Amerika Bingung Cari Pengganti Castro (Anatomi Kekuatan-Kekuatan Oposisi di Kuba)

Bagikan artikel ini

Hendrajit-Executive Director of Global Future Institute (GFI)

Lagi-lagi bocoran WikiLeaks ungkap hal-hal baru yang selama ini publik tidak tahu atau kalaupun tahu karena menduga-duga. Isu suksesi kepemimpinan nasional Kuba paska lengsernya Fidel Castro, tentu saja akan dijadikan momentum oleh para perancang kebijakan luar negeri di Washington untuk mengganti sistem sekaligus kekuatan-kekuatan politik pendukung Castro. Dan itu berarti, harus ada berbagai kekuatan oposisi sekaligus para tokohnya yang bisa diandalkan untuk mengusung isu perubahan paska Castro.

Celakanya di situ pula soalnya, karena menurut Jonathan Farar, Minister Conselor Kedutaan Besar Amerika di Havana, tak satupun figur maupun kekuatan oposisi yang tidak bisa diandalkan untuk merebut kekuasaan paska Castro. Marilah kita kutip laporan dan analisis Jonathan Farrar kepada bosnya di Washington:

“Many opposition groups are prone to dominance by individuals with strong egos who do not work well together and are therefore easy targets for manipulation by the Cuban security services.”

Dari sudut pandang kepentingan strategis Amerika untuk membangun kembali pengaruh Amerika setelah dibuat babak belur menyusul jatuhnya rezim Fulgensio Batista pada 1959 dan tampilnya Fidel Castro dan Che Govara, maka masuk akal jika informasi mengenai semakin menurunnya kesehatan Castro akhir-akhir ini menjadi focus perhatian para pejabat senior Departemen Luar Negeri.

Sebagaimana laporan dan analisis Jonathan Farrar, karena tidak adanya tokoh maupun kelompok oposisi di luar lingkaran kekuasaan yang bisa dijadikan kuda tunggangan Washington untuk mengambil-alih kekuasaan pasca meninggalnya Castro, maka Jonathan Farrar menyarankan Washington agar melirik pelbagai faksi dan tokoh di jajaran pmerintahan Fidel Castro dan adiknya Raul Castor yang masih bercokol saat ini.

Dalam laporannya kepada Washington, dengan mengutip berbagai liputan dan media berkaitan dengan mandulnya kekuatan oposisi di Kuba, maka Farrar  sampai pada sebuah kesimpulan bahwa berbagai kekuatan oposisi di Kuba saat ini benar-benar tidak menyentuh apa yang menjadi kebutuhan dan aspirasi nyata dari masyarakat Kuba secara keseluruhan. Hampir semua kekuata oposisi Kuba hanya sibuk berkeluh kesah dan frustasi berkaitan dengan nasib komunitas pelarian politik Kuba (Cuban Exile Community) yang sekarang ini mengungsi di Miami, Florida, Amerika Serikat. Nyaris hampir semua arus utama kekuatan oposisi Kuba tidak mempunyai gaung dan gema di kalangan masyarakat kebanyakan Kuba saat ini.

Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, begitu lanjut Farrar dalam kawat diplomatiknya kepada Washington, dari polling yang diprakarsai oleh para staf  Kedubes AS di Havana, masyarakat awam Kuba ternyata sama sekali tidak tahu menahu para tokoh maupun agenda-agenda yang diusung kelompok-kelompok oposisi anti Castro. Bahkan para tokoh-tokoh oposisi Kuba usianya tidak bisa dibilang muda lagi. Bahkan sudah tua renta.  Inilah kutipan lengkap Laporan Jonathan Farrar:

“Judging from thereactions we have heard from our dissident contacts, the most painful accusation made by the commentators was that the dissidents are old and out of touch.  Many of the leaders of the dissident movement are indeed comparatively old. Long-time dissidents like Martha Beatriz Roque, Vladimiro Roca, Felix Bonne, Roberto de Miranda, Oscar Espinosa Chepe, Elizardo Sanchez and Hector Palacios are in their 60s. Others such as  Francisco Chaviano and wife Ana Aguililla, Rene Gomez Manzano and Oswaldo Paya are well into their 50.”

Parahnya lagi, sudah usia para tokoh oposisi tersebut rata-rata di atas 50 dan 60 tahun, mereka pun tidak secara intensif membangun kontak dengan kalangan generasi muda Kuba. Alhasil, gerakan oposisi sama sekali tidak mampu menarik minat dan perhatian berbagai segment penting di dalam masyarakat Kuba.

Kepedulian para tokoh oposan yang hanya berkutat pada isu-isu hak-hak asasi manusia atau nasib para kerabat dan teman-teman mereka yang jadi tahanan politik pemerintahan Castro, praktis tidak mampu membangkitkan minat warga masyarakat Kuba yang cenderung berharapa bagaimana supaya mendapat kesempatan untuk hidup nyaman dan bisa berpergian secara bebas kemanapun mereka suka.

