Kusairi, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Nasional
Hari ini, Ahad, 11 Desember 2016, Pukul 01.40, seorang putra terbaik bangsa, Marie Muhammad, mantan Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak era Suharto, yang juga dikenal sebagai “Mr. Clean”, pulang dipanggil Sang Khalik. Tuhan agaknya telah merindukan kepulangan-Nya. Inna lillahi wainna ilaihi raaji’uun.
Secara pribadi, saya tidak mengenal sosok Marie. Namun jaman itu, ketika dipercaya memegang kendali otoritas keuangan negeri ini, baik sebagai Dirjen Pajak maupun Menteri Keuangan, almarhum sudah dikenal sebagai “Mr.Clean”. Ironis memang. Di tengah isu korupsi yang dihembuskan atas Suharto dan lingkaran istana, ada “mutiara” yang bernama “Marie” dipercaya memegang otoritas keuangan negeri ini. Bila dikatakan tak ada pejabat (muslim) yang bersih, apalagi mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Marie sesungguhnya telah menjadi pelajaran hidup yang luar biasa. Sayang zaman itu kita belum masuk era sosmed, era “lebay”, era dimana “kebaikan” dan “keburukan” seorang pejabat bisa menjadi viral dan pada titik tertentu menyengaja diviralkan.
Tak banyak orang yang mengenal sosok seorang Marie.Namun kurang lebih satu minggu lalu, beruntung saya bertemu bekas asisten pribadi almarhum.Asisten yang sempat menemani ketika Marie menjadi pejabat, atau setidaknya saat beliau duduk sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI). Sempat sedikit bercerita, bagaimana kekaguman dirinya secara pribadi, melihat sosok pejabat yang diasisteninya. Sampai Bu Marie, dengan berseloroh selalu mengatakan, “Bapakmu ini sih nggak ada duitnya.” Ini bukan isapan jempol, tapi secara pribadi memang disaksikan sendiri oleh asisten, sebut saja si Fulan namanya.
Bayangan kita bagi seorang mantan pejabat, apalagi mantan Dirjen Pajak, terlebih lagi mantan Menteri Keuangan, mungkin tak terhitung, berapa jumlah tabungan rupiah maupun dolarnya yang dihimpun. Tapi ternyata tidak bagi Marie. Marie malah nyaris tidak memegang uang bahkan untuk beberapa hal, buat kepentingan pribadi misalnya, terpaksa pinjam dari Fulan sebagai asisten pribadinya. Walaupun pada gilirannya bakal diganti. Marie sering tidak mau diberikan fasilitas business class ketika naik pesawat. Bahkan selalu menolak bila pejabat tertentu meng-upgrade tiketnya dari ekonomi ke business class bila melakukan kunjungan ke daerah. Marie pun tidak segan-segan mengembalikan uang negara hasil kunjungan kalau bukan haknya.
Pernah suatu ketika, sepulang dari Abu Dhabi, Marie mendapati seorang TKW asal Indonesia, yang terpaksa terlunta-lunta di bandara selama dua hari, tanpa kejelasan bagaimana nasib kepulannya ke Indonesia. Marie pun dengan murah hati langsung menuju counter pelayanan dan mengatasnamakan “former minister” meminta perhatian TKW tersebut untuk bisa diperhatikan. Karena Marie sempat diantar pihak kedutaan, akhirnya pihak bandara pun mau memberikan pelayanan kepada sang TKW.
Fulan mengatakan, banyak hal-hal pribadi yang menimbukan kesan mendalam bagi seorang Marie. Hingga suatu ketika, saat Fulan memohon ijin untuk bisa memberesi koper, Dia mendapati kaus kaki almarhum yang bolong-bolong. Fulan pun sempat tertegun, seorang Marie, bukan hanya pakaiannya saja yang tidak mudah diganti, bahkan terkesan itu-itu saja, hingga kaus kaki pun tidak bisa diganti.
Di tengah isu maraknya korupsi menghinggapi para pejabat negeri ini, ternyata kita masih bisa melihat sosok seorang Marie. Sebagai mantan pejabat yang bersih, figur Marie memang sangat dihargai. bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, kabarnya masih menyiapkan ruang khusus bagi Marie untuk bisa memberikan advis atas kinerja keuangan dan kondisi moneter Indonesia. Lepas dari takdir penyakit yang mengantar kembalinya seorang Marie kepada Rabbnya, memang ada yang dipendam oleh almarhum dalam memikirkan kondisi republik. Menurut cerita Fulan, almarhum memang agak mengalami “tekanan psikis” atas kondisi republik hari ini. Almarhum merasa, infrastruktur dan kebijakan keuangan yang telah dibangun selama ini, seperti sudah tidak “karuan-karuan”. Entah apa yang dimaksudkan itu.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Yang terpenting lagi dapat menghadirkan tokoh-tokoh yang memiliki komitmen sama dengan almarhum. Selamat jalan Pak Marie…