Lingkaran Setan: “Siapa ‘Pemenang’ Dalam Konflik Ukraina?”

Bagikan artikel ini
Cerpen Kecil Geopolitik
Dalam geopolitik, apapun model peperangan alias konflik, itu hanya agenda. Sedangkan skema atau tujuannya ialah mencaplok geoekonomi. Nah, arti geoekonomi ini mengalami pergeseran makna dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19, misalnya, geoekonomi diartikan sebagai rempah-rempah; lalu di abad ke-20, geoekonomi bergeser menjadi emas, minyak dan gas bumi; mungkin abad ke-21 dan seterusnya, makna geoekonomi bisa berubah menjadi rare earth, misalnya, atau nikel, dan lainnya — tergantung komoditas favorit serta konteks kebutuhan industri pada masanya. Ini sekadar prolog cerita pendek (cerpen) kecil bernapas geopolitik.
Kembali ke topik. Ada hal unik akibat imbas konflik Ukraina versus Rusia. Bahwa Singapura yang mendukung sanksi Barat pada satu sisi, namun sekarang justru menjadi salah satu pembeli terbesar minyak Rusia di sisi lain. Realitas tersebut, ibarat dua sisi pada sekeping mata uang, bertolak-belakang namun bertautan.
Singapura mendadak muncul sebagai salah satu importir minyak Rusia. Padahal, ia pendukung sanksi Barat terhadap Rusia. Apakah ini merupakan sinyal atas sikap oportunis Singapura; ataukah, ia cuma disuruh oleh Barat? Kenapa demikian, agar impor minyak Rusia tidak terlalu kentara sebab dilakukan pihak ketiga. Hal ini ditengarai, konon kilang-kilang minyak di Singapura tidak kompatibel dengan jenis minyak mentah Rusia.
Selain itu, ada empat negara/teritori UE yang masih mengimpor minyak Rusia seperti Gibraltar misalnya —ini teritori Inggris— atau Malta, Yunani dan Spanyol. Tanpa rasa malu, keempat negara itu masih mengimpor langsung minyak dari Rusia. Padahal, mereka mendukung sanksi terhadap Rusia. Unik. Sekali lagi, apakah ini ujud sikap oportunis; atau, negara-negara dimaksud sudah kepepet energi?
Retorika selidik pun muncul, “Apakah hal tersebut merupakan isyarat bahwa Eropa sebenarnya terbelah alias berbeda diametral melalui gaung palsu yang diteriakkan melalui tagar: “UE bersatu melawan Rusia?”
Fakta lain yang muncul, mirip impor Belgia dan Grace, konon kilang Singapura kurang cocok dengan jenis minyak mentah Rusia. Mungkin, inilah alasan kenapa Indonesia tidak mengimpor minyak murah dari Rusia, karena nyaris semua pengilangan minyak Indonesia di kilang milik Singapura. Atau, karena ‘takut’ dengan Amerika Serikat (AS)?
Dari perspektif geopolitik, Singapura merupakan ‘pintu masuk’ menuju Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, AS, dan Taiwan — ya, semua negara tadi masih membeli minyak Rusia melalui Singapura. Bahkan negara-negara UE termasuk Netherlands kini membeli minyak via Singapura. Sepertinya, Singapura dipakai Barat sebagai perantara akibat fakta pahit: ‘negara-negara tersebut butuh minyak Rusia’. Tetapi, jajaran Barat malu kalau mengimpor terang-terangan.
Secara geopolitik, pelabuhan Singapura merupakan pintu masuk wilayah Asia Pasifik. Jadi, tujuan impor minyak Rusia via Singapura semata-mata untuk melayani kelompok negara aliansi Barat seperti Selandia Baru contohnya, atau Australia, Korea Selatan, bahkan AS dan Belanda.
Secara geostrategi, kelak bila Perang Dunia III meletus di abad ini, kemungkinan besar yang menjadi sasaran nuklirnya Putin kali pertama ialah Singapura, kenapa? Tak lain, guna menyabot aliran minyak serta melumpuhkan energy security negara-negara musuhnya. Namun, ini sebatas asumsi penulis. Dan seandainya asumsi ini benar, Indonesia nantinya pun bakal tersendat pasokan minyaknya bila Singapura menjadi target (pertama) serangan Putin.
Dari data dan berita industri minyak, Polandia kini mulai mengimpor minyak Kazakhstan melalui pipa. Dan pipa minyak Kazakhstan melewati Rusia. Pantas saja Polandia kini ‘merapat’ ke Rusia, karena jika konflik memuncak, perang dunia misalnya, jalur pipa minyak Kazakhstan – Polandia bisa ‘dihentikan’ oleh Putin dengan mudah karena melewati wilayah Rusia.
Data per Januari 2022 —sebelum operasi militer khusus Rusia— Netherlands adalah pembeli terbesar minyak Rusia. Pada Februari 2023 setelah negara-negara UE menjatuhkan sanksi kepada Rusia, ternyata masih ada empat negara sebagaimana di atas (Yunani, Malta, Gibraltar dan Spanyol) membeli minyak Rusia secara langsung.
Nah, sesuai judul cerpen ini, siapakah ‘pemenang sementara’ dalam konflk Ukraina?
Jawabannya adalah: “Singapura”. Sebab, hampir semua negara-negara musuh Rusia mengimpor minyak dari Singapura, sedangkan Red Dot —julukan lain untuk Singapura— justru membeli minyak dari Rusia. Inilah lingkaran setan dalam dinamika geopolitik global.
If you would understand world geopolitics today, follow the oil, kata Deep Stoat, pakar strategi AS.
Tamat
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com