Dina Y. Sulaeman, alumnus Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate of Global Future Institute (GFI)
Silangsengkarut informasi terkait kasus korupsi PKS membuat saya menyimpulkan satu hal: kita umumnya memang hanya mau mendengar apa yang ingin kita dengar; bukan mendengar apa yang memang benar. Saya seorang facebooker. Teman facebook saya yang berjumlah 5000 orang, berasal dari berbagai kalangan. Dan ini memberikan keuntungan bagi saya sebagai penulis. Di newsfeed saya terpampang ribuan postingan dari sudut pandang yang sangat beragam. Untuk kasus PKS, para pendukung PKS sejak kemarin memposting link-link berjudul “AF minta maaf kepada PKS” atau “mengapa televisi menghentikan tayangan live setelah AF memberi kesaksian yang menunjukkan ketidakbersalahan LHI”. Sebaliknya, mereka yang kontra, akan memberikan link berita yang tidak disebut-sebut oleh para simpatisan PKS, misalnya rekaman pembicaraan LHI dan AF soal perempuan dan uang. Padahal, rekaman itu diputar dalam sidang yang sama, di hari yang sama. Seorang facebooker bahkan menulis ulang pernyataan-pernyataan elit PKS yang tadinya mengaku tidak kenal AF, akhirnya di persidangan terbukti mereka semua pernah berhubungan dengan AF.
Saya tidak akan fokus pada kasus AF-LHI ini. Yang ingin saya soroti, lagi-lagi, soal bagaimana kita menyikapi informasi. Sepertinya, kita tidak lagi menghiraukan frasa bijak ‘perhatikan apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan’. Betul, kredibilitas sumber memang berpengaruh pada kualitas informasi. Tetapi, ketika sama-sama tidak kredibel, tentu dibutuhkan kecerdasan dan akal. Sungguh tidak logis bila mengatakan Tempo atau Kompas tidak kredibel (karena dianggap terbukti berkali-kali melakukan disinformasi dalam berbagai kasus), tapi di saat yang sama, justru percaya 100% pada informasi ala twitternya TrioMacan atau twitternya entah siapa.
Dan inilah yang terjadi untuk kasus Suriah yang saya cermati selama dua tahun terakhir. Saya telah menerima SMS dari seorang aktivis, sebut saja inisial A. A percaya pada analisis saya soal Suriah dan mengirim SMS kepada temannya B, sesama aktivis, untuk mendiskusikan hal itu. B menjawab dengan marah: Saudara dibunuh kok ga marah? Foto keliru aja diributin. Bashar al Kalb [kalb=anjing] dibantu anjing pudel syiah bersama temannya yahudi dan orang musyrik dan kafir membantai saudara saya di suriah adalah FAKTA.
Lihatlah: bahkan untuk sesuatu yang terjadi di depan mata, di negeri sendiri, yaitu kasus PKS, kita bersilang pendapat. Informasi bertaburan, saling berlawanan, entah mana yang benar dan salah, dan semua itu membutuhkan kejelian untuk menelaahnya. Lalu, bagaimana kita bisa tahu PASTI apa yang sedang terjadi di Suriah, negeri yang jauhnya 8500 kilometer dari kita? Kita merasa sangat tahu siapa itu Assad hanya dari informasi sepotong di internet, hanya dari foto-foto yang bertebaran, yang banyak terbukti ternyata palsu. Lalu kita sebarkan kebencian pada mazhab lain. Bahkan kalaupun Assad benar-benar pemimpin brutal, tak layak bila kita nisbahkan kebencian kita kepada mazhab tertentu. Sama tak layaknya bila gara-gara LHI korupsi (bila terbukti di persidangan) lalu kita membenci dan mengolok-olok semua simpatisan PKS.
Berikut ini beberapa perkembangan terbaru Suriah selama bulan Mei 2013, yang menurut saya penting dicermati. Apa gunanya kita mencermati masalah Suriah? Karena, sebagian muslim Indonesia merasa sangat ‘terlibat’ dengan Suriah. Kita tentu tak mau, bencana yang terjadi di Suriah, yang bersumber dari kebencian akut dan tak rasional itu, terjadi pula di Indonesia. Mari kita jaga Indonesia agar tetap damai. Berdebat oke, tapi jangan sampai angkat senjata, meledakkan bom, atau membakar rumah saudara sebangsa yang beda mazhab.
