Pusat Kajian Asia Tengah – Bagian 2 (Habis)

Bagikan artikel ini

Arti Penting Asia Tengah Secara Geostrategis

Kawasan Asia Tengah merupakan jantung lintasan ‘Silk Road’ atau Jalur Sutera, dan ‘cross-road’ (persimpangan) penting penghubung Benua Asia dan Eropa. ‘Silk Road’ yang merupakan lintasan perdagangan antara Asia (Cina) ke Eropa (Roma) dan Timur Tengah sudah terbentuk sejak Dinasti Han (202 SM – 220 M). Saat itu kekaisaran di Cina ingin memperdagangkan produk sutera yang melimpah di wilayah kekuasaannya untuk dibarter dengan produk dari daratan Eropa seperti emas, perak, gading wol, obat-obatan, minyak wangi, batu mulia, kaca serta barang-barang dari logam. Makin populernya bahan sutera dengan berbagai kegunaannya kemudian memunculkan istilah Silk Road (Jalur Sutera) di sepanjang rute perjalanan Caravan pengangkut sutera.

Jalur Sutera selain sebagai lintasan dagang juga sekaligus menjadi tempat bertemunya berbagai budaya, agama, adat-istiadat serta berkembangnya ide-ide besar yang membentuk peradaban modern. Pada tahun 1987 UNESCO (UN Educational, Scientific and Cultural Organization) meresmikan pembentukan suatu proyek ‘the Silk Road is a Road of Dialogue’. Sebagai ‘Center of Civilization’ di Asia Tengah, Uzbekistan memiliki obyek-obyek wisata bersejarah berupa bangunan-bangunan kuno seperti museum, monumen, madrasah, masjid, benteng pertahanan dan komplek pemakaman. Dengan kekayaan budaya yang tak ternilai di Uzbekistan, maka sejak tahun 1990-an UNESCO menetapkan 4 (empat) kota yaitu Samarkand, Bukhara, Khiva dan Syahrisabz sebagai World Heritage Sites.

Wilayah Asia Tengah merupakan tempat lahir dan berkembangnya para ilmuwan pengetahuan umum maupun ulama-ulama kaliber dunia. Mereka hidup pada rentang waktu mulai abad 8 sampai 13. Tokoh-tokoh besar dunia di bidang agama adalah: Imam Bukhari, Imam Tirmidhi, Naqsahbandi, Zamakshari, Samarqandi, serta ilmuwan kaliber dunia seperti: Ibnu Sina (kedokteran dan pengobatan), Al-Khorazmi (geografi, matematik yang menemukan angka 0), Al-Farghani (aritmatik, geografi dan astronomi), Rayhan Beruni (geodesi dan astrologi).

Panglima perang Amir Temur telah dinobatkan sebagai tokoh besar simbol kejayaan bangsa Uzbekistan. Dia adalah perpaduan antara panglima perang, negarawan, politisi, ekonom, budayawan dan sekaligus pembangun peradaban Islam di Asia Tengah dan wilayah taklukannya. Amir Temur memulai karirnya sebagai tentara pasukan Mongol di Asia Tengah, kemudian memisahkan diri dan membangun kekaisarannya dari Afghanistan-Uzbekistan pada tahun 1370, dan secara bertahap meluaskan kekuasaannya dari wilayah Asia Tengah, Caucasus (Armenia, Azerbaijan dan Geogia), Iran, Irak, Suriah, Pakistan, India, Rusia dan puncaknya pada tahun 1402 mengalahkan Sultan Bayazid dari Dinasti Ottoman. Usaha terakhir untuk menaklukkan Kaisar Ming dari China terhenti bersama dengan kematiannya di tengah perjalanan ekspedisi pada awal tahun 1405.

Bubarnya Uni Soviet tahun 1991 diikuti oleh munculnya 15 negara baru termasuk di kawasan Asia Tengah, yaitu Kazakstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Ke-lima negara ‘Stan’ memiliki kesamaan dalam segi agama (mayoritas Islam), suku bangsa (Turkic), budaya, sejarah, sistem pemerintahan otoriter warisan Uni Soviet, sumber energi melimpah, dan lokasi geografis strategis. Dua faktor terakhir yaitu sumber energi dan letak geografis strategis telah menjadi medan magnit terbentuknya persaingan negara-negara Superpower ke dalam arena ‘New Great Game’. Pada akhir abad ke-19 terjadi perebutan daerah strategis di Asia Tengah khususnya wilayah Afghanistan antara Imperium Inggris dan Tsar Rusia. Pertentangan dua kekuatan besar kala itu dikenal dengan istilah ‘Great Game’.

Amerika Serikat, Rusia, Cina, Uni Eropa, India, Iran, Pakistan dan Turki berlomba memperebutkan Asia Tengah. Sejalan dengan isi buku Zbigniew Brzezinski ‘The Grand Chessboard’ yang menyebutkan bahwa “control of Eurasian landmass is the key to global domination and control of Central Asia is the key to control of Eurasian landmass….”, maka pentas New Great Game yang sengit terjadi terutama antara 3 (tiga) Superpower AS-Rusia-Cina di Asia Tengah tidak terlepas dari upaya mereka dalam memetakan geostrategis baru dunia. Di pihak lain, lima negara ‘Stan’ ini dengan kekayaan alamnya terutama kandungan minyak dan gas serta tambang mineral lainnya ditambah dengan posisi strategis-historisnya dapat berperan penting dalam ikut menentukan Tata Dunia Baru, terutama di wilayah sekitar Asia Tengah.

