Traveling Ke Desa Adat Bawomataluo

Bagikan artikel ini

Agustono, pernah menjadi pewarta di Tabloid DeTAK

Demam otonomi daerah dan pemekaran wilayah sampai pula ke Pulau Nias. Nias dulu merupakan satu kabupaten dengan ibukota Gunung Sitoli, berada di bawah Propinsi Sumatera Utara.  Kini Nias mekar menjadi beberapa kabupaten; Kabupaten Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara, Nias Tengah, dan Kabupaten Gunung Sitoli. Gunung Sitoli pun kini sudah menjadi kotamadya.

Satu-satunya pintu gerbang masuk Nias lewat udara adalah Bandara Binaka di Gunung Sitoli. Dengan perjalanan memakan waktu sekitar satu jam, sampailah pesawat terbang dari Bandara Polonia, Medan ke Bandara Binaka. Bila lewat laut, bisa ditempuh dari  Pelabuhan Teluk Bayur, Padang dan Pelabuhan Sibolga, Sumatera Utara, Dari Sibolga dengan kapal very bisa ditempuh 7 jam dan dengan kapal cepat  hanya 3 jam.

Pesawat yang saya tumpangi dari Bandara Polonia, mendarat di Binaka pukul 13.50 WIB. Binaka bandara perintis dengan kondisi sederhana. Bila ingin makan atau minum hanya ada satu kantin dan menunya  terbatas, misalnya mie instant.

Dengna mobil sewa dari Binaka saya mencari penginaoan di Gunung Sitoli. Saya  menginap di lantai dua sebuah hotel sederhana tapi bersih dan rapi. Pelayannya dua orang anak muda sangat ramah  dan melayani tamu dengan baik. Hotel di jalan Kelapa dengan tambahan fasilitas AC ini taripya 150 ribu rupih perhari.

Dari informasi pelayan hotel, saya mencarter mobil 600 ribu rupiah sehari (dari jam 06.00 hingga jam 22.00) untuk mengunjungi beberapa obyek wisata. Dengan ditemani supir mobil carteran bernama Monang, saya meninggalkan hotel menuju kawasan Bawo Matalo Nias Selatan, dengan jarak tempuh sekitar 140 km. Bawo Matalo terkenal dengan obyek wisata lompat batu. Monang yang sarjana hukum lulusan Universitas Nomensen, Medan ini, sepanjang jalan berkisah tentang  gempa tsunami 2004 yang menggoncang Nias. “Dahsyat sekaligus dramatis bang,” ungkap Monang. Saat terjadi goncangan, Monang membopong anaknya berusia 3 tahun dan berusaha menolong isterinya  yang hamil tua keluar dari rumah. Monang dan keluarga tinggal di lantai dua di rumah mertua. “Tuhan melindungi kami  yang terjebak direruntuhan bangunan berhasil lolos dari maut,’kata  Monang.

“Bangunan pertokoan di pusat kota semua ambruk nyaris tak bersisa. Hotel Wisata, tingkat lima bangunan tertinggi di Gunung Sitoli rata dengan tanah. Dibelakang hotel tampat Abang menginap, ada tanah yang terbelah dan beberapa orang masuk ke dalamnya lantas tanahnya tertutup kembali….Nanti kita akan melewati beberapa jembatan besi yang saat terjadi tsunami mengalami kemiringan sampai 45 derajat. Banyak ruas jalan raya penghubung antar kabuaten longsor  dan terbelah,”sambung Monang.

Kini jalan raya yang diceritakan Monang yang saya lewati sudah mulus seperti jalan tol dan lebih lebar. Meski ada  beberapa titik yng masih rusak dan longsor. “Inilah salah satu hikmah gempa tsunami.Meski kabarnya oknum-oknum BRR di sini juga melakukan tindak manipulasi,”kata Monang lagi sambil tersenyum.

