Senjata Kimia Amerika Serikat di Panama

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Analis Senior Global Future Institute (GFI)

Tumpukan berita lama memang berpotensi untuk menggali sebuah informasi baru terkait perkembangan terkini.

Luis Gutierrez Esparza dari Latin American Circle for International Studies (LACIS), Mei lalu menulis sebuah artikel menarik mengingatkan kita kembali bahwa pada 2001 lalu sebuah tim pengawas dari Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) berkunjung ke Panama, dan secara resmi menyatakan adanya senjata kimia dan komponen-komponen mematikan lainnya sebagai peninggalan tentara Amerika Serikat di Panama. Menyusul perjanjian AS-Panama antara Presiden Omar Torrijos dan Presiden Jimmy Carter pada 1977 yang mengharuskan negara Paman Sam tersebut mengevakuasi diri dari Panama (The Canal Treaties).

Tentu saja ini sebuah fakta yang cukup menarik mengingat selama ini Amerika Serikatlah yang justru seringkali menuduh negara-negara lain seperti Irak, Iran, Libya dan terakhir Suriah, sebagai negara-negara pengguna senjata kimia (Chemical Weapons).

Padahal, seperti tulis Luis Gutierrez Esperza lebih lanjut, pada 2002, jadi setahun setelah kunjungan pertama tim OPCW ke Panama, pada kunjungan kali ini pun OPCW sekali lagi menegaskan tanpa keraguan sedikitpun bahwa telah diketemukan adanya bahan-bahan berbahaya yang berasal dari senjata kimia maupun komponen-komponen lain yang juga berbahaya dan cukup mematikan. Sekaligus memperkuat temuan sebelummya bahwa senjata kimia tersebut memang berasal dari tentara Amerika ketika bercokol di Panama.

Kunjungan tim OPCW pada 2002 ini atas permintaan pemerintah Panama menyusul adanya bantahan dari pemerintah di Washington bahwa senjata kimia tersebut bukan berasal dari pasukan Amerika.

Bisa Menghancurkan Industri Pariwisata Panama

Kenyataan bahwa Amerika hingga kini menyangkal adanya peninggalan senjata kimia di Panama, maka Washington sampai hari ini masih menolak menaati The Chemical Weapons Convention yang menegaskan: Bahwa semua negara yang memproduksi, memasok, menyimpan, menggunakan ataupun memperdagangkannya, untuk memusnahkan semua jenis senjata kimia di negara senjata tersebut berada.

Ini tentu saja sebuah perkembangan yang cukup mencemaskan, karena menurut Direktur Jenderal OPCW Ahmet Üzümcü, sampai detik ini masih ada 8 jenis senjata kimia yang sudah berhasil diverifikasi oleh OPCW dan disahkan oleh pemerintah Panama, belum dihancurkan sama sekali.

Senada dengan Uzumcu, Duta Besar Panama untuk OPCW Jose Manuel Teran, juga menyatakan bahwa dalam kasus senjata kimia di Panama, ada beberapa negara yang mengadakan uji coba beberapa jenis senjata yang secara resmi sudah dilarang oleh the Chemical Weapons Convention, dengan menggunakan bom dengan komponen-komponen yang masih termasuk kategori mematikan (Lethal).

Kenyataan bahwa senjata-senjata kimia berikut komponen-komponen mematikan lainnya masih  berada di Pulau San Jose belum dimusnahkan, pada perkembangannya bisa membahayakan jiwa manusia dan bahkan juga kehidupan hewan dan lingkungan hidup pada umumnya.

Bahkan prospek Panama sebagai daerah wisata pun bisa terancam. Tak heran jika pihak pemerintah Panama memandang masalah ini sebagai perang diplomasi yang cukup krusial terhadap para pemegang kewenangan di Washington.

Pulau San Jose  merupakan pulau terbesar kedua di Kepualauan Las Perlas, terletak di Teluk Panama, di Samudra Pasifik, merupakan wilayah yang kehidupan ekonominya sangat mengandalkan pada industri pariwisata. Bisa dibayangkan betapa mencemaskannya perkembangan ini.

Selain mengancam prospek bisnis pariwisata Panama di wilayah ini, kedekatan Pulau San Jose dengan Costa Rica dan Kolombia, dikhawatirkan pada perkembangannya berpotensi akan menyebarkan virus senjata kimia yang ada di San Jose tersebut ke Costa Rica dan Kolombia.

Dan Amerika Serikat, meski memandang adanya bahaya ini bagi Panama, ternyata sampai detik ini masih menolak untuk memusnahkan atau memindahkan senjata-senjata kimia peninggalannya tersebut dari Panama.

