Petro Dolar vs Petro Kalajengking

Bagikan artikel ini

Abu Bakar Bamuzaham, Network Associate Global Future Institute (GFI)

Didasari oleh semangat liberalisme, AS dan Inggris pada tahun 1944 mendorong diselenggarakannya Konferensi di Bretton Woods (New Hampshire) Amerika Serikat.

Konferensi ini melahirkan tiga institusi keuangan dunia, yaitu Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Salah satu point penting dalam konferensi Bretton Woods tersebut mengatur bahwa Dolar AS sebagai mata uang yang mengikat sebagai nilai tukar tetap.

Dolar AS sebagai alat tukar resmi Emas. Itu artinya mata uang Dolar AS berperan sebagai pengendali sistem Moneter Dunia, karena seluruh sistem keuangan dunia mengacu pada nilai kurs Dollar AS yang di backup dengan Emas pada waktu itu.

Namun sejak meletusnya perang Vietnam keadaan berubah. Nilai kepercayaan negara-negara lain yang ingin menukarkan Emasnya kepada Dollar US mulai merasakan aroma ketidak-nyamanan.

Adanya sentimen negatif yang kuat akibat beban perang yang harus ditanggung AS selama perang pada tahun 1973 di Vietnam menimbulkan gejolak tekanan kecurigaan yang kuat pada pasar. Menurunnya rasio ini semakin menurunkan kepercayaan masyarakat pada Dolar.

Dan terbukti bahwa kecurigaan tersebut memang bukanlah sesuatu yang mengada-ada, karena pada kenyataanya memang AS tidak mampu mengembalikan Emas pada masa itu.

Akibatnya, terjadi krisis kepercayaan masyarakat dunia terhadap dolar AS. Hal tersebut ditandai dengan peristiwa penukaran dollar secara besar-besaran oleh negara-negara Eropa.

Perancis, pada masa pemerintahan Charles de Gaule, menentang hegemoni Dolar dengan menukaran sejumlah 150 juta dolar AS dengan emas.

Tindakan De Goule ini kemudian diikuti pula oleh Spanyol yang menarik sejumlah 60 juta dollar AS dengan emas, dan juga Presiden Soekarno dari Indonesia yang mulai curiga atas kelicikan AS atas cadangan emasnya.

Praktis, cadangan emas di Fort Knox (AS) berkurang secara drastis yang berujung pada defisit anggaran pada neraca pembayaran Internasionlnya yang menyebabkan Amerika harus menanggung Inflasi.

Ujungnya, secara sepihak, Amerika membatalkan Bretton Woods System melalui Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971, yang isinya antara lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas.

Untuk mensiasati hal itu, maka pada saat berlangsungnya Perang Arab Israel pada Oktober 1973, AS mulai melakukan manuver licik yang mengagetkan dunia. AS mendalangi Perang Yon Kippur antara Israel dan negara-negara Arab.

Perang yang dimenangkan oleh pihak Israel tersebut mendapatkan bantuan persenjataan dari pihak AS. Tentara Israel yang telah berada di pandangan mata di wilayah Timur Tengah mata dikhawatirkan akan memasuki kawasan Damaskus, Kairo, Amman, dan mengancam keberadaan Arab Saudi.

Melalui siasat liciknya, AS yang diwakili oleh Menlu AS Henry Kissinger menekan Raja Faisal dari Arab Saudi pada awal 1974 agar mendapatkan kesepakatan yang mensyaratkan minyak dijual hanya dengan dolar AS, bila tidak disetujui, maka AS mengancam akan semakin memperkuat tentara Israel untuk memasuki wilayah Arab Saudi.

Menlu AS Henry Kissinger sukses bernegosiasi dengan Raja Faisal dari Arab Saudi pada awal 1974 untuk mendapatkan kesepakatan yang mensyaratkan minyak dijual hanya dengan dollar AS (Spiegel 1985, 267).

Kesepakatan ini membuat Arab Saudi harus membujuk negara-negara Arab penghasil minyak lainnya melalui OPEC untuk bergabung menyetujui permintaan Menlu Henry Kisser.

Pada tahun 1975 negara-negara OPEC setuju untuk memberikan harga ekspor minyaknya hanya dengan Dollar AS.

Karena minyak adalah barang yang berharga bagi suatu negara dan karena kebanyakan negara adalah importir minyak, maka persetujuan ini menciptakan permintaan yang terikat pada mata uang Dolar di pasar global.

Keadaan ini membawa pada overvaluation Dolar AS di pasar uang internasional. Akibat kebijakan ini, maka mau tidak mau semua Negara harus mendapatkan Dolar agar dapat membeli Minyak.

Otomatis Dolar AS secara artifisial berangsur naik kembali (Iseri 2009, 139). Inilah cikal bakal lahirnya Sistem Petro-Dollar. Yakni mata uang bukan lagi di back up oleh emas, melainkan dengan minyak.

Diplomasi Kissinger berhasil, oleh Kissinger hal ini disebut sebagai daur ulang Petro-Dollar (Engdahl 2003, 3-4) yaitu keuangan internasional kembali dikendalikan oleh Dollar AS yang dikaitkan dengan jual beli minyak.

Akibat dari ketentuan Petrodollar ini OPEC mewajibkan semua Negara anggota OPEC selaku penjual minyak harus menjual minyaknya menggunakan mata uang dollar. Adapun caranya yaitu dengan menjual minyak mentahnya keluar negeri (ekspor), lalu membeli lagi minyak jadi dari luar negeri (impor minyak jadi).

Dengan cara demikian, Petro-Dolar secara tidak langsung telah mengatur hampir semua negara agar mengimpor Minyak dari luar Negeri, meskipun negara tersebut memiliki sumber alam minyak bumi yang berlimpah.

Konon katanya baru-baru ini ada komoditi yang nilainya lebih tinggi dari emas ya? Menarik tuh untuk dijadikan kurs pengganti sebagai tandingan petro dolar?

Kalau gagasan itu bisa terealisasi, mungkin kelak bukan lagi Petro Dolar, melainkan Petro Scorpion.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com