AS Harus Berniat Baik Hentikan Penempatan THAAD di Korsel Sebelum Pertemuan Tingkat Tinggi AS-Korut

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)

Prospek penyelesaian konflik di Semenanjung nampaknya semakin cerah menyusul kesepakatan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diadakan di Tokyo, Jepang. Apalagi dengan diselenggarakan di Jepang, maka Jepang dengan sendirinya akan ikut serta mewarnai kesepakatan Dua Korea dalam KTT tersebut. Sehingga akan bermuara pada terciptanya perdamaian di Semenanjung Korea, dan berakhirnya konflik Korsel dan Korut menyusul berakhirnya Perang Dunia II.

Namun, seperti haraparan berbagai kalangan, KTT Korsel-Korut tersebut juga diharapkan bisa menjadi landasan dan panduan menuju tahapan selanjutnya, yaitu pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS Donald J Trump dan Presiden Korut Kim Jong-un. Tercapainya kesepakatan damai antara dua Korea itu, berarti akan memberi kontribusi yang sangat berguna bagi perdamaian dunia.

Salah satu faktor krusial yang mengancam tercapainya kesepakatan damai antara AS dan Korut, adalah penempatan dan pemasangan senjata canggih bernama Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan. Sistem pertahanan antirudal itu sudah diaktifkan sejak 1 Mei 2017 lalu.

Sebagaimana klaim dari pihak jurubicara pasukan AS di Korsel THAAD ini ditempatkan di Korsel untuk menghadang rudal balistik antarbenua Korut yang bermuatan nuklir. Selanjutnya, pihak pasukan AS di Korsel menambahkan, bahwa sistem pertahanan antirudal  di sisi selatan Seongju County, Provinsi North Gyeongsang, itu dirancang untuk mencegat dan menghancurkan rudal balistik jarak pendek dan menengah pihak Korut.

Baca: Tentang THAAD, Senjata Supercanggih AS yang Bikin Beijing Gelisah

Namun terkesan bahwa penempatan THAAD di Korsel bukan untuk menghadapi Korut, sebab jika untuk sekadar untuk menghancurkan kekuatan bersenjata Korut, cukup dengan menggunakan kekuatan persenjataan konvensional saja, mengingat superioritas dan keunggulan persenjataan AS dibandingkan Cina maupun Rusia sekalipun.

Sehingga bisa dipastikan sasaran AS sesungguhnya dengan penempatan THAA di Korsel adalah untuk menghadang dan mendeteksi operasi militer Cina di Semenanjung Korea.  Bahkan penempatan THAAD di Korsel pada perkembangannya merupakan keuntungan bagi AS secara militer, khususnya dalam mengakses informasi pertahanan Cina. Misal, adanya THAAD di Korsel berarti pihak pasukan AS dapat melacak keberadaan rudal balistik milik Cina. Sehingga bagi Cina dipandang sebagai ancaman nasional.

Sinyalemen tersebut terbukti sebab selang beberapa hari setelah THAAD dinyatakan aktif di Korsel, Cina sontak melancarkan protes keras. Melalui Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, mengatakan: ”Kami menentang pengoperasian sistem THAAD di Korsel dan mendesak semua pihak terkait untuk segera menghentikan program tersebut. Kami tidak akan segan mengambil langkah tegas,” kata Geng Shuang.

(Untuk mengenal lebih jauh keterangan mengenai THAAD, baca

Terminal High Altitude Area Defense

Bisa diartikan bahwa istilah “tidak akan segan mengambil langkah tegas” berarti aksi militer yang bersifat agresif. Mengingat latarbelakang tersebut, maka good will atau niat baik AS untuk menghentikan pengoperasian dan pengaktifan sistem pertahanan rudal rudal berbasis darat atau THAAD tersebut sangatlah mendesak sebelum pertemuan tingkat tinggi AS-Korut berlangsung.

 

Dengan demikian, baik KTT Korsel-Korut di Tokyo Jepang akhir Mei maupun pertemuan tingkat tinggi Trump dan Jong-un kiranya sama-sama penting.

Apalagi dari pihak Korut sudah memberi jaminan akan menhentikan program uji coba peluncuran rudal balistik antar benua-nya yang bermuatan nuklir asalkan AS pun menghentikan penempatan THAAD di Korsel.

Baca : South Korea to antagonize China with THAAD

Jadi, ditinjau dari berbagai sudut pandang, AS dan Korsel nampaknya harus bersepakat untuk menghentikan penempatan THAAD di Korsel. Apalagi bagi Korsel sendiri, penempatan THAAD di negaranya, pada perkembangannya telah memperburuk hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Korsel dan Cina.

Sikap agresif AS, Korsel dan Jepang dalam menghadapi Korut, pada perkembangannya akan mempertajam eskalasi konflik militer di Semenanjung Korea, dan Asia Pasifik pada umumnya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com