Yazid dan ‘The We Feeling’ Indonesia

Bagikan artikel ini

Yazid membangun argumentasi yang konstruktifis. Menurutnya, pendapat yang menuduh Indonesia telah mempraktikan kolonialisme Dunia Ketiga telah melupakan peran Indonesia di KAA 1955 yang membela dan memperjuangkan kemerdekaan di Dunia Ketiga, terutama di regional Afrika. Menyambung argumentasinya, Yazid pula menyindir sejumlah negara Afrika yang bersikap kontra terhadap Indonesia adalah sebagai sikap tak tahu diri. Sebab, kemerdekaan di Afrika adalah buah dari KAA 1955 yang digagas dan disponsori Indonesia.

Argumentasi Yazid menuai hasil. Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa ada delapan puluh suara yang bersikap mendukung Indonesia, nihil suara yang bersikap menolak, dan tiga puluh suara yang bersikap abstain. Perolehan suara itu tertera pada dokumen PBB Nomor UNGA A/PV 1803 tertanggal 19 November 1969.

Akan halnya sikap Aljazair, dukungan Aljazair terhadap posisi Indonesia dalam persoalan Irian Barat lebih banyak diwarnai oleh faktor ‘historical ties’ KAA 1955. Yazid adalah salah satu delegasi peninjau pada peristiwa KAA 1955. Di masa perang kemerdekaan Aljazair (1953-1960), Yazid dan para pejuang kemerdekaan asal Maroko dan Tunisia lainnya mendapat perlindungan di Indonesia.

Sikap Yazid yang menolak Indonesia dituduh sebagai aktor kolonialisme Dunia Ketiga akan berubah pada persoalan integrasi wilayah Timor Portugis ke wilayah Indonesia pada tahun 1977.

Namun demikian, kita merindukan Yazid! Bukan Mbak yang itu. Hehehe…

Andai ada Yazid Yazid yang lain saat ini.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com