Seminar GFI: Pengaruh Asing Dominan sebagai Kiblat Penyajian Berita

Bagikan artikel ini

Pengaruh asing sangat dominan sebagai kiblat penyajian berita yang dilakukan oleh wartawan-wartawan Indonesia saat ini. Demikian disampaikan Syarif  Hidayat, wartawan senior kantor berita ANTARA pada seminar terbatas Global Future Institute (GFI) bertajuk Prospek Media Massa Nasional 2015: Peluang dan Hambatan, Kamis (28/08/2014).

Lebih lanjut Syarif menambahkan, tugas pers di Indonesia sangat berat dibandingkan negara asing lainnya. Tidak hanya untuk hiburan semata, melainkan mendidik, menginformasikan, dan juga melindung serta mendukung sang pemilik media.

Kurangnya investigasi dalam menyajikan berita saat ini sangat minim dimiliki oleh seorang wartawan muda. Menurut Syarif, saat ini seorang wartawan tidak ada yang mau menjemput berita tapi lebih kepada menunggu berita. Itu satu diantara kelemahan yang dimiliki wartawan muda saat ini.

Sementara itu,  Agus Setiawan, Peneliti Global Future Institute (GFI) menyoroti bahwa sejumlah media massa, saat pilpres berlangsung dinilai tidak independen dalam pemberitaan. Bahkan pemberitaan dijadikan kampanye hitam untuk menyudutkan salah satu capres

Menurut Agus, ketimpangan pemberitaan media dalam memberitakan proses pemilihan presiden memberikan efek negatif pada masyarakat. Kini fungsi media sebagai sarana pendidikan tidak dapat dirasakan kembali. Yang ada, media kini menjelma sebagai sebuah kekuatan untuk memenangkan kandidat presiden dalam proses Pilpres.

“Media saat ini sudah terjebak dalam perang opini untuk menyudutkan Capres yang tidak mereka dukung, bahkan media pun sudah menjadi tempat untuk kampanye hitam yang merugikan publik, “ ujar aktivis era 80-an ini.

Sedangkan Joko Yuwono, wartawan senior Poskota menjelaskan, di era posmo saat ini manusia memiliki sifat mengejar jabatan dan status. Penyajian berita juga tidak independen karena adanya unsur “wani piro”.

Menurutnya, unsur bisnis memang menjadi idealisme para pelaku media saat ini. Tak heran jika pemberitaan menjadi tidak independen dan menghindari konflik-konflik berita yang tidak sesuai dengan keinginan pengiklan.

Di akhir pemaparan yang disampaikan pembicara, peserta seminar dilibatkan mengemukan pendapat terkait  tema seminar. Peserta juga diminta memberikan saran agar media massa kembali ke “rel-nya” dengan tidak mengabaikan etika  dan juga menyajikan fakta berita yang dapat mengedukasi masyarakat, bukan menjadi provokator kampanye hitam untuk menjatuhkan lawan politik.

Sebanyak 30 peserta seminar hadir dari berbagai kalangan, yakni wartawan, aktivitis pengusaha, penulisan dan masyarakat umum. (MM/TGR)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com