Tekad Uni Eropa Lindungi Data Pribadi Warganya

Bagikan artikel ini

Terbongkarnya aksi spionase pemerintah Amerika terhadap negara lain di dunia menuai kecaman luas, bankan mitra Eropa AS pun terpaksa memprotes ulah Washington. Hal ini telah menimbulkan friksi di hubungan kedua pihak.

 

Padahal pasca terbongkarnya dimensi luas aksi spionase Amerika terhadap negara dan warga Eropa, Viviane Reding, komisaris kehakiman Uni Eropa menyatakan tekadnya untuk menjaga data pribadi warga Eropa dari aksi spionase Amerika Serikat.

Reding Jumat (19/7) sebelum sidang tak resmi dengan para menteri kehakiman Uni Eropa di Lithuania mengatakan, program mata-mata Amerika melalui telepon dan internet yang dikenal dengan sebuatan PRISM telah menyadarkan warga Eropa betapa pentingnya pemberlakukan aturan yang ketat.

Reding menambahkan, dirinya mendapat dukungan dari Sabine Leutheusser-Schnarrenberger dan Christiane Taubira, menteri kehakiman Jerman serta Perancis. Mereka telah menandatangani statemen bersama yang menekankan tugas menjamin keamanan data pribadi warga Eropa di level yang tinggi. Kedua menteri kehakiman dari Jerman dan Perancis ini menyatakan, setiap orang harus memahami data pribadi apa saja yang dikumpulkan perusahaan telekomunikasi dan dalam kondisi apa saja informasi tersebut diserahkan kepada pejabat asing.

Di akhir pertemuan tingkan menteri Uni Eropa yang digelar awal bulan Juni lalu di Laxenburg telah dilontarkan draf peraturan untuk memperkokoh perlindungan data dan informasi di Uni Eropa. Padahal beberapa waktu lalu dalam reaksinya atas terbongkarnya aksi spionase Amerika terhadap sekutu Eropanya, sebuah tim ahli dari Komisi Eropa berkunjung ke Washington untuk meninjau ulang program pertukaran informasi guna memerangi terorisme.

Kesepakatan pertukaran informasi warga antara Amerika dan Uni Eropa ditandatangani tahun 2001 pasca insiden 11 September. Kesepakatan tersebut sejatinya perjanjian multi antara dinas keamanan dan intelijen, polisi dan antariksa AS serta Eropa guna tukar informasi warga kedua pihak demi memerangi terorisme. Kesepakatan ini dalam beberapa tahun terakhir semakin luas cakupannya dan merambah ke dunia maya.

Sepertinya dengan terbongkarnya aksi spionase Washington, hubungan Amerika dan Uni Eropa memasuki babak baru, karena isu pemulihan rasa saling percaya yang telah luntur antara kedua pihak yang sempat menjadi mitra selama beberapa dekade tercatat isu penting. Salah satu keistimewaan utama hubungan Amerika dan Uni Eropa adalah kepercayaan penuh kedua pihak di mana saat ini kondisi tersebut berubah drastis.

Selama ini, dan setelah terbongkarnya aksi spionase oleh Amerika sikap kedua pihak juga membenarkan kondisi tersebut. Saat ini, petinggi Amerika meminta Presiden Barack Obama sebagai pemimpin negara hingga John Kerry, menteri luar negeri untuk mencitrakan aksi mata-mata ini sebagai hal yang wajar. Namun petinggi Uni Eropa mulai dari pemimpin Jerman, Perancih hingga pemimpin Eropa lainnya mencela tindakan Washington ini dan menilanya telah merusak rasa saling percaya di antara kedua pihak.

Di sisi lain, terbongkarnya aksi nakal Amerika ini juga telah membuat nasib perundingan kesepakatan perdagangan bebas antara Washington dan Uni Eropa terkatung-latung. Sejumlah pemimpin Eropa seperti presiden Perancis bahkan menyerukan ditangguhkannya kesepakatan tersebut hingga dicapai kejelasan dimensi spionase Amerika terhadap Uni Eropa dan transparansi dalam masalah ini oleh Washington. (TGR/IRIB Indonesia)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com