Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute
Kita pada terpaku pada berita pertemuan Prabowo-Jokowi seputar isu politik apa yang mereka bahas. Sehingga lupa, pesan sesungguhnya justru di soal pencak silat yang seakan cuma berita sampingan. Padahal itulah pesan sesungguhnya dari pertemuan mereka berdua. Coba baca lagi deh berita-berita di media dengan seksama. To read between the line, kalau istilah orang bule. Membaca yang tersirat melalui pertemuan tersurat Prabowo-Jokowi di Istana Bogor, Kamis 29 Januari 2015.
Ada beberapa catatan menarik untuk mengurai pesan simbolik Prabowo-Jokowi melalui filosofi pencak silat. Orang pada sibuk mengira-ngira pembahasan politik apa dalam pertemuan Prabowo-Jokowi, sehingga luput untuk menggali atau meriset filosofi silat yang menjadi bahan obrolan keduanya. Kira-kira saran atau nasehat apa ya yang diberikan Prabowo kepada Jokowi?
Karena Prabowo sendiri mengaku justru mereka berdua ketemu bahas soal Silat, berarti ya inilah pesan tersembunyi di balik pertemuan kedua tokoh sentral Pilres 2014 itu.
Sebagaimana penuturan Prabowo kepada pers seusai bertemu Jokowi di Istana Bogor Kamis Sore 29 Januari, Prabowo melapor pada Jokowi bahwa dirinya kembali terpilih sebagai Ketua Ikatan Pencak Silat Dunia, dan Jokowi telah dijadikan pendekar silat.
Apa makna simbolik di balik pesan ini?
Seluruh pesilat dididik dengan tujuan menjadi seorang pendekar. Pendekar adalah orang yang memiliki adat, adab dan etika yang tinggi sehingga akhlaknya menjadi mulia.
Tutur katanya menyejukkan. Dalam menegakkan kebenaran, dia tidak pernah diam dan berpangku tangan. Tidak pernah berbicara di belakang orang, apalagi saling menjelek-jelekkan. Kependekaran itu tidak ditunjukkan dari kemampuan berkelahi tapi dari hikmah dan kebijaksaan yang dia bawa dari ilmu yang telah sekian lama dia pelajari.
Selain itu, filosifi pencak silat itu sendiri, bisa jadi merupakan dijadikan landasan Prabowo untuk memberikan saran-saran dan nasehat kepada Jokowi.
FILOSOFI dalam PENCAK SILAT, yang bisa digunakan sebagai medium untuk mengirim pesan kepada para elit politik di tanah air saat ini, bahwa sang “adik” (Jokowi) selayaknya menghormati sang “kakak” (Prabowo).
PENCAK SILAT merupakan SIMBOL dari sikap KSATRIA
Kaedah Silat, diawali dengan mewanti-wanti bahwa setiap gerak apapun harus memiliki arti, maksud dan tujuan (sarigig kudu jeung harti)
– Langkah kita baik maju, mundur, atau ke samping harus dilakukan dengan pikiran dan hati tenang penuh kewaspadaan.” (salengkah jeung pipikiran).
– Jika posisi kita dirasakan menguntungkan, maka lanjutkan, tapi jika posisi kita dirasakan merugikan, janganlah gerak itu diteruskan.” (mun sidik alus lakonan, mun sidik goreng singkahan).
– Jika ada anggota tubuh lawan yang tidak terjaga, misalnya tangan atau jari, cepatlah ambil dengan teknik kuncian atau patahan.
– Jika tenaga lawan dirasakan berat, jangan ditahan! belokkan atau dibuanglah.
– Jika badan lawan sudah tidak terhalang lagi maka lakukanlah serangan balik.
Pencak silat lahir dengan adat, adab dan etikanya yang menyertainya juga terutama kaitan antara guru yang mengajarkan keilmuannya dengan murid yang menerima dan dengan orang tua yang mengantarkan murid kepada guru yang mengajarkan.
Berbeda dengan bela diri lain, dimana setiap gurunya memiliki istilah yang berbeda-beda ketika menjabat seperti guru, seperti MASTER, SI FO, (sebutan yah yang lain kak jojo), di dalam pencak silat, tidak ada sebutan begitu, disebut cukup dengan sebutan normal seperti Abah, Bapak, Kakak, Abang, dan seterusnya, sehingga hubungannya seperti sebuah keluarga saja. Benar-benar kekeluargaan. Di perguruan ASBD, sebutan yang kerap di gunakan adalah Kakak atau akrab di panggil kak. Hal ini menggambarkan hubungan antara guru dan murid digambarkan sebagaimana kakak membimbing adiknya. Inilah adat, adab dan etika panggilan yang hidup di lingkungan ASBD.
Adik sudah seharusnya patuh dan menghormati kakaknya yang memberikan bimbingan, kakak sudah seharusnya membimbing dengan penuh keikhlasan dan penuh rasa tanggungjawab. Adik dan kakak sudah seharusnya saling menyayangi, saling asah asih dan asuh. Demikianlah sejatinya hubungan antara kakak dan adik.
Di waktu dulu, sudah menjadi tradisi, bagi murid yang ingin belajar pencak silat, murid tersebut di antar oleh orangtuanya untuk kemudian di serahkan pendidikannya kepada sang guru. Sang guru kemudian menanyakan kepada muridnya tentang kesungguhannya untuk belajar Karena ilmu pencak silat bukanlah untuk sembarang orang dan cukup berat juga proses untuk menguasai ilmunya. Salah satu adat lama, sang guru kemudian mengajukan syarat-syarat kepada muridnya untuk membawa sesuatu sebagai tanda kesungguhan dari muridnya untuk belajar dari sang guru. Syarat itu bisa berupa ayam putih mulus, bisa juga berupa kembang 7 rupa dari 7 daratan, dan seterusnya, yang pada intinya murid di uji keikhlasan , kesungguhan dan tekadnya. Setelah itu barulah di ucapkan ikrar antara guru dan murid, sebagai tanda bukti bahwa mereka telah mulai memikul tanggung jawabnya masing-masing.