Saatnya ASEAN Semakin Memperkuat Kerjasama Strategis Dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO)

Bagikan artikel ini

Gagasan untuk semakin mengembangkan kerjasama antara negara-negara yang tergabung Perhimpunan Negara-Negara di Asia Tenggara (ASEAN) dengan Cina dan Rusia dalam skema Shanghai Cooperation Organization (SCO) kiranya cukup beralasan. Karena kedua entitas politik tersebut punya pendirian politik (political standing point) yang sama dalam menyikapi beberapa isu global dan regional.

Tujuan strategis atau main goal ASEAN dan SCO pada tahin 2021 sekarang ini sama seperti pemulihan ekonomi akibat pandemic Covid-19 maupun peningkatan kerjasama dalam bidang digital, komunikasi, e-commerce, dan ketahanan energi (energy security).

Selain daripada itu,, ASEAN dan SCO juga satu pendirian dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman baru yang yang berkembang maupun yang berpotensi jadi ancaman di masa depan, sehingga dapat menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan regional di Asia Tenggara dan Asia Pasifik pada umumnya.

Juga perlu semakin ditingkatkan kerjasama antara Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) dan The Regional Anti-Terrorist Structure (RATS) dari SCO.

Dan yang tak kalah penting, ASEAN dan SCO harus semakin meningkatkan kerjasama yang lebih aktif  berdasarkan pada Memorandum of Understanding yang ditandatangani pada tahun 2005 lalu.

Baca:  ASEAN and SCO Secretariats Sign Agreement for Substantive Cooperation Jakarta

Sebagaimana dipaparkan dalam laman tersebut di atas, Sekretariat ASEAN dan SCO pada 21 April 2005 lalu telah menandatangani MOU dengan Sekretariat SCO, yang berlangsung di Sekretariat ASEAN Jakarta. MOU tersebut telah membuka jalan ke arah kerjasama kedua secretariat tersebut untuk memprakarsai kerjasama berbagai isu yang menjadi kepentingan dan prioritas baik ASEAN maupun SCO. Baik melalui pertukaran informasi maupun aktivitas bersama atau joint action.

Sekretariat ASEAN dan SCO akan akan memusatkan perhatian dan prioritasnya dalam perang terhadap kejahatan trans-nasional seperti dalam bidang kontra terorisme, perdagangan narkoba, penyelundupan senjata, pencucian uang/money laundering, dan perdagangan manusia/human trafficking. Adapun bidang lainnnya yang diidentifikasi untuk dipertimbangkan ke depan adalah MOI di bidang kerjasama ekonomi, keuangan, turisme, lingkungan hidup, pengelolaan sumberdaya alam/natural resources management, pembangunan sosial dan energi.

Selain itu MOU memberikan kesempatan kepada ASEAN maupun SCO untuk mulai memprakarsai kolaborasi pada tingkat teknis yang sejalan dengan kebutuhan dan keahlian  kedua secretariat tersebut.

ASEAN saat ini beranggotakan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Adapun SCO beranggotakan Republik Rakyat Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyz, Uzbekistan, dan Tajikistan.

Dalam situs global-times.cn Vladimir Norov, sekretaris jenderal SCO pada 21 Juni 2019 lalu memberikan keterangan di depan para pakar di Beijing terkait keberhasilan yang dicapai dalam Bishkek Summit. Sesudah sambutan yang disampaikan Norov, para pakar menyarankan bagaimana caranya memfasilitasi kerjasama ASEAN-SCO di bidang perdagangan, ekonomi, investasi dan keuangan, sekaligus bagaimana caranya memperkuat kerjasama kedua organisasi tersebut.

Baca: SCO can gain by improving mechanisms, increasing cooperation with ASEAN

Sebagaimana dilansir oleh situs global times, seorang pakar Cina Shi Ze, senior research fellow dan Direktur Center for International Energy Strategy Studies yang berada di bawah naungan the China Institute of International Studies, untuk menciptakan terobosan dalam kerjasama ekonomi ASEAN-SCO, harus mengembangkan mekanisme untuk memang efektif untuk mempromosikan kerjasama ekonomi kedua entitas tersebut. SCO harus menyusun sebuah plaform untuk kerjasama ekonomi berskala multilateral. Maka itu fungsi dari pusat  dan komite kerjasama ekonomi yang dibentuknya, adalah untuk membuat outline atau gagasan garis besar untuk masa depan kerjasama ekonomi berdasarkan perubahan situasi dan konstelasi yang bakal terjadi di dunia internasional.

