Kusairi, Pemimpin Redaksi Indopetronews.com
“Genosida” yang kini tengah terjadi di Rohingya Myanmar mungkin bukan konflik agama. Tapi spirit kebencian yang disulut atas nama radikalisme dan jubah agama telah menjadi kayu bakar yang memperburuk suasana. Maka tak heran bila solidaritas dunia yang dibangun lebih cepat terkoneksi dengan mengatasnamakan agama. Lantaran tragedi yang terjadi telah mencabik-cabik kesadaran “kemanusiaan” seseorang yang menjadi nilai universalitas sebuah agama. Apapun agamanya dan tak peduli dimana pun negaranya.
Karenanya bila pemerintah sebuah negara (mayoritas berpenduduk Islam) — termasuk Indonesia, abai terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi tanpa proaktif ikut melakukan penyelesaian diplomatik atas nama negara, kita mengkhawatirkan situasi eksternal itu bisa berimbas kepada internal. Mengingat sebuah konflik yang mengemuka dan berkembang atas nama “solidaritas agama” biasanya akan mudah tersulut untuk kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Seyogyanya, para pemuka agama yang berkepentingan di Indonesia juga dapat memberikan komunike atau pesan bersama atas tragedi kemanusiaan yang terjadi.Kecuali kalau kita memang ingin berlepas diri dari persoalan ini.
Penulis: Kusairi, Pemimpin Redaksi Indopetronews.com