Rusman, Peneliti Global Future Institute (GFI)
Akibat terdesak oleh alih fungsi lahan, baik untuk perkebunan dan lainnya, keberadaan primata Bekantan yang tinggal di kawasan hutan di Kalimantan Selatan semakin terdesak. Demikian dikatakan Pengendali Ekosistem Hutan Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Heri Sofyan, seperti yang dilansir ANTARA, Sabtu (09/01/2015).
Akibat alih fungsi lahan tersebut jelas Heri, sekumpulan bekantan di beberapa daerah harus terus bermigrasi. Bahkan katanya, beberapa diantaranya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan permukinan manusia.
“Akhir-akhir ini kita sering menemukan bekatan berkeliaran di sekitar lingkungan permukiman warga, padahal sebelumnya hewan hidung panjang tersebut merupakan hewan yang sangat pemalu,” katanya.
Lebih lanjut Heri mengatakan, bukan hanya beradaptasi dengan lingkungan permukiman, hewan yang sebelumnya hanya pemakan tumbuhan itu kini mulai mau makan buah-buahan seperti pisang.
Saat ini, menurut Heri, populasi Bekantan di Kalimantan Selatan diperkirakan tersisa 500 ekor lebih, sehingga diharapkan terus digaungkan gerakan kepedulian terhadap hewan hidung mancung tersebut, secara masif dari seluruh masyarakat dan pihak terkait.
BKSDA juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk ikut membantu mengawasi dan menjaga primata yang juga menjadi maskot Kalimantan Selatan yang ada di daerah ini.
“Selain melakukan pengawasan dan perlindungan, kita juga telah melakukan rehabilitasi kawasan yang menjadi tempat hidup dan berkembang biak hewan-hewan yang dilindungi di daerah ini,” katanya menambahkan.
Berdasarkan catatan The Global Review, Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet.
Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan darwasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi Bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. (TGR07)