Mengenang DR. Ali Syariati

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Lagi asyik baca bukunya Ali Syariati berjudul Membangun Masa Depan Islam. Yang menarik minat saya adalah konsepnya tentang orang-orang yang tercerahkan. Orang-orang jenis ini, belum tentu seorang pakar, ilmuwan atau seniman/budayawan. Orang-orang biasa pun bisa masuk kategori orang-orang yang tercerahkan.

Orang-orang jenis ini, tahu apa yang jadi akar penyebab krisis yang sedang melanda negeri, mengapa terjadi kebuntuan budaya dan kebuntuan spiritual. Sehingga mereka sebagai orang-orang yang tercerahkan merasa punya tanggungjawab jawab sosial untuk menghidupkan kesadaran diri dalam masyarakat lingkungannya, sehingga bisa memandu dan memberi peta jalan menuju kemandirian dan kemeredekaan.

Yang amat disayangkan, menurut Dr Syariati, di kebanyakan negara-negara berkembang, termasuk di Iran ketika masih dalam masa tirani kekuasaan Sjah Iran, para intelektual dan ulama yang tidak tercerahkan, memberi gambaran “akar penyebab palsu” dan “solusi semu” dari masyarakat lingkungannya. Sehingga masyarakat bukannya dipandu untuk menemukan kembali kekuatan kepribadian, karakteristik kebudayaan, dan keaslian spritualitas masyarakatnya, sebaliknya malah digiring untuk melibatkan diri dalam berbagai masalah yang tidak ditujukan untuk memecahkan akar masalah.

Kembali ke diri sendiri, agar menemukan kesadaran diri, bukan berarti mengagung-agungkan masa silam, apalagi yang beraroma mitologis. Kembali ke diri sendri, adalah upaya untuk menemukan kepribadian dan sifat kita, doktrin dan sejarah kita, dan menghidupkan jiwa kreatif dan nilai-nilai spiritual kita yang suci.

Diri yang dimaksudi di sini, adalah orang yang mewujudkan dan menggambarkan berjuta-juta manusia yang telah hidup berabad-abad yang lalu dan mengalami perubahan-perubahan, revolusi-revolusi, berbagai kebudayaan dan ideologi.

Dan masa lampau itu kita datangkan kembali, kita hadirkan di masa kini, sehingga sejarah jadi hidup dan bergerak, ke masa kini. Bukan kembali ke masa lalu yang kuno dan beku, tapi sebaliknya.Melalui sejarah yang kita hadirkan ke masa Sekarang, maka kitalah orang itu, diri yang dimaksud.

Waktu saya menyimak topik ini, sontak saya menyadari hikmah dari pesan ini. Betapa pentingnya para pemimpin kita saat ini, untuk berpikir out of the box. Kata kuncinya adalah, menumbuhkan kesadaran diri.

Tanpa menempuh tahapan ini, revolusi hanya akan jadi sebuah ilusi. Karena sekarang ini kita menghadapiu musuh dari dua fron secara bersamaan, yang menggunakan dua tema yang berbeda, namun satu tujuan. Agar kita sebagai masyaraat dan bangsa, tidak mengenali kepribadian asli kita sendiri. Di satu pihak, kita menghadapi orang-orang yang tak pedulian karena sudah jadi orang-orang yang dibaratkan, sehingga terasing dengan rakyatnya sendiri.

Pada sebaliknya, kita menghadapi orang-orang yang menganut fanatisme keagamaan, karena tidak dipandu untuk menghayati kekedalaman batin dari agamanya. Orang yang tidak pedulian anehnya kemudian bersekutu dengan orang-orang fanatik, untuk mematikan daya hidup dan daya gerak kekuatan kebudayaan kita sebagai bangsa.

Ulasan singkat saya ini, sekaligus untuk mengapreasi Dr Syariati, yang sayangnya meninggal dunia secara misterius pada 1977, hanya setahun sebelum Revolusi Islam Iran meletus pada 1978, yang keudian pada perkembanganya telah menghantarkan kejatuhan Sjah Iran dan Dinasti Pahlevi dari tampuk kekuasaan.

Namun jejak-jejak gagasan Syariati maupun orang-orang tercerahkan Iran lainnya, berhasil dilembagakan melalui tata kelola kenegaraan dan pemerintahan di Iran. Betapa yang namanya Ketahanan Budaya mampu bermutasi menjadi Ketahanan Nasional yang mengakar.

Kita di tanah air, yang sedang menghadapi krisis multi dimensi, tentu saja tak mungkin meniru model Iran. Namun gagasan Dr Syariati yang bersifat universal dan inspiratif, saya kira bisa mengilhami para intelektual kita untuk menciptakan solusi-solusi baru yang khas Indonesia.

Kesadaran diri hanya akan tumbuh ketika kita mengenali semangat umum yang berkembang di lingkungan masyarakat kita saat ini. Bukan sekedar mengenali keluhan-keluhan umum yang disuarakan masyarakat namun lebih penting dari itu, mengenali apa yang jadi hasrat dan dambaan pada umumya masyarakat kita saat ini secara lahir dan batin.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com