Jalan ke Nias Selatan ini diapit tepian pantai dan tebing yang lebat dengan pohon kelapa dan pisang. Setelah melewati beberapa desa  sekitar pukul 12 kami sampai ke kampung Ora Hili Fao, di desa Bawomataluo. Bawomataluo artinya Bukit Matahari. Penduduk di Ora Hili Fao ini  tinggal di rumah-rumah adat Nias yang arsitekturnya mirip arsitektur rumah adat Batak atau rumah adat Toraja.

Rumah adat Nias disebut Omo Niha. Dibangun dengan bahan kayu dan beratap daun rumbia. Rumah adat Nias Barat dan Nias Utara atapnya berbentuk oval. Sedangkan rumah adat Nias Selatan dan Nias Tengah atapnya berbentuk lonjong segi empat. Arsitektur rumah adat. Nias dibuat sedemikan rupa hingga tahan gempa. Tak heran ketika gempa tsunami melanda Nias tak satupun rumah adat yang roboh.

Di depan salah satu rumah adat di Ora Hili Fao, berdiri tumpukan batu setinggi 2,5 meter. Tumpukan batu ini dipakai sebagai alat upacara adat yang dikenal dengan tradisi upacara adat Lompat Batu.

Lompat batu merupakan salah satu olah raga sekaligus tari tradisional suku Nias yang dipertunjukan pada acara kunjungan tamu yang dihormati atau acara pesta adat kematian raja adat Konon pada masa dahulu bila raja adat (Si’ulu atau Balugu) wafat harus disiapkan beberapa buah kepala manusia sebagai bantalan kepala, kaki, tangan dan tongkat raja. Kepala manusia ini ikut dikubur bersama jasad raja adat. Jasad raja tidak akan dikubur sebelum dilengkapi dengan paling sedikit  tiga kepala manusia. Yang ditugaskan mencari kepala manusia dipilih pemuda dengan postur tubuh gagah, kuat, dan sanggup melompati tumpukan batu setinggi 2,5 meter. Pemuda ini juga sudah pernah ikut berperang melawan musuh raja.  Upacara adat lompat batu ini sampai sekarang dilestarikan karena ada unsur olah raga dan kesenian.

Desa adat Ora Hilli Fao letaknya di atas bukit. Untuk mencapai lokasi harus lewat 68 anak tangga dari batu. Di sisi kiri kanan anak tangga pertama terdapat patung Lasara. Dalam tradisi kepercayaan Nias lama, Patung Lasara adalah patung penjaga keselamatan.

Begitu  mobil yang saya tumpangi berhenti tak jauh dari anak tangga menuju desa adat, langsung diserbu belasan anak-anak remaja yang berebut menawarkan diri menjadi guide. Mereka seakan bersaing untuk merebut hati wisatawan. Sambil sesekali menawarkan souvenir berupa asesoris dari bahan batu alam warna warni. Kalau sabar menawar, souvenir yang ditawarkan dengan harga 25 ribu rupiah perbuah, bisa jatuh menjadi 5 ribu rupiah perbuah. Jeremias yang duduk di bangku kelas dua SMP mengaku sudah dua tahun menjadi guide pada hari hari libur sekolah..”Sehari bisa dapat uang tips dari tamu tidak tentu. Kalau lagi hari baik kadang bisa dapat 100 ribu rupiah sehari. Kalau  lagi hari sial bisa tidak dapat sama sekali tapi itu jarang. Sekarang banyak saingan, makin banyak yang jadi guide,” kata Jeremias.

Jonas, remaja yang satu im khusus berjualan CD lagu-lagu pop Nias dengan cara mengasong pada hari libur sekolah. Ia, mengaku bisa memperoleh penghasdilan sampai 250 ribu rupiah perhari. Apalagi kalau ada acara pesta adat dagangan laku lebih banyak ”Hasil jualan sebagaian untuk orang tua dan untuk keperluan sekolah,” kata Jonas yang duduk di kelas tiga SMP.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com