Pemimpin Cina, Xi Jinping, mengunjungi Filipina, Selasa, untuk mencapat keuntungan strategis lebih lanjut di bawah Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang memuji “dorongan baru” di balik hubungan dengan ambisi prasarana masifnya dapat bergantung pada negara itu.
Kunjungan Xi terjadi dua tahun setelah Duterte menyatakan mengubah orientasi kebijakan luar negerinya dari sekutu lamanya, Amerika Serikat, ke Cina, kendati terjadi perselisihan maritim dan ketakpercayaan selama beberapa dasawarsa dengan Beijing.
Duterte menghadapi kecaman dari lawan politiknya karena membuat terlalu banyak konsesi politik kepada Cina untuk mempermiliaran dolar dari pinjaman, yang dijanjikan Cina, dan investasi yang masih harus diwujudkan, atau dibuat secara resmi.
Kedua pemimpin itu pada Selasa mengawasi 29 perjanjian, banyak di antaranya terlalu umum dan kabur, mulai dari kerja sama di bidang pendidikan, kebudayaan dan pengembangan kawasan industri, yang bersama-sama mempromosikan infrastruktur, koperasi pertanian dan mendirikan protokol sanitasi untuk pengapalan kelapa.
Duterte mengatakan sudah ada “keyakinan dan kepercayaan yang dalam” antara mereka dan ia dan Xi telah membahas peningkatan perdagangan dan investasi, dan keterlibatan Cina dalam penandatanganan program infrastruktur “Bangun, Bangun, Bangun” senilai 180 miliar dolar.
“Dengan saling menghargai, ketulusan dan ketaatan untuk kesetaraan kedaulatan, saya akan terus bekerja erat dengan Presiden Xi,” kata dia.