Perhatian utama Rusia di Asia Tengah adalah masalah keamanan serta mencegah hegemoni AS dan Barat, terlebih dengan adanya perluasan NATO dan EU (European Union) di sana. Rusia membentuk aliansi militer CSTO (Collective Security Treaty Organization), dan di sektor ekonomi mendirikan EAEU (Eurasian Economnic Union). Kedua organisasi kemudian dikerjasamakan dengan SCO (Shanghai Cooperation Organization) yang dimotori oleh Rusia dan Cina dengan anggota awalnya negara-negara Asia Tengah. Sementara Cina menggunakan strategi ‘Soft Power’ kerjasama di bidang ekonomi dan investasi melalui program BRI (Belt and Road Initiative). Cina merupakan salah satu sumber utama dalam mengalirnya FDI (Foreign Direct Investment) maupun pembangunan infrastruktur di wilayah Asia Tengah.

Peluang Kerjasama Indonesia – Asia Tengah

Indonesia dan Negara-negara di wilayah Asia Tengah mempunyai kesamaan karakter, yaitu sebagai negara multi-etnik, multi agama, multi bahasa dan mayoritas berpenduduk Muslim. Hal ini menjadi modal bagi Indonesia untuk mengembangkan kerjasama di bidang ‘interfaith’, toleransi, dan pengembangan ‘soft power diplomacy’. Negara-negara Asia Tengah memiliki pandangan serupa dengan Indonesia dalam mewujudkan tanggungjawab terhadap kestabilan dan keamanan kawasan serta tidak memiliki isu-isu sensitif yang mengganggu hubungan kedua belah pihak.

Negara-negara Asia Tengah berbatasan dan memiliki hubungan erat dengan negara-negara kunci di kawasan yang juga merupakan mitra penting bagi Indonesia, seperti Cina, India, Pakistan, Iran, Afghanistan dan Rusia. Kerjasama dengan negara-negara Asia Tengah dapat lebih ditingkatkan dengan memanfaatkan keterlibatan dan peran aktif mereka di forum regional dan internasional, seperti PBB, OKI, GNB dan ACD, dimana pada forum-forum tersebut Indonesia dan Negara Asia Tengah sama-sama aktif dalam memperjuangkan kepentingannya.

Peluang bagi peningkatan kerjasama Indonesia dengan negara-negara Asia Tengah di berbagai bidang, terutama ekonomi-perdagangan, investasi, energi dan pariwisata untuk mewujudkan perdagangan langsung dengan pasar non-tradisional, pemenuhan energy and food security serta menarik wisatawan dari wilayah tersebut, dilakukan melalui pendekatan bilateral maupun pengaturan institusi regional. Dalam hal ini Indonesia perlu mengundang dan memfasilitasi para pengusaha Asia Tengah untuk menghadiri pameran internasional di Indonesia, khususnya Trade Expo Indonesia (TEI), International Exhibition on Textile Apparel Technology & Machinery, dan Indonesia Furniture Show.

Mendorong dilakukannya pertemuan-pertemuan strategis antara KADIN dengan Chambers of Commerce negara-negara Asia Tengah serta kalangan pengusaha potensial di kedua negara, baik di ibukota maupun di daerah-daerah. Perwakilan RI perlu membantu mencarikan mitra usaha bagi para pengusaha Indonesia dan mitranya asal Asia Tengah, serta mengusahakan sumber (produsen) di Indonesia bagi para importir asal Negara Asia Tengah, dan sebaliknya. Memfasilitasi partisipasi tour operators di wilayah Asia Tengah dalam program ‘Familiarization Trips’ yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata RI.

Kerjasama sektor pariwisata sangat menjanjikan. Di Asia Tengah khususnya Uzbekistan terdapat banyak monumen artistik dan bersejarah yang masuk dalam ‘UNESCO World Heritage List’, antara lain: Samarkand, Bukhara, Khiva (Uzbekistan), Almaty (Kazakhstan), Issyk-kul (Kyrgyzstan), dan Baku (Azerbaijan). Terdapat potensi besar untuk kerjasama sektor pariwisata antara Indonesia dan Asia Tengah. Di satu pihak Indonesia dapat menawarkan obyek-obyek wisata laut, pegunungan, bangunan bersejarah serta pusat kuliner dan perbelanjaan. Sementara negara-negara Asia Tengah dapat mempromosikan monumen/tempat-tempat bersejarah (peninggalan peradaban Islam) seperti makam Imam Bukhori, Imam Tarmidzi, makam Naqsahbandi, komplek bangunan madrasah, dan lain-lain.

Tidak kalah pentingnya adalah pembinaan hubungan dengan kalangan pemuda dan mahasiswa melalui program pendidikan. Pemerintah Indonesia telah memberikan beasiswa Darmasiswa bagi pemuda Asia Tengah untuk mempelejari bahasa dan budaya Indonesia selama setahun. Selanjutnya ditawarkan juga program Master (S-2) untuk berbagai disiplin ilmu. Program beasiswa bagi pemuda Asia Tengah merupakan investasi jangka panjang mengingat kelak mereka akan menjadi pimpinan di negaranya masing-masing. Kerjasama sektor pendidikan secara nyata telah diperkuat dengan adanya kerjasama antara UPN Veteran Jakarta dengan Ablai Khan University, Almaty Kazakhstan serta Universitas Gunadarma dengan sejumlah universitas di Tashkent dan Bukhara, Uzbekistan dalam bentuk ‘double degree’, saling tukar-menukar mahasiswa maupun melakukan ‘joint research’ bersama.

Mohamad Asruchin

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com