“Rezim Saudi telah melakukan kesalahan strategis ketika hendak menyesatkan umat dan memperkenalkan Hizbullah sebagai bahaya teror yang mengancam Arab dan umat Islam… Operasi bom bunuh diri yang terjadi di Jeddah, Qatif dan Madinah al-Munawwarah membuktikan kekeliruan rezim Saudi dalam pembuatan daftar teroris,” ungkap Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Nabil Qauq, seperti dilansir al-Alam, Minggu (11/7/2016).
Dia menyoal, “Siapa yang menjadi ancaman bagi keamanan Saudi, Hizbullah atau teroris takfiri?”
Menurutnya, serangan teror berantai itu dengan sendirinya menuntut Riyadh bersedia “meninjau ulang kebijakannya dalam membuat daftar organisasi teroris dalam bentuk yang jelas-jelas berbenturan dengan kubu muqawamah (perlawanan terhadap Zionisme), dan bersedia melawan bahaya teror kubu takfiri yang hanya melayani kepentingan strategis Israel.”
Qauq menambahkan bahwa kaum takfiri yang telah melancarkan aksi peledakan di Beirut dan beberapa daerah lain di Lebanon dan masih menduduki kawasan Jroud Arsal dan Ras Balbek adalah Jabhah al-Nusra yang merupakan cabang al-Qaedah di Lebanon di Suriah.
“Jabhah al-Nusra sekarang berperang dengan menggunakan senjata Saudi. Sampai kapan rezim Saudi terus menerus menyokong dan mempersenjatai al-Nusra di Suriah? Kelompok ini yang membunuh kita, menyembelih tentara dan masih menduduki tanah kita di Beka. Berlanjutnya rezim Saudi dalam mendukung dan mempersenjata Jabhah al-Nusra merupakan bahaya yang sesungguhnya bagi keamanan nasional Lebanon. Lantas apa makna bahwa rezim Saudi menolak operasi bom bunuh diri di Saudi, tapi mendukungnya di Suriah?” pungkasnya.
Facebook Comments