Masdarsada, Alumni Pascasarjana KSI – UI
Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) kerja sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC, yang akan diselenggarakan pada 5 – 7 Oktober 2013, merupakan momentum bagi kebangkitan ekonomi Indonesia sekaligus peran strategis Indonesia bagi perekonomian global terlebih lagi dengan terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Asia-Pasific Economic Forum (APEC) 2013 dan tuan rumah penyelenggaraan APEC.
Kepercayaan tersebut harus dimaknai dengan usaha bersama-sama untuk mensukseskan pelaksanaan KTT APEC tersebut. Indonesia diharapkan menggunakan momentum KTT APEC ini untuk memberikan kontribusi yang berarti terhadap proses integrasi ekonomi regional se Asia-Pasifik, seperti yang terjadi di Tahun 1994, dengan kelahiran Bogor Goals. KTT APEC harus dikawal kesuksesannya, mengingat APEC memiliki peranan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi regional dan global. Disisi lain, APEC juga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi nasional melalui penguatan ketahanan ekonomi daerah dalam perlambatan ekonomi global saat ini, dan memberikan hasil yang lebih kongkret untuk masyarakat, khususnya dalam mensejahterakan masyarakat.
Kerjasama APEC ini bukanlah merupakan sebuah bentuk kerjasama politis, tetapi lebih menekankan pada bentuk kerjasama yang fokus pada ekonomi, perdagangan, dan investasi. Kita masih ingat bahwa Indonesia memiliki konstribusi yang cukup signifikan pada awal pembentukan APEC yakni keberhasilannya merumuskan Bogor Declaration pada saat sebagai ketua APEC Indonesia tahun 1994, termasuk di dalamnya adalah Bogor Goals.
Dengan dasar Bogor Goals tersebut fokus utama APEC menjadi sebuah upaya membentuk kawasan Asia Pasifik yang lebih bebas dan terbuka bagi perdagangan dan investasi.Target pencapaian Bogor Goals bagi negara maju adalah pada 2010, sementara bagi negara berkembang adalah pada 2020.Di bawah tema yang diusung oleh Indonesia pada APEC 2013 ini, beberapaprioritas yang terkait dengan pencapaian Bogor Goals, sustainable growth with equality, serta peningkatan konektivitas diharapkan mampu terwujud sehingga dapat menjadikan kawasan Asia Pasifik sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia.
Permasalahannya saat ini adalah apakah APEC benar-benar mampu menjadi peluang bagi pengembangan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia ataukah sebaliknya justru akan menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Mengingat berbagai macam permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh Indonesia sebagai negara yang dalam tahap menghadapi liberalisasi perdagangan pada tahun 2020.
Setidaknya terdapat tiga hal yang mampu dijadikan Indonesia sebagai peluang dalam APEC yakni : Pertama, APEC merupakan kesempatan bagus untuk menunjukkan potensi guna meningkatkan jumlah investasi ke Indonesia, karena kondisi perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada investasi asing. Agar para investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia maka kondisi domestik harus dipersiapkan sebaik mungkin agar mampu menjadi lahan yang menarik untuk investasi. Dengan optimism seperti itu Indonesia yakin akan keuntungan yang akan diperoleh melalui APEC, sebagaimana hal yang diinginkan oleh banyak negara berkembang bahwa free trade akan mampu mewujudkan fair trade.
Kedua, adanya keinginan dari Indonesia untuk meraih pencitraan internasional yang positif terhadap kemajuan ekonomi yang diperolehnya. Dengan kata lain, Indonesia ingin menunjukkan perannya sebagai negara yang memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi kawasannya. Indonesia tidak ingin terjebak dalam suatu pola yang seakan-akan menunjukkan bahwa ekspor darinegara berkembang tidak akan mampu menembus pasar negara maju, buktinya saat ini Indonesia masih menjadikan Cina, Jepang dan Amerika Serikat sebagai negara yang menempati tiga urutan terbesar sebagai negara tujuan ekspor.
