidak mampu bermain cantik, juga mengabaikan success story sejarah KAA maupun Gerakan Nonblok.

Sepertinya yang tidak disadari oleh para diplomat kementerian luar negeri kita, bahwa implikasi dari sikap Indonesia yang cenderung memihak skema AS dan NATO dalam menyikapi Resolusi Majelis Umum PBB terkait Ukraina, bisa sangat fatal dalam jangka panjang.

Anugrah Saputra, pemerhati politik internasional. 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com