Indonesia Tetap Strategis di Mata Jepang

Bagikan artikel ini

Tim Global Future Institute (GFI)

Di mata Amerika Serikat dan Jepang, Indonesia tetap punyanilai strategis di dalam pandangan para pembuat kebijakan luar negeri dan ekonomi Jepang.Tapi ironisnya, justru Indonesia yang gagal mengenali nilai dan kekuatan strategis dalam dirinya.

Begitulah penilaian yang sempat mencuat dalam diskusi terbatas yang diprakarsai oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) bersama Global Future Institutte. Kedua lembaga think-thank tersebut menghadirkan dua pembicara alumni Jepang Himawan dan Taufik. Diskusi yang digelar di Wisma Daria, Kebayoran Baru tersebut, juga mendapat kehormatan dengan hadirnya mantan Kepala Staf Angkatan Darat dan Ketua Majelis Luhur Taman Siswa Jenderal (purn) Tyasno Sudarto.

Jepang memang punya alasan kuat menilai Indonesia sebagai kekuatan strategis di kawasan Asia Pasifik. Betapa tidak,70 persen peredaran barang ke seluruh dunia harus melewati perairan Indonesia. Demikian ungkap Himawan, alumni Internatioanal University of Nigata,Jepang, yang saat ini memegang jabatan cukup penting di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Tapi ya itu tadi. Nilai strategis Indonesia justru sama sekali tidak dikenali oleh para pemain kunci di Indonesia. Bayangkan saja, lanjut Himawan, justru Jepang lah yang tahu betul peta wilayah-wilayan Indonesia yang memiliki kandungan minyak yang ada di Indonesia. Himawan, yang oleh kerabat dekatnya kerap dipanggil Simon, daerah sekitar Ambalat yang sempat memicu ketegangan antara Indonesia dan Malaysia, sebenarnya merupakan daerah yang memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi. Dan Jepang, dari awal sudah mengetahui hal tersebut.

Jepang Berharap Indonesia Lancarkan Revolusi

Isu lain yang tak kalah menarik diungkap oleh Taufik, juga alumni Jepang yang ikut serta dalam diskusi tersebut. Dalam pertemuannya dengan salah seorang politisi senior Jepang bernama Nakajima dan Sakurai, sempat muncul pendapat bahwa Jepang sangat berharap Indonesia akan bangkit kembali sebagai negara yang makmur dan sejahtera secara ekonomi. Semakin sejahtera rakyat Indonesia, produk-produk Jepang di Indonesia akan semakin laku.

Namun menururt Nakajima, sebagaimanana yang dikisahkan kembali oleh Taufik di hadapan KNI dan Global Future Institute, Indonesia tidak mungkin makmur dan sejahtera jika tidak melakukan perubahan-perubahah yang fundamental dan drastis di semua bidang.

Kelemahan mendasar Indonesia, menurut Nakajima, Indonesia sampai sekarang gagal bersinergi sehingga tidak berhasil mencapai target apa yang diinginkan. Karena apa maunya pun, Indonesia tidak jelas.

Indonesia pasca Suharto memang membuat Jepang beralasan untuk resah. Di era pemerintahan Suharto yang berjalan selama 32 tahun, Jepang sangat senang karena dalam melakukan investasi hanya ada tiga pintu masuk: Sudjono Humardani, Mas Isma(Tokoh Kosgoro), dan Ginandjar Kartasasmita.

Tak heran jika Foreign Diriect Investment Jepang di Indonesia sempat berada pada urutan pertama di dunia. Sekarang, di era pasca Suharto, turun ke peringkat ketiga. Adanya banyak pintu masuk, malah bikin Jepang bingung tujuh keliling. Sehingga investasi Jepang di Indonesia yang sempat terbesar dibanding negara lain, sekarang sudah menurun.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com