Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)
Kontra skema Moammar Khadafi yang berhasil memobilisasi negara-negara Afrika dalam menciptakan kemandirian ekonomi, dibaca oleh kapitalis-kapitalis mapan di Amerika dan Uni Eropa sebagai bahaya yang bisa merusak kepentingan mereka dalam menguasai kekayaan sumber alam Afrika.
Ternyata yang biki gusar negara-negara Eropa Barat yang tergabung dalam NATO adalah gebrakan revolusioner Presiden Libya Muammad Khadafi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Khadafi lah yang berhasil menghubung seluruh benua Afrika lewat saluran televisi, stasiun radio dan berbagai aplikasi teknologi lainnya seperti telemedicine dan sejenis tele-conference untuk kuliah jarak jauh. Bahkan melalui apa yang dinamakan WIMAX radio bridge, saluran komunikasi antar daerah hingga ke daerah-daerah pedesaan, bisa terjangkau dengan harga murah.
Bermula pada 1992, ketika 45 negara Afrika yang tergabung dalam Regional African Satellite Communication Organization (RASCOM), bermaksud memiliki satelit sendiri di kawasan ini. Di era ketika komunikasi saluran telepon dari dan Afrika memakan biaya yang cukup mahal.Karena pihak negara-negara barat mematok harga sewa penggunaan per tahunnya mencapai 500 juta dolar Amerika. Sehingga boleh dibilang memakan termahal di dunia dalam penggunaan saluran satelit internasional.
Padahal, biaya pengadaan saluran satelit tersebut hanya perlu biaya 400 juta dolar, dan seluruh negara-negara di benua Afrika tidak perlu membayar uang sewa tahunan sampai sebesar 500 juta dolar Amerika untuk penggunaan satelit yang dikelola negara-negara eropa barat tersebut.
Masalahnya kemudian, tak bakal ada satupun sektor perbankan dunia internasional yang mau membantu mendanai proyek yang dijiwai oleh semangat nasionalisme dan kemandirian ekonomi tersebut. Bagaimana mungkin budak atau negara yang selama ini dieksploitasi meminta bantuan dana dari negara-negara yang notabene selama ini mengeksploitasinya seperti Bank Dunia dan Internasional Monetary Fund (IMF).
Alhasil kedua badan keuangan dunia tersebut, Amerika Serikat dan Eropa Barat hanya bisa menjanjikan baru bisa memodali negara-negara Afrika tersebut 14 tahun kemudian.
Namun Muammar Khadafi punya gagasan brilyan. Dia ngajak patungan beberapa negara Afrika dengan Libya mempeloporinya dengan menggelontorkan 300 juta dolar Amerika. Dan sisanya, African Development Bank menambahi sekitar 50 juta dolar Amerika, dan The West African Bank sebesar 27 juta dolar Amerika. Maka terlaksanalah hajatan negara negara Afrika untuk pertama kalinya memiliki saluran satelit sendiri pada 26 Desember 2007.
Menariknya lagi, Rusia dan Cina kemudian tak mau ketinggalan. Melalui bantuan kedua negara superpower tersebut, beberapa negara Afrika juga berhasil meluncurkan saluran satelitnya untuk kedua kalinya. Negara-negara tersebut adalah Nigeria, Angola, Aljazair, dan Afrika Selatan. Mereka untuk kedua kalinya meluncurkan satelit pada Juli 2010.
Dari sekelumit kisah tersebut, bisa dimengeri mengapa negara-negara Eropa Barat yang tergabung dalam NATO begitu gusar. Bayangkan, hanya dengan kekuatan modal swadaya negara-negara Afrika, impian negara-negara barat buat mengeksploitasi penggunaan teknologi Afrika senilai 500 juta per tahun kandas begitu saja.
Sebaliknya, hanya dengan modal swadaya sebesar 300 juta yang dipelopori Khadafi, seluruh negara-negara di Benua Afrika bisa mengakses saluran satelit sendiri.
Maka tak diragukan lagi, keputusan negara-negara NATO untuk menggembur Libya secara militer karena faktor ekonomi. Mereka sedang menghadapi kebangkrutan ekonomi sehingga perlu lahan baru. Amerika sendiri sekarang lagi dililit hutang sebesar 14 ribu miliar dolar Amerika. Sementara Perancis, Inggris dan Itali, masing-masing sedang dililit hutang sebesar 2000 miliar dolar Amerika. Padahal, total hutang 46 negara Afrika ternyata cuma 400 miliar dolar Amerika.
Menyadari gerakan kontra skema Khadafi terhadap negara-negara barat, para kapitalis barat tersebut mencoba membelah persatuan negara-negara Afrika dengan membentuk apa yang dinamakan the Union for the Mediterranean (UPM).Dengan mencoba membelah antara Afrika Utara yang berbasis arab-Islam dan negara-negara Afrika yang berbasis kulit hitam. Namun Khadafi berhasil membaca permainan barat tersebut, ketika ternyata hanya beberapa negara Afrika yang diajak ikut serta dalam UPM tersebut. Dan tanpa sepengetahuan negara-negara yang tergabung dalam the African Union. Tapi lucunya, malah mengundang 27 negara anggota Uni Eropa.
Tentu saja ini bisa dibaca sebagai bukti nyata upaya negara-negara NATO untuk memecah-belah negara-negara Afrika yang berada dalam arahan dari Khadafi. Dan mereka melalui proyek ini telah gagal total. Karena tanpa dukungan dari the African Union, UPM praktis gagal sejak awal mula didirikan.
Pelajaran penting dari kasus ini, ternyata Amerika dan sekutu-sekutu baratnya, tidak akan segan-segan memakai opsi operasi militer jika sarana-sarana diplomasi gagal untuk melayani kepentingan-kepentingan strategisnya.
Skema kontra kapitalisme global Khadafi yang berhasil menggalang kemandirian ekonomi negara-negara Afrika, rupa-rupanya dianggap ancaman berbahaya bagi para kapitalis-kapitalis mapan di Amerika maupun yang tergabung dalam Uni Eropa.