Ketiga, kepentingan politis-strategis dari Indonesia untuk menjadi mitra negara-negara maju khususnya Amerika Serikat. Bagi Indonesia, dengan keterlibatannya di dalam APEC mampu menjadi sebuah pertanda kedekatannya dengan Amerika Serikat. Sejak pertemuan Bogor 1994 dengan kehadiran Amerika Serikat di dalam APEC, maka eksistensi APEC benar-benar memperkuat proses liberalisasi ekonomi dan juga menjadi ajang untuk mengkonsultasikan masalah-masalah regional.
Sejak ikutserta dalam APEC, Indonesia mencatat perkembangan yang pesat dalam perekonomian dengan sesama anggota di Asia-Pasifik. Total perdagangan Indonesia di tahun 1989 keseluruh ekonomi anggota APEC adalah 29,9miliar dollar AS, sekitar 78% dari total perdagangan Indonesia keseluruh dunia. Di tahun 2011 ekspor Indonesia keseluruh ekonomi anggota APEC mencapai 289,3 miliar dollar AS, sekitar 75% dari total perdagangan Indonesia ke seluruh dunia, terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat, dari tahun 1989 ketahun 2011, atau 22 tahun terakhir. Investasi dari ekonomi APEC ke Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 9,26 miliar dolar AS, dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 10,7 miliar dolar AS. Selain itu, pada tahun 2011, 10 dari 20 anggota ekonomi APEC termasuk dalam 20 investor terbesar Indonesia.
Ketika Indonesia memimpin APEC 2013, berarti Indonesia juga menjadi daya tarik perekonomian dunia, mengingat APEC menguasai 56 persen PDB dunia, 39,8 persen penduduk dunia, dan total PDB 2011 berkisar USD 38,9 triliun.
Indonesia bersama 20 Negara anggota APEC lainnya, diharapkan mampu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan mampu cepat pulih dari guncangan dan dampak yang mewabah dari wilayah lain, mengingat 21 anggota APEC yang disebut “entitas ekonomi”, yang menyumbang sekitar 40 persen dar ipopulasi dunia, sekitar 55 persen dari Gross Domestic Product (GDP) dunia dan sekitar 44 persen dari perdagangan dunia.
Ke-21 entitas ekonomi APEC adalah Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Republik Rakyat Cina, Hong Kong, China, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Meksiko, SelandiaBaru, Papua Nugini, Peru, Republik Filipina , The Federasi Rusia, Singapura, Cina Taipei, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam. Dengan demikian diharapkan mampu menjadikan kawasan Asia-Pasifik, sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global, demi pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan dengan ekuitas, dan promosi konektivitas.
Indonesia dapat memainkan peran di antaranya, bagaimana kita mengatakan kalau kawasan ini merupakan kawasan yang more resilience (memiliki daya tahan) terhadap shock tetapi juga merupakan kawasan pertumbuhan Asia Pasifik.
Dengan tiga pilar, yaitu keberhasilan Bogor Goals dimana kita mengingatkan kembali bahwa Bogor Goals tidak hanya berbicara tentang equity (Hasil KTT APEC 1994) akan tetapi bicara juga tentang capacity building. Pilar kedua yaitu equitable development, dimana pembangunan itu harus merata dan berkeadilan antar negara-negara. Dan yang ketiga adalah connectivity,”.
Pelaksanaan APEC 2013 jugaakanmenjadikesempatanbagi Indonesia untukmemanfaatkankerjasamaekonomi regional untuk memajukan kepentingan nasionalnya dalam pengembangan kapasitas ekonomi domestik Indonesia, mempromosikan penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan investasi dan ekspor Indonesia. Selain itu, selaku tuan rumah Indonesia di APEC juga akan pasti mendorong manfaat positif dalam promosi perdagangan Indonesia, investasi, pariwisata, dan budaya kewilayah tersebut. Ekonomi APEC akan melanjutkan pekerjaan untuk mempertahankan momentum liberalisasi perdagangan dan investasi serta fasilitasi.
Upaya untuk mencapai Bogor Goals akan dilakukan melalui upaya berkelanjutan untuk menciptakan integrasi ekonomi kawasan yang lebih mendalam, seperti; memperluas sistem perdagangan multilateral, liberalisasi perdagangan, investasi dan fasilitasi, serta kapasitas operasi bangunan di LAISR/ANSSR.
KTT APEC sebagai forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhanekonomi, kerjasama perdagangan dan investasi sehingga perlu mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