Filipina Tantang Kapal Perang China di Laut China Selatan

Bagikan artikel ini

Ketegangan di di Laut China Selatan terus meingkat. Hal ini ditunjukkan melalui tindakan Penjaga Pantai Filipina yang mengusir kapal perang China perairan yang disengketakan itu, demikian livemint.com melaporkan.

Dalam sebuah pernyataan Senin, Penjaga Pantai Filipina telah mengirim tantangan lisan ke kapal perang China yang terlihat di Marie Louise Bank. Kapal China akhirnya pindah dari daerah itu, kata pernyataan itu.

Kapal asing itu mengirim pesan radio yang mengidentifikasi dirinya sebagai “Kapal Perang Angkatan Laut China 189” dan meminta kapal Filipina yang membuntutinya untuk menjaga jarak, kata Penjaga Pantai.

Kapal kedua negara telah terkunci dalam kebuntuan di Laut China Selatan selama berbulan-bulan, setelah ratusan kapal China menyerbu wilayah yang disengketakan awal tahun ini. Filipina, yang didukung pemerintahan Joe Biden, telah berulang kali memprotes kehadiran kapal tersebut, sementara Beijing mengatakan tindakannya normal dan sah.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada konferensi pers Senin di Beijing bahwa dia tidak mengetahui masalah tersebut dan mengarahkan pertanyaan kepada pihak berwenang lainnya.

Manila sebelumnya telah memerintahkan Beijing untuk menarik semua kapalnya dan menyebut kehadiran kapal-kapal tersebut dinilai sebagai pelanggaran ke wilayah kedaulatannya, yang selama ini disebut sebagai Laut Filipina Barat.

Atas tudingan Filipina menyusul tersebarnya “milisi maritim”nya, China yang selama ini mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, menyatakan kapal-kapal itu adalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari cuaca buruk.

Sebaliknya Manila pun menegaskan kapal-kapal tersebut berasal dari milisi maritim Beijing, yang sering dituduh melakukan operasi militer rahasia di daerah tersebut.

Patroli udara dan laut Filipina lebih lanjut mencatat bahwa pada April lalu, setidaknya ada 44 kapal berbendera China yang tetap berada di terumbu berbentuk bumerang, kata satuan tugas militer Filipina yang bertugas memantau perairan yang disengketakan. Lebih dari itu saat ini ada sekitar 210 kapal-kapal China “mengerumuni” terumbu dan pulau lain di daerah itu.

Sementara Beijing sering menggunakan istilah “sembilan garis putus-putus” untuk membenarkan klaimnya atas sebagian besar Laut Cina Selatan dan telah mengabaikan keputusan pengadilan internasional tahun 2016 di Den Haag yang memutuskan bahwa pernyataan tersebut tidak memiliki dasar.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com