Preseden Buruk Bagi Kawasan Asia Tenggara

Di sinilah watak egois dan mau menangnya sendiri Amerika kelihatan secara jelas dan terang benderang. Andaikan Pemerintah Panama yang harus memindahkan dan memusnahkan senjata-senjata kimia peninggalan AS tersebut, tentunya akan membebani anggaran pemerintah Panama sampai jutaan dolar AS, dan tentunya akan menguras perekonomian Panama.  Padahal kalau AS punya niat baik untuk melakukan hal tersebut, AS dengan mudah bisa mengandalkan sumberdaya keuangan dan teknologinya untuk melakukan hal tersebut tanpa komplikasi sama sekali.

Bagi kami di Global Future Institute, sangat mendukung dan mengapresiasi prakarsa dan langkah yang ditempuh LACIS maupun OPCW agar segera diadakan penyelidikan dan investigasi untuk apa Amerika memasang senjata-senjata kimianya di Panama.

Karena hal ini bukan sekadar masalah bagi Panama. Melainkan juga bisa berdampak negatif bagi negara-negara lainnya di Amerika Latin yang bertetangga dekat dengan Panama seperti Venezuela, Mexico, Costa Rica, dan Kolombia.

Kami dari Global Future Institute juga memandang kasus ini, bisa jadi preseden buruk terkait hal serupa yang dilakukan Amerika di kawasan Asia Tenggara, khususnya di negara-negara yang merupakan sekutu tradisional AS seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

AS Semakin Kehilangan Sekutu Andalannya di Amerika Latin?

Bagi AS, kawasan Amerika Latin memang sangat vital dan sepertinya sejak 2008, Washington dengan segala daya upaya telah mengerahkan kehadiran militernya secara maksimal di melalui paket operasi militer di bawah naungan The Partnership of the Americas Program. Melalui apa yang disebut UNITAS 2008, telah dilakukan beberapa manuver angkatan laut AS di Samudera Atlantik dan Pasifik, seperti halnya juga dilakukan serangkaian latihan militer di kawasan Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.

Bukan itu saja. Bahkan Amerilka telah menempatkan Armada Keempatnya dalam keadaan siaga penuh sejak awal Juli lalu, sebagai bagian dari kendali komando Southern Command Forces, melalui paket operasi tanggap darurat yang didesain untuk mengkonsolidasi kembali pengaruh dan kekuatan AS di kawasan Amerika Latin.

Manuver dan gelar pasukan dalam skala yang cukup besar sejak 2008 lalu, pada perkembangannya telah menghadirkan juga berbagai jenis senjata nuklir di wilayah ini, termasuk the powered ballistic missiles yang diangkut oleh Kapal Induk AS USS George Washington.

Secara faktual hal ini menggambarkan bahwa tidak saja terkait senjata kimia di Panama, bahwa dalam kasus manuver angkatan laut AS di kawasan Amerika Latin ini, Washington pun juga telah melanggar semangat dan kesepakatan Pelarangan Senjata Nuklir di Amerika Latin dan Karbia seperti termaktub dalam Treaty of Tlatelolco.

Padahal melalui Treaty of Tlatelolco ini, AS yang termasuk salah satu penandatangan kesepakatan ini, secara resmi bertekad untuk menghormati de-nuklirisasi militer di kawasan Amerika Latin. Bukan saja yang ada di wilayah-wilayah kawasan ini, melainkan juga melarang kepemilikan baik bersifat permanen maupun sementara,

Adanya indikasi kuat bahwa negara-negara Amerika Latin akan bertindak sesuai dengan kepentingan nasionalnya sendiri dan atas dasar integritas kedaulatan nasionalnya, mendorong AS menerapkan kebijakan yang lebih aggresif.

Apalagi sejak era kepemimpinan Chavez di Venezuela, Morales di Bolivia, Castro di Kuba, dan yang kemudian diikuti langgam yang serupa di Argentina, Chile dan beberapa negara Amerika Latin lainnya, AS merasa semakin terkepung di “halaman belakangnya” sendiri.

Kenyataan bahwa antar negara-negara Amerika Latin semakin berkomitmen untuk menjalin kolaborasi yang saling menguntungkan di bidang politik, ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan bahkan sosial-budaya, semakin memicu reaksi ekstrim dari Gedung Putih.

Menurut kajian dari LACIS, nampaknya saat ini AS semakin merasa kehilangan sekutu-sekutu yang bisa diandalkan di kawasan Amerika Latin. AS hanya mengandalkan pada Kolombia dan Peru.

Nampaknya tren inilah yang memaksa AS mengambil opsi militer sebagai satu-satunya pilihan untuk meningkatkan pengaruh dan kehadiran kekuatan militernya di kawasan Amerika Latin.

Referensi:

http://www.pressenza.com/2013/05/u-s-chemical-weapons-in-panama/

http://www.propeace.net/blog/lgutierreze/us-increasing-military-presence-latin-america

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com