Mohamad Iqbal
Apa yang akan kita pikirkan jika kita mendengar kata “Cina” dalam era globalisasi pada saat ini? Tentu, sejumlah imajinasi atau ungkapan kata sudah terbenak dalam pemikiran kita.
Cina yang dahulunya masih menjadi negara berkembang, banyak kemiskinan, ekonomi yang sama dengan negara bagian ketiga, kini berubah menjadi seekor “Naga” yang menggenggam perekonomian dunia pada saat ini. Produk “Made in China” kita sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia, bukan hanya dalam satu produk saja, akan tetapi 90% dari produksi dunia sudah bisa diproduksi oleh Cina. Mulai dari perabotan rumah tangga, sampai ke tingkat tekhnologi, automotive dan juga militer.
Tentu saja peningkatan perekonomian Cina ini akan berimbas kepada pendapatan negara ini. PDB Cina kian tahun kian bertambah saja, bahkan sudah bisa melebihi Amerika Serikat dalam hal cadangan devisanya. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun kemudian jika Cina terus menggeliat dengan perekonomiannya, maka melebihi PDB Amerika Serikat bukanlah hal yang mustahil.
Mari coba kita bandingkan PDB kedua negara ini dengan asumsi yang dimulai pada tahun 2007. Pada tahun 2007 PDB Amerika Serikat adalah 13,8 triliun dolar.
Dengan ukuran revisi dan kesamaan daya beli, bank dunia memperkirakan PDB Cina pada tahun 2007 adalah 7,1 triliun dolar. Kemudian mari coba kita asumsikan bahwa PDB Amerika Serikat akan tumbuh pada angka 2,8 persen pertahun dari tahun 2007 hingga 2020, mengingat adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 2007 rasanya ini merupakan asumsi yang cukup rasional.
Jadi, pada tahun 2020 nanti maka PDB Amerika Serikat akan menjadi 19,76 triliun dolar. Sedangkan untuk Cina sendiri kita asumsikan PDB Cina tumbuh pada 8,2 persen pertahun, maka pada tahun 2020 PDB China akan menjadi 19,78 triliun dolar, hanya sedikit diatas Amerika Serikat. Akan tetapi secara perlahan tetapi pasti Cina terus meningkatkan PDBnya untuk mengalahkan Amerika Serikat.
Referensi: Buku Gregory C Chow, Memahami Dasyatnya Ekonomi China, Metagraf, Cereative Imprint of Tiga Serangkai, Solo, 2011.