Sabotase Israel Terhadap Kesepakatan Nuklir Iran-AS (JCPOA) Sepertinya Gagal

Bagikan artikel ini

Sumber Artikel: How Israel’s Plan to Kill JCPOA Failed

Tadinya Israel berharap dengan tewasnya pakar nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh, kesepakatan nuklir AS-Iran atas dasar skema JCPOA pada 2015 semasa pemerintahan Barrack Obama akan berantakan seturut dengan tampilnya pemerintahan baru AS di bawah Presiden Joe Biden. Nampaknya tiga negara Eropa Barat yang mendukung JCPOA yaitu Inggris, Jerman dan Prancis, yang ikut berkomitmen mendukung skema JCPOA pada 2015 lalu berharap Joe Biden dan para perancang kebijakan luar negerinya akan memulihkan kembali kesepakatan JCPOA yang telah disepakati pada era Obama jadi presiden dan Biden sebagai wakil presidennya.

Sementara itu melalui keterangan menteri luar negeri Iran  Javad Zarif menegaskan tidak akan mengubah kebijakan pertahanan dan program persenjataan nuklirnya. Bahkan Javad Zarif juga menyatakan bahwa meskipun antara Washington dan Teheran terdapat perbedaan pandangan, ketegangan antara AS dan Iran tidak perlu diperpanjang pada masa pemerintahan Biden. Berarti seperti halnya Inggris, Jerman dan Prancis yang notabene sekutu AS yang menginginkan adanya rekonsiliasi secara resmi dengan Iran , Iran pun punya harapan bahwa AS di bawah Biden dan Kamala Harris, hubungan Washington-Teheren normal kembali.

Dalam artikelnya yang ditulis oleh  Salman Rafi Sheikh, peneliti dan analis dari International Relations and Pakistan’s foreign and domestic affairs, sebelum terbunuhnya Fakhrizadeh Inggris, Prancis dan Jerman sudah mulai mengadakan koordinasi menyusun landasan menuju perundingan dengan Iran begitu Biden menduduki Gedung Putih Januari tahun depan. Para menteri E3(Inggris, Prancis dan Jerman) baru-baru ini mengadakan pertemuan di Berlin, agar Iran dan AS kembali mencapai titik-temu dipulihkannya kembali JCPOA. Sehingga AS mencabut kembali sanksi ekonomi dan embargo kepada Iran. Termasuk mencabut status Iran sebagai negara teroris. Adapun Iran berkomitmen mengurangi program pembangunan nuklirnya sesuai dengan skema JCPOA 2015. Dengan kata lain, negara-negara E3 lebih cenderung untuk memulihkan kembali kesepakatan asli JCPOA tanpa harus melakukan perundingan baru kembali antara Iran dan AS.

Sebagaimana pandangan yang disampaikan oleh  European Council on Foreign Relations pada 30 November 2020 lalu:

 “The election of Joe Biden presents an opening to strengthen transatlantic relations on critical security issues, including on Iran. Having worked so hard to preserve the Iran nuclear deal over the last four years, European governments and the EU must now unequivocally call on the incoming Biden administration and Iran to swiftly come back into full compliance with the deal. European actors should pro-actively, and in a coordinated fashion lay out a viable roadmap to support this effort.”

Berarti negara-negara E3 amat berharap AS dan Iran sama-sama bersepakat kembali ke kesepkatan JCPOA 2015.

Seperti digarisbawahi oleh oleh  Salman Rafi Sheikh, negara-negara E3 nampaknya bukan sekadar berharapn AS dan Iran merehabilitasi kembali JCPOA, bahkan menyiapkan peta jalan(roadmap)-nya, sehingga dengan AS dan Iran kembali ke JCPOA, stabilitas di kawasan Timur-Tengah bisa kondusif. Maka itu, kesepakatan nuklir antara Iran dan AS atas dasar JCPOA harus dipulihkan kembali.

Terciptanya kesepakatan non-proliferasi nuklir dengan Iran nampaknya menjadi dasar untuk mencegah terciptanya instabilitas politik di Timur-Tengah, sehingga mengancam kepentingan nasional Eropa.

Memang kalau kita telisik berita-berita menyusul terbunuhnya Fakhrizadeh, Inggris dan beberapa negara Eropa, mengutuk pembunuhan terhadap warga sipil seperti terhadap pakar nuklir Iran tersebut. Sehingga melangar hukum hak-hak asasi manusia internasional.

Jika tren global tersebut akan mengarah seperti prediksi Salman Rafi Sheikh, maka jika motif Israel di balik pembunuhan terhadap Fakhrizadeh adalah untuk menggagalkan pemulihan kesepakatan nuklir AS-Iran atas dasar skema JCPOA, sepertinya efek pasca tewasnya Fakhrizadeh justru makin mendorong negara-negara E3 secara intensif membawa Iran kembali meja perundingan bersama AS bersama negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Segi  lain yang juga disorot Salman Rafi Sheikh, justru dengan terbunuhnya Fakhrizadeh, Joe Biden dan para perancang strategi keamanan nasional yang diproyeksikan sebagai orang-orang kepercayaan Biden, memandang manuver Israel membunuh Fakhrizadeh sebagai fait accomply terhadap Washington. Agar kesepaktan JCPOA jangan sampai direhabilitasikanan kembali.

Joe Biden sendiri sebagai wakil presiden di era Obama berpandangan bahwa JCPOA merupakan cara yang paling efekfif buat mencegah meningkatnya perlombaan senjata nuklir di Timur-Tengah. Maka itu, tren baru ini nampaknya akan menggagalkan rencana Israel untuk memupus kembalinya normalisasi hubungan Iran-AS lewat JCPOA.

 

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com