Afrika Sangat Strategis Bagi Indonesia, Untuk Merevitalisasikan Kembali Aliansi Asia-Afrika Sebagai Penyeimbang Kekuatan Dalam Percaturan Politik Dunia

Bagikan artikel ini

Presentasi Muhammad Anthony, Wartawan Senior Kantor Berita Antara dan Pemrakarsa Pusat Kajian Afrika di Global Future Institute. Pada Seminar terbatas GFI tentang Konsepsi Indo-Pasifik, di tengah semakin menajamnya persaingan global AS versus Cina (Perspektif Politik Luar Negeri RI Bebas-Aktif)

Di sini saya ingin menegaskan kembali bahwa Indonesia harus kembali merekatkan hubungan dengan Afrika dan bisa menjadi mediator merevitalisasi kekuatan aliansi Asia-Afrika sebagai penyeimbang kekuatan dalam percaturan politik dunia. Bila kita melihat tren belakangan dari pemberitaan media, hubungan Indonesia dan negara-negara Afrika cukup fluktuatif. Tahun lalu misalnya, telah terjadi pertemuan Indonesia Afrika Forum di Bali. Lalu menyusul pada Agutus tahun ini, Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue yang digelar di Pulau Dewata pula.

Adapun soal persaingan Indo Pasifik vs. BRI, saya masih ingat sekali perkataan Kepala BPPK (Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan) Kementerian Luar Negeri, Siswo Pramono. Beliau bilang Indonesia sudah sepatutnya berselancar di antara dua manuver tersebut. Namun di samping itu, kita tidak boleh melupakan Afrika.

Kita ketahui ada 54 negara yang di benua Afrika yang diakui oleh PBB. Kemudian total populasi yang di atas satu milyar. Dan tentu ini menjadi ceruk bagi Indonesia dengan memanfaatkan kerja sama di lintas bidang, terutama dalam rangka sharing ekonomi. Seperti dalam pertemuan terakhir yang menyepakati kerja sama pembangunan di Afrika.

Sebelum itu, negara-negara Afrika juga banyak memberi manfaat bagi Indonesia. Misal Angola yang mengekspor minyak ke Nusantara pada medio 2015. Lebih dari itu, tren Africa Rising pada abad ini bisa jadi makin mengemuka. Oleh karenanya, Indonesia jangan abai dengan tren tersebut dengan tetap persisten menjalin kerja sama lintas bidang.

Kerja sama kita dengan Benua Hitam sejatinya punya prospek yang cerah, bila mengingat rekam jejak. Karena perlakuan kita berbeda dengan negara lain yang begitu kentara relasi indepedensi. Cina misalnya, yang menjalani praktik kerja sama berbasis kekuatan ekonomi yang jomplang, sehingga debt trap mendera beberapa negara.

Perlakuan kerja sama Indonesia-Afrika lebih bersifat interdepedensi dan menggunakan pendekatan capacity building. Dua belah pihak saling ketergantungan dan berada pada posisi dan harga tawar yang sejajar.

Terakhir, kerja sama di bidang militer pun bisa Indonesia tempuh. Sebab, saya dengar ada beberapa negara Afrika tertarik dengan alutsista garapan Indonesia.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com