Segi lain yang disinggung Jonathan Farrar dalam laporannya, menyangkut soal kegagalan kekuatan oposisi dalam merajut kesatuan tujuan dan langkah strategis dalam melawan Castro. Namun sebagaimana obvervasi dan penilian Jonathan Farrar sebagai Counselor of Minister kedubes AS di Havana, tak ada satupun indikasi yang menunjukkan adanya the unity of purpose atau bersatunya tujuan dari segenap elemen oposisi di Kuba.

Bahkan di kalangan kelompok oposisi tersebut kemudian terjadi pertarungan kekuasaan di antara faksi atau antar para pimpinan gerakan oposisi. Misal, power struggle antara Hector Palacios beserta kelompok pendukungnya versus  para pengikut Martha Beatriz Roque dan Vladimiro Roca. Pada intinya, kegagalan terbentunya organisasi yang memayungi seluruh elemen gerakan oposisi adalah karena keengganan para tokoh sentralnya untuk bekerjasama sebagai satu tim solid. Jadi yang mau dikatakan oleh Farrar adalah sedemikian kuatnya ego di kalangan para pemimpin oposisi sehingga masing-masing ingin jadi orang nomor satu di dalam gerakan oposisi.

Contoh lain adalah gerakan dari Oswalado Paya dan para pendukungnya, termasuk pengacara Rene Gomez Menzano serta ekonom Espinosa Chepe. Benar bahwa mereka ini terhitung satu kekuatan oposisi yang diperhitungkan di Kuba berkaitan dengan gerakannya yang didukung kelompok-kelompok akar rumput di Kuba seperti yang kemudian dikenal sebagai The Varela Project pada 1990-an. Sayangnya tidak ada satu kegiatan yang berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Fokus mereka pada isu HAM dan tahanan politik oleh pemerintah Castro, sungguh tidak ada gaung dan gemanya di kalangan masyarakat Kuba kebanyakan. Singkatnya, Farrar dapat kesan kuat bahwa para tokoh oposisi Kuba tersebut gagal menawarkan alternatif politik kepada masyarakat Kuba.

Dalam laporannya, Farrar juga menceritakan pertemuannya dengan berbagai tokoh partai politik, termasuk yang mengklaim dirinya sebagai pewaris dan penerus Partai Liberal Kuba. Tentu saja para tokoh parpol itu mengklaim punya tujuan politik yang jelas. Para tokoh parpol tersebut  ramai-ramai memaparkan konsep dan agenda reformasinya dihadapan Farrar. Dan menurut Farrar, presentasi mereka cukup mengesankan. Dan umumnya menyentuh isu-isu penting seperti reformasi konstitusi, status angkatan bersenjata dan pasukan keamanan, kebijakan ekonomi dalam negeri maupun internasional. Dan lucunya, platform politik mereka praktis hampir sama.

Namun ketika Minister Konselor AS tersebut  bertanya pada masing-masing perwakilan parpol tersebut tentang bagaimana caranya agar bisa menarik perhatian masyarakat Kuba pada umumnya jika umpamanya besok di Kuba diselenggarakan pemilu nasional, tak satupun dari mereka yang mampu memberikan jawaban yang cukup memuaskan. Sehingga Farrar dapat kesan bahwa mereka bahkan sama sekali belum punya bayangan apa mungkin hal semacam itu akan terjadi di Kuba.

Dari situ Farrar berkesimpulan bahwa saat ini belum ada satu gerakan oposisi yang layak untuk diperhitungkan dalam konstalasi politik Kuba saat ini.

Bahkan ada satu masalah krusial yang cukup serius di internal oposisi, yaitu antara kelompok-kelompok oposisi yang di dalam negeri Kuba dan yang berbasis di luar negeri seperti Miami di Florida dan Madrid, di Spanyol. Para tokoh oposisi di dalam negeri menuduh rekan-rekannya di luar negeri bermaksud untuk melemahkan gerakan dan kelompok-kelompok oposisi di dalam negeri. Mereka yang di luar negeri berambisi untuk merebut kekuasaan tatkala Castro lengser dari kekuasaan saat dia meninggal dunia.

Dengan demikian saat ini tak satupun tokoh oposisi yang memiliki visi politik yang bisa diandalkan untuk mewarnai masa depan politik Kuba pasca Castro. Alhasil, paling yang bisa diharapkan adalah eselon menengah di jajaran pemerintahan Castro saat ini. Meski Farrar belum bisa memprediksi siapa saja di jajaran eselon menengah tersebut yang kelak akan duduk di posisi-posisi kunci pemerintahan Kuba paska Castro.

Namun sepertinya Amerika mengisyaratkan akan mengupayakan terus membangun dan memperluas jaringan kontak-kontak dengan berbagai kalangan elemen masyarakat Kuba  untuk menggalang berbagai kegiatan dalam kerangka prakarsa membangun kepemimpinan dan demokrasi di Kuba.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com