Kedua, SCO harus memberikan kewenangan penuh untuk memainkan peran think-thank di bidang ekonomi kepada negara-negara anggotanya. Kerjasama ekonomi multilateral dalam skema SCO belum terlalu memuaskan dibanding kerjasama di bidang keamanan. SCO masih lemah dalam penelitian dan riset yang mendalam dan sistematis terkait masalah-masalah yang menghambat ke arah kerjasama ekonomi multilateral. Maka itu think thank di bidang ekonomi harus memberikan kontribusi kongkret dalam pengembangan kerjasama ekonomi regional dalam skema SCO.

Ketiga, sebagaimana sudah disepati melalui KTT di Qingdao pada 2018 maupun di Bishkek pada 2019, negara-negara anggota telah bersepakat untuk mempromosikan pembentukan Zona Perdagangan Bebas maupun fasilitas-fasilitas terkait langkah-langkah yang harus diambil. Think-thank harus segera memaparkan road map/peta jalan untuk melaksanakan langkah-langkah menuju terbentuknya Zona Perdagangan Bebas.

Keempat, SCO juga harus mengembangkan kapasitas investasi dan keuangannya. Maka SCO perlu semakin meningkatkan upaya mempromosikan Konsorsium antar bank dari negara-negara anggota SCO (the SCO Interbank Consortium) atau SCO IBC. Maupun  peran dari lembaga-lembaga ekonomi regional lainnya.

Sesudah India dan Pakistan bergabung dengan SCO pada 2017 lalu, maka akan sangat bermanfaat bagi SCO untuk menjalin kerjasama dengan ASEAN, mengingat kenyataan kedua blok kerjasama tersebut sangat erat dan bertautan satu-sama lain.

Bagaimana SCO dapat menarik kemanfaatan dari kerjasama yang terjalin dengan ASEAN? Pertama, ASEAN dan SCO harus memperkuat kerjasama bidang keamanan dengan memnbentuk forum keamanan regional. Negara-negara anggota SCO dan ASEAN sama-sama menghadapi ancaman terorisme dan perdagangan narkoba, sehingga kerjasama di bidang tersebut dapat membantu kedua blok kerjasama tersebut memelihara stabilitas regional.

^A5757D54B3A518C9CB2A8E8839577F85F2F207527ACC7A3786^pimgpsh_fullsize_distrSelain itu, kedua blok organisasi itu dapat memperkuat kerjasama di bidang energi. Sebagaimana prediksi pakar Cina Shi Ze tersebut di atas, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan yang tercepat terkait pemintaan energi global pada dekade mendatang.

Dalam hal ini, negara-negara angggota SCO memiliki cadangan energi yang cukup melimpah. Maka itu, kerjasama di bidang energi antara ASEAN dan SCO nampaknya sangat menjanjikan dan berprospek bagus. Dengan demikian, bagaimana merealisasikan kerjasama di bidang energi ke tataran praktis, maka kerjasama ASEAN-SCO memainkan peran yang cukup signifikan.

Pakar lainnya adalah Li Xin, senior research fellow dari the Center for Russian and Central Asia Studies, the Shanghai Institute for International Studies (SIIS), dan Direktur  Institute for World Economy dari SIIS.

Menurut Li Xin, untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan keuangan dari negara-negara SCO, maka yang diperlukan adalah memastikan bahwa arus barang bisa bebas memasuki wilayah dari negara-negara sesame anggota SCO. Kedua, arus modal juga bisa dijamin sehingga dapat meningkatkan kerjasama investasi di kalangan negara-negara anggota.

Pendek kata, negara-negara sesame anggota SCO harus memperkuat kerjasama di bidang keuangan. Keuangan dapat memperlancar perdagangan dan investasi. Saat ini peran yang dimainkan SCO IBC dalam mengembangkan perdagangan dan investasi belum menguntungkan. SCO IBC dapat dikembangkan menjadi fondasi untuk membantu pengembangan perdagangan dan investasi.

Untuk mencegah timbulnnya fluktuasi mata uang dolar AS, SCO dapat mendorong dan membantu penyelesaian berkaitan dengan mata uang-mata uang dalam negeri.

Dalam kaitannya dengan Indonesia, secara khusus Indonesia harus secara proaktif terlibat dalam kerjasama yang lebih praktis dan implementatif dengan SCO di bidang keamanan, investasi, dan perbankan, pariwisata dan pendidikan.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com