1. Pembongkaran makam Hujr bin Adi
Awal Mei 2013, puluhan orang yang tergabung dalam kelompok-kelompok pemberontak di Suriah memorakporandakan kompleks makam Hujr Ibn Adi (salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw) di Adra, dekat ibu kota Damaskus. Mereka juga menggali makam dan membawa jenazahnya (yang dikabarkan masih utuh) ke tempat yang hingga kini masih tak diketahui. Aksi tersebut tentu saja mendapat kecaman keras dari berbagai pihak, baik dari kalangan awam, ulama, maupun sejarawan.
Di Suriah memang kita bisa menemukan sangat banyak kuburan sahabat Rasulullah, termasuk Bilal bin Rabah yang terkenal itu. Makam-makam itu diperindah, dirawat, dihormati, dan dikunjungi para peziarah dari berbagai penjuru dunia. Kalau penghormatan pada makam dianggap bid’ah dan melanggar agama; bagaimana bila kita tanya pada diri sendiri: relakah kita bila makam ayah atau kakek kita dibongkar seenaknya oleh orang lain? Atau, akankah bangsa Indonesia diam saja bila seandainya kompleks makam pak Harto dihancurkan, makamnya dibongkar, dan jenazahnya diambil entah untuk tujuan apa? Makam tokoh-tokoh sejarah sejatinya adalah situs sejarah; yang akan menjadi pelajaran bagi generasi-generasi berikutnya.
2. ‘Mujahidin’ yang memakan jantung mayat
Sebuah video mengerikan diunggah secara online pada tanggal 12 Mei 2013. Dalam video tersebut, terlihat seorang milisi pemberontak yang mengenakan perlengkapan militer, sedang menyayat bagian dada sesosok jenazah, yang disebut sebagai tentara Suriah. Video itu terverifikasi (artinya: tidak bisa lagi dibela dengan menyebut ‘itu fitnah’). Orang di dalam video itu, si pemakan jantung, adalah Abu Sakkar, pendiri kelompok militan Farouq Brigade. Ini mengingatkan kita pada tokoh Hindun yang memakan jantung Hamzah, paman Nabi setelah perang Uhud. Apa sumber dari perilaku keji seperti ini? Tak lain: kebencian.
3. Para ‘mujahidin’ akhirnya saling bentrok
Para ‘mujahidin’ Suriah sebenarnya terdiri dari banyak kelompok. Meski semua angkat senjata (dan sebagian menggunakan teknik bom bunuh diri), namun sebenarnya di antara mereka punya banyak perbedaan. Salah satu kelompok milisi yang disebut-sebut sangat kuat adalah Jabhah Al Nusrah (JN). Pada tanggal 7 April 2013 pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, merilis video berisi seruannya agar para mujahidin bersatu untuk berjihad mendirikan sebuah negara Islam. Dua hari kemudian, pemimpin Daulah Al Islamiyah Al Iraqiyah, Syaikh Abu Bakr al-Baghdadi merilis pengumuman penyatuan perjuangan jihad Irak dan Suriah dalam membentuk satu pemerintahan Islam yang meliputi wilayah Syria dan Irak. Al-Julani (pemimpin JN) kemudian menjawab pengumuman ini dengan merilis video berisi rekaman suaranya. Antara lain, ia mengatakan tidak diajak berkonsultasi terkait rencana penyatuan perjuangan tersebut. Namun, al-Julani juga tidak secara tegas menentangnya. Ia hanya mengatakan bahwa pengumuman penyatuan itu prematur dan kelompoknya akan terus menggunakan nama JN, namun ia tetap menyatakan kesetiaannya pada Ayman al-Zawahiri.
Pernyataan dari Al Julani ini ternyata menimbulkan ketidakpuasan dari milisi Suriah yang pro al-Baghdadi. Akhirnya, pada pertengahan Mei, terjadi pertempuran antara keduanya di Aleppo yang menewaskan lebih dari 300 orang dan banyak lainnya terluka. JN diberitakan juga mengeksekusi 25 anggota pendukung Al Baghdadi.
Sejak lama saya sudah menulis prediksi bahwa kalaupun Assad tumbang, pertempuran tidak akan berhenti karena adanya perbedaan besar di antara para milisi. Kini terbukti, Assad belum tumbang saja, bahkan di antara milisi yang satu ‘perguruan’ pun sudah saling bentrok. Dan jangan dilupakan, sebenarnya ada kelompok-kelompok oposisi Suriah yang menentang Assad, menginginkan Assad mundur, tetapi menolak perang dan intervensi asing. Menurut mereka, yang bergabung di bawah payung National Coordination Body, perjuangan melawan Assad seharusnya dilakukan dengan cara-cara demokratis.