Wapres Budiono Bukan Pemain Utama Skandal Century

Bagikan artikel ini

Penulis: Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Menyeret Pak Budiono dalam skandal Century tak akan menuntaskan dan membongkar konspirasi sesungguhnya di balik skandal ini. Keterkaitan KKSK yang diketuai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan UKP3R yang kala itu diketuai oleh Marsilam Simanjuntak harus diklarifikasi lebih dulu.

Kedua, meski Pak Budiono waktu itu Gubernur BI bertanggungjawab, jelas dia cuma puncak gunung es. Cuma kulit luar. Adapun daging dan gumpalan darah yang ada di dalamnya, sama sekali belum terungkap. Misalnya bagaimana keterkaitan Ketua KKSK Sri Mulyani yang kebetulan Menteri Keuangan, dengan Ketua OKP3R yang diketuai Marsilam Simanjuntak, yang menariknya juga staf khusus non struktural Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Lantas bagaimana rangkaian dari keterpautan KKSK dan OKP3R dalam jalinan kontaknya dengan beberapa Deputi Gubernur BI, antara lain Miranda Gultom.

Tanpa mengungkap ini, Wapres Budiono cuma jadi kambing hitam. Padahal jelas jelas ada indikasi berperannya Pemerintahan Siluman di balik kasus Century. Dengan disebut-sebutnya nama pengusaha Budi Sampurna dan Hartati Murdaya.

Membongkar skandal Century, menurut saya tidak cukup jika hanya menelisik aliran dana. Belajar dari kasus Skandal Watergate di Amerika pada 1974, di era kepresidenan Richard Nixon, mantra inilah yang dijadikan panduan oleh dua orang wartawan Washington Post, Carl Bernstein dan Bob Woodward. Ketika merujuk pada informasi kelas satu dari seorang narasumber dengan nama samaran Deep Throat, kedua wartawan muda tersebut menelusur keterlibatan Nixon dan para kroninya di Gedung Putih dengan berpedoman pada: Follow the money. Ikuti aliran dana.

Arahan dari Deep Throat yang belakangan kita tahu waktu itu menjabat Wakil Direktur FBI alias Polisi Federal Amerika Serikat, investagi kedua wartawan tersebut  bermuara pada keterlibatan beberapa kroni Nixon seperti Robert Michel, Bob Halderman, John Erlichman, dan lain-lain. Sehingga apa boleh buat Nixon harus ambil alih tanggungjawab, dan dia mengundurkan diri sebelum Kongres mengadakan impeachment untuk melengserkannya secara paksa dari kursi kepresidenannya.

Padahal, pengunduran diri Nixon sebagai buntut dari terbongkarnya keterlibatan para kroni Nixon terkait praktek kecurangan dalam memenangi pemilu presiden, terbukti bukannya membuka apa yang sesungguhnya terjadi dalam skandal Watergate. Melainkan justru menutup kasus ini, karena kesalahan kemudian dilokalisasikan pada diri Presiden Nixon.

Yang sesungguhnya terjadi, dari awal mula skandal Watergate ini dirancang, misi utamanya adalah menggusur Nixon dari kursi kepresidenan di tengah jalan, sehingga memungkinkan jejaring politik Gedung Putih yang berada dalam kendali George Herbert Walker Bush yang waktu itu menjabat Direktur CIA, untuk menguasai Gedung Putih. Caranya, singkirkan Nixon, lalu naikkan Wakil Presiden Gerald Ford menggantikan Nixon, lalu kursi Wakil Presiden yang lowong, diisi oleh Nelson Rockefeller.

Inilah misi sesungguhnya di balik skandal Watergate.

Dalam merancang skenario ini, Bush senior mengandalkan pada Henry Kissinger, yang waktu itu menjabat Menteri Luar Nengeri.

Gary Allen, dalam bukunya The Rockefeller’s Files menulis, skandal Watergate memang dimulai di Gedung Putih. Tetapi tidak dilakukan olen Nixon maupun anak buahnya. Skandal tersebut dilakukan oleh kaki tangan utama Rockefeller, yaitu Henry Kissinger. Jadi Kissinger, Rockefeller dan CIA jelas terlibat. Bahkan mantan ajudan Gedung Putih Carhles Colson dari awal Nixon mencurigai CIA terlibat dalam rencana memata-matai dirinya. Colson menggambarkan Nixon sebagai tawaran Kissinger dalam bulan-bulan terakhir menjelang kejatuhannya seabgai presiden.

Maka dengan lengsernya Nixon dan tersingkirnya para kroninya seperti Charles Colson, Robert Michel, Erlichman dan Haldeman, para kroni Rockefeller terutama Bush senior dan Kissinger, berhasil mendudukkan salah satu anggota keluarga dinasti Rockefeller yaitu Nelson Rockefeller tanpa melalui mekanisme pemilu. Karena selama ini, Nelson Rockefeller selalu gagal dalam usahanya menjadi presiden atau wakil presiden melalui mekanisme pemilu.

Dari sekelumit kisah skandal Watergate yang akhirnya menjebak Nixon sebagai orang paling bertanggungjawab dalam kasus ini, ada satu pelajaran penting yang harus kita serap agar kita tidak jadi korban manipulasi politik orang-orang yang tidak bertanggunjawab, baik dari dalam internal pemerintahan SBY itu sendiri, maupun dari berbagai kelompok kepentingan di luar pemerintahan, yang bermaksud membangun pemerintahan siluman yang melekat pada pemerintahan SBY-Budiono.

Tanpa bermaksud mendukung tetap bertahannya SBY di kursi kepresidenan, saya kira skandal ini pada awalnya dimaksudkan untuk melokalisasikan tanggungjawab skandal Century pada SBY dan Budiono, atau jangan jangan malah akan melokalisasikannya pada diri Budiono dalam kapasitasnya waktu itu sebagai Gubernur Bank Indonesia. Sehingga praktek-praktek pemerintahan siluman yang melekat pada pemerintahan SBY waktu itu melalui UKP3R, yang memungkinkan terjadinya keputusan mengeluarkan dana sebesar Rp 6,7 Triliun bisa sampai terjadi. Padahal anggaran untuk dana talangan akibat potensi terjadinya dampak sistemik perbankan, jumlahnya tidak sampai sebesar itu.

Karena itu, KKSK dan UKP3R sebagai panggung dari keputusan-keputusan yang disetir oleh pemerintahan siluman tersebut, harus ditelisik baik terkait fungsi dan kewenangannya, maupun hubungan antar keduanya, maupun jalinan kontaknya dengan pemain-pemain kunci di Bank Indonesia. Tidak saja Budiono selaku Gubernur BI, melainkan juga para Deputi Gubernurnya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com