Hendrajit, Executive Director of Global Future Institute (GFI)
Pengantar Redaksi: Di tengah perhatian yang begitu besar pada perkembangan situasi di Afghanista dan Irak, para pakar politik internasional dan politik luar negeri sepertinya luput untuk memonitor perkembangan yang terjadi di beberapa negara eks Uni Soviet seperti Georgia, Ukraina, Azerbaijan dan lain sebagainya. Salah satunya yang menarik, adalah adanya indikasi kuat bisnis persenjataan yang sedang dirancang antar jaringan kelompok hawkish Amerika dan beberapa kroni pmerintahan Presiden Mikheil Sakashvili di Dewan Keamanan Nasional Georgia.
Untuk itu, dalam beberapa hari ini, Global Future Institute secara khusus akan menurunkan beberapa artikelmenyorot berbagai isu strategis yang berkembang di Georgia, sebagai tahapan awal dari suatu studi khusus yang jauh lebih mendalam dan rinci, yang pada perkembangannya nanti akan disusun menjadi satu buku tersendiri secara komprehensif dan integrative.
Berikut adalah artikel pertama dari beberapa rangkaian tulisan yang secara berkesinambungan akan kami turunkan lewat situs kami ini. Tetaplah Berpikir Merdeka.
———————————
Dalam konstalasi global ketika kekuatan korporasi menyetir haluan politik luar negeri sebuah negara, maka persekongkolan lintas negara bisa saja terjadi. Kasus ini Nampak jelas melalui persekongkolan yang dipertunjukkan antara pemerintah Georgia pimpinan Presiden Mikheil Saakashivili dan kelompok Hawkish yang dulunya merupakan tulang-punggung pemerintahan partai republik pimpinan Presiden George W. Bush. Sebuah situs bernama www.euroasianet.org September lalu merilis sebuah berita yang cukup menarik.
Menyusul serbuan militer Rusia ke Georgia akibat manuver militer Georgia bersama persekutuan atlantik utara (NATO) dibaca oleh Rusia sebagai provokasi, maka Georgia mulai mempertimbangkan untuk mengganti peralatan-peralatan militernya yang dinilai sudah using. Dan Georgia, tentu saja sangat berharap Amerika bersedia memasok berbagai jenis senjata strategis kepada Georgia.
Namun sejauh berkaitan dengan Presiden Barrack Obama yang bermaksud untuk menjalin kembali hubungan mesra antara Washington dan Moskow, nampaknya niatan dari Presiden Saakashvili dan para staf penasehat strategisnya di Dewan Keamanan Nasional Georgia, tidak bakal semudah yang mereka bayangkan.
Mengutip berita yang berhasil digali oleh www.euroasianet.com beberapa pejabat tinggi pemerintah Georgia merasa gusar bahwa pihak pemerintahan Obama di Washington praktis telah mencegah adanya transaksi jual beli senjata antara pihak Pentagon dan pemerintahan Saakashvili. Maka, menurut informasi beberapa pejabat pemerintahan Georgia kepada www.euroasianet.com, beberapa pelobi telah ditugaskan oleh pemerintah Georgia untuk melakukan operasi rahasia(clandestine operation) dengan misi membujuk beberapa elemen strategis di Washington agar pihak Washington setuju memasok persenjataan militer kepada Georgia.
Sekadar informasi, sejak Rusia mengobrak-abrik angkatan bersenjata Georgia menyusul pertikaian wilayah perbatasan antara kedua negara menyangkut wilayah Ossetia Selatan pada 2008 lalu, praktis semua kerjasama Washington dan Tblisi berkaitan dengan kerjasmaa militer, praktis telah dihentikan.
Padahal berulangkali Presiden Saakashvili berulangkali menyerukan Washington untuk memasok negaranya beberapa perlatan pertahanan militer strategis (defensive weapons), termasuk senjata-senjata penangkis serangan udara maupun meriam anti tank.
Namun sebagaimana bisa dicermati melalui berbagai berita surat kabar, para pejabat departemen pertahanan Amerika menyatakan bahwa Georgia belum dianggap perlu untuk memiliki berbagai jenis-jenis senjata semacam itu. Yang menarik, salah satu pejabat senior Pentagon yang ditugasi untuk member pernyataan kepada pers berkaitan dengan isyarat penolakan Washington pada permintaan Georgia tersebut dalah Celeste Wallander, Wakil asisten Menteri Pertahanan Amerika untuk urusan Rusia. Jelas tersirat dari penugasan terhadap Wallander adalah dengan maksud untuk menenangkan pihak Rusia bahwa Amerika memiliki itikad baik untuk menolak permintaan pihak Georgia untuk memasok senjata.
Tak heran jika dalam pernyataan off the record kepada www.euroasianet.com, seorang pejabat pemerintahan Georgia menggambarkan penolakan Washington atas permintaan Georgia tersebut sebagai bentuk embargo senjata secara halus pada Georgia.
Dan nampaknya opini semacam itu memang benar adanya. Dalam sebuah wawancara khusus dengan Interfax news-agency, Menteri Pertahanan Amerika Robert Gates secara eksplisit menyatakan bahwa Washington harus berhati-hati dalam member bantuan keamanan (security assistance) kepada Georgia. Jelas bahwa dalam konteks ini Robert Gates berbicara mewakili arah dan haluan kebijakan strategis pemerintah Amerika telah digariskan oleh Presiden Obama.
Namun, yang jadi persoalan adalah, kebijakan strategis Obama yang cenderung kooperatif pada Rusia untuk mengabaikan seruan Georgia untuk memasok senjata kepada mereka, di Washington itu sendiri ternyata masih banyak elemen hawkish yang mengecam sikap Obama yang lebih mementingkan kerjasama erat antara Washington-Tblisi dibandingkan untuk membantu Georgia yang sejatinya adalah sekutu Amerika dan Eropa Barat di kawasan Eropa Timur.
Peran Orion Strategies Sebagai Corong Kepentingan Pemerintah Georgia
Siapakah gerangan Orion Strategies? Orion Strategie merupakan sebuah perusahaan Amerika yang bergerak dalam bidang Public Relations dan Lobby milik Randy Scheunemann, mantan penasehat kebijakan luar negeri John McCains, calon presiden dari Partai Republik pada pemilu 2008 lalu. Saat ini, Scheunemann merupakan penasehat kebijakan strategis mantan calon wakil presiden Sarah Palin.
Yang menarik adalah, Scheunemann dan perusahaannya Orion Strategies telah disewa oleh Dewan Keamanan Nasional Georgia untuk membangun opini dan pencitraan yang bagus bagi Georgia berkaitan dengan niatannya untuk membeli senjata kepada Washington. Dan lebih daripada itu, tentu saja untuk melobi dan membujuk berbagai elemen strategis di Washington agar bersedia memasok senjata kepada Georgia.
Dari berbagai informasi memang John McCains dipandang sebagai salah satu sekutu Georgia yang memiliki pengaruh kuat di dalam proses pengambilan keputusan strategis di Washington.
Alhasil, sulit dibantah bahwa Orion Strategies telah digunakan oleh para penasehat strategis keamanan nasional Presidenn Saakashvili untuk memainkan John McCains sebagai ujung tombak dari gerakan mengecam lunaknya kebijakan keamanan nasional Pemerintahan Obama kepada Rusia.
Bahkan dalam suatu kesempatan, McCains secara terbuka menyerang Obama karena lebih penting untuk menyenangkan pemerintahan Rusia yang otokratik ketimbang membantu Georgia yang sejatinya dianggap sekutu Amerika.
Jika kilas balik ke belakang, memang melalui cetak biru politik luar negeri pemerintahan Presiden Bush, Rusia secara eksplisit memang dianggap sebagai pesaing potensial yang harus diantisipasi. Karena itu wajar jika McCains tampil begitu agresif menyerang kebijakan strategis Obama yang dia anggap lunak dan lemah kepada Rusia.
Karena itu, Scheunemann yang notabene cukup dekat dengan McCains, melalui Orion Strategies, telah memainkan perannya sebagai PR bagi pemerintah Georgia sebaik-baiknya.
Menurut Orion kepada www.euroasianet.com, ada empat kesepakatan pertahanan antara beberapa perusahaan Amerika dan Georgia yang menurut klaim Orion Strategis, kesepakatan tersebut telah dibatalkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika. Dua perusahaan yang terkait pemasokan senjata pada Georgia tersebut adalah General Dynamics dan AM General. Namun sayangnya kedua perusahaan tersebut menolak berkomentar ketika dihubungi oleh www.euroasianet.com.
Meski ada bantahan dari beberapa sumber lain di luar General Dynamics dan AM General, namun informasi ini menggambarkan adanya persekongkolan yang sedang berlangsung antara jaringan kelompok hawkish Amerika dan para pejabat pemerintahan di Tbilisi, khususnya yang dikendalikan oleh Dewan Keamanan Nasional Georgia.
Apalagi melalui fakta lain terungkap bahwa perusahaan Amerika lainnya bernama Arms Tech, dikabarkan sedang berusaha mempersiapkan ranjau darat buat Georgia. Informasi ini bahkan diakui sendiri oleh Joseph Rustick, Direktur Utama perusahaan tersebut. Meski pada perkembangannya rencana ini juga mengalami hambatan, namun lagi-lagi ini membuktikan adanya indikasi kuat bahwa jaringan kekuatan korporasi global yang bergerak di bisnis peralatan pertahanan strategis dan peralatan militer, nampaknya tetap menjalin kerjasama diam-diam dengan pemerintah Georgia. Bahkan yang menariknya lagi, kesepakatan bisnis antara Arms Tech dan pemerintah Georgia ini, ternyata melibatkan pihak Israel sebagai perantara(broker).
Nampaknya bisnis persenjataan, adalah kata kunci untuk menjelaskan motif di balik manuver Geogia membujuk Amerika memasok senjata kepada pemerintahan Saakashvili. Karena jika ditinjau dari perspektif keseimbangan kekuatan antara Rusia dan Georgia, rasa-rasanya Rusia tetap akan lebih unggul dibandingkan Georgia, meskipun Amerika bersedia memasok berbagai peralatan strategis militer kepada pemerintahan Tblisi. Karena itu, adanya manuver pemerintah Georgia membujuk Amerika memasok senjata kepada Georgia, nampaknya lebih dimotivasi untuk mencari untung dari bisnis persenjataan dan peralatan pertahanan strategis. Dan yang bakal menangguk keuntungan, lagi lagi adalah beberapa perusahaan industry pertahanan, yang kebanyakan hingga kini masih dikuasai oleh kroni-kroni George W Bush dan Dick Cheney.
Melihat gelagat ini, wajar saja ketika kemudian Perdana Menteri Vladimir Putin menyatakan bahwa meski belakangan ini ada niatan baik dari pemerintahan Obama untuk memperbaiki hubungannya dengan Rusia, namun Putin melihat bahwa upaya dari berbagai pihak di Amerika untuk mempersenjatai Georgia hingga kita masih tetap berlangsung. “Menurut saya ini nyata, buktinya dua tahun yang lalu tidak ada upaya Georgia untuk mempersenjatai diri, tidak ada agresi, dan tidak ada darah yang tumpah,” begitu kata Putin.
Terlepas dari kasus Georgia dan kroni-kroni pemerintahan Presiden Saakhashvili untuk meminta kesediaan Washington memasok senjata ke negaranya, satu catatan penting kiranya perlu digarisbawahi. Betapa kelompok-kelompok jaringan hawkish masih tetap memiliki pengaruh di Washington, dan nampaknya tetap menjalankan politik luar negeri Amerika yang di luar skema Presiden Barrack Obama. Atau jangan jangan, memang begitulah skenario awalnya. Bahwa meski Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menolak memasok senjata kepada Georgia, namun tanga-tangan korporasi global Amerika tetap menjalankan skenarionya sendiri. Karena merekalah para pihak yang menjalankan politik luar negeri pemerintahan Amerika yang sesungguhnya.