Tak Ada Anarko Berbasis Ideologi di Indonesia

Bagikan artikel ini

Tanggapan Adi Ketu atas artikel M Arief Pranoto: “Membaca Isu Anarko dari Perspektif Asymmetric Warfare

Menurut saya tak ada anarko berbasis ideologi di Indonesia. Justru yang ada kepentingan ekonomi. Mau dibungkus cerita apapun itu ujungnya kebohongan untuk dapatkan kapling bisnis. Ancaman sesungguhnya itu datang dari luar. Sementara yang ini dibiarkan melenggang bebas acak-acak negeri, dengan menyuap pejabat, kelompok LSM dan media untuk kepentingan geoekonomi.

Jadi bila penulis males untuk omong Indonesia, ya sama dengan saya, tau masalahnya, tau solusinya tapi tidak kuasa bertindak dan ujungnya makan hati. Yang punya kuasa cuma berani hantam rakyatnya sendiri, tapi sumber yang supply masalahnya dibiarkan. Ironi negara miskin papa, rakyatnya lapar dan dahaga hingga apapun diterjang untuk keluar dari kemiskinan.

Pertanyaannya yang lain dalam kasus Indonesia, seberapa banyak orang Indonesia yang berani melawan kemiskinan dimulai dari dirinya sendiri? Padahal secara umum sifat kegotong-royongan yang kental sudah membantu diri keluar dari kemiskinan. Jangan-jangan karena orang ini sendiri menempatkan diri pada situasi kemiskinan. Contoh sikap malas, gampang putus asa, tidak suka/takut mencari hal baru sebagai solusi kesulitannya, boros, cari gampangnya, ingin instant dan lain-lain. Yang berpulang dari
pendidikan diri dalam keluarga yang kadang terlalu sayang sehingga kurangi keinginan survive si anak.

Yang sering dilupakan adalah orang yang kaya itu kan juga tidak ujug-ujug kaya. Dia pasti pernah miskin dulu. Dia alami tempaan luar biasa dan hambatan luar biasa agar bisa kaya mengumpulkan uang se sen demi sen untuk sebuah cita cita.

Saya tak usah contohkan orang lain. Walau saya tidak bisa dikatakan kaya tapi cukuplah untuk hidup hingga hari ini. Untuk capai hal seperti ini apakah langsung berhasil? Kalau aku alami tiga puluhanan kali ganti bisnis, entah orang lain, jungkir balik dengan waktu tenaga dan pikiran. Dari pelosok kampung hingga hotel
berbintang untuk meeting bisnis. Rugi?, gagal? Itu biasa. Tapi asal mau bangkit dan belajar dari kegagalan, ya ada aja jalan halalnya.

Menjadi kaya itu tidak ada yang salah. Justru yang salah adalah keinginan menjadi kaya secara instant. Makanya saya setuju sekali ada sekolah model, sekolah alamnya lendo novo itu. Mendidik orang jadi kaya, bukan sekedar jadi bebek yang ikuti jaman.

Bila saja semua orang Indonesia bisa mendapat pendidikan seperti itu, jangan heran 20 tahun ke depan, situasi Indonesia akan berbeda sama sekali dan mengalami lompatan kemajuan dalam pikir dan pembangunan. Demikian menurutku yang bisa dilakukan ke depan agar 20 tahun dari sekarang bukan orang yang populer dan dipopulerkan yang bisa memimpin negeri tapi dipimpin oleh orang yang benar-benar sudah belajar mengalahkan dirinya sendiri sebelum menaklukan orang lain.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com