Pemulung Langganan Pesawat Terbang

Bagikan artikel ini

Sjamsoeir Arfie

“Silahkan Bung “ ucapku kepada pria yang duduk di sebelahku sembari menawarkan perment, ia senyum beri anggukan.

Lelaki itu memberikan selembar kartu nama, aku juga, mataku melotot, di atas kartu nama tercantum nama Joko Purnomo Utomo, pekerjaan “Marketing Manager PT. Pemulung Utama”

Pesawat terbang dari Maskapai Penerbangan  Swasta  itu baru mengudara sekitar 30 menit, tujuan Pulau Batam-Jakarta.

“Hampir setiap bulan saya terbang ke Pulau Batam, teman seusaha saya ada yang langganan pesawat terbang ke Semarang, Surabaya, Pontianak , Manado dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Maaf Pak Wartawan, kenalkan ini Boss kami Bapak Muhammad Yusuf Bambang Priyono”.

Kami bersalaman, ngobrol kiri kanan, sebelum pisah di Bandara Soekarno Hatta,Tanggerang, Bpk. Muhammad Yusuf beri waktu untuk sebuah wawancara.

Di sebuah perumahan elita bilangan Bekasi Minggu siang itu saya telah ditunggu Pak Muhammad Yusuf. Sebelumnya di Pos Jaga saya mendapat informasi berharga bahwa di Bpk. Muhammaf Yusuf punya 2 buah rumah mewah dan sebuah villa di Cipanas, di garase rumahnya parkir beberapa buah mobil.

“Saya punya bermacam usaha, antara lain ada yang khusus menangani bisnis kepemulungan “ ungkap dia.

“Pemulung ? tanya saya heran.

“Ya“ jawab dia.

Bercerita Bpk. Muhammad Yusuf, bisnis kepemulungan mirip dengan bisnis biasa, namun untungnya sangat menggiurkan, hanya sebagian masyarakat melihat sebelah mata, karena pemulung suka membongkar tong sampah.

“Sebagai contoh sebuah botol parfum impor yang sebagian dibuang begitu saja ke tempat sampah atau dijual seorang pembantu rumah tangga seharga Rp hanya 2.000 sebetulnya ada yang bernilai Rp 50.000 lebih  perbuah “ cerita Pk.Muhammad Yusuf.

Ceritanya mirip operasi militer, pasukan terdepan terdiri dari pamulung berpakaian kumuh, mereka beroperasi 24 jam, menjalankan tugas bergantian, membongkar tong sampah dan sejenisnya, ada juga yang pakai gerobak.

Tugas mereka mengambil apa saja, mulai dari plastik bekas, koran bekas, buku bekas, asbak bekas, arloji bekas, kaca mata bekas dan sudah patah, botol bekas, pokoknya yang serba bekas, begitu juga dengan pemulung bergerobak, semua strategi binis dijalankan, kadang memelas, pembayaran kerab di bawah perjanjian, sebab penjual jadi kasihan mendengar cerita calon pembeli yang nelangsa.

Setelah barang terkumpul di Lapak (milik juragan kecil), datang pasukan komando bersepeda motor, mereka ini dilengkapi keahlian mengenal barang bermutu, jika dalam pengamatan mereka di antara besi bekas, asbak bekas, kaca mata bolong sebelah, pena yang telah patah dan sebagainya terdapat benda berharga, barang-barang itu, termasuk sepatu robek mereka beli, di tingkat lebih tinggi semua diperiksa, dan hal biasa pada bingkai kaca mata bolong sebelah, arloji karatan, asbak retak, tersembunyi butiran emas dan berlian bernilaian puluhan bahkan ratusan juta rupiah, dan tak jarang pemilik lapak sering kedatangan orang menjual arloji seharga Rp 500.000 setelah transaksi laku dijual lagi hingga Rp 10 juta rupiah.

Dan Pk. Muhammad Yusuf minimal sekali sebulan mengirim orangnya ke berbagai kota di Indonesia, tugas utama mereka membeli botol parfum impor bekas, yang sebuahnya berharga puluhan atau ratusan ribu rupiah, petugas itu pulang pergi naik pesawat terbang, barang dagangan mereka, berkarung-karung botol parfum impor bekas dikirim ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan kapal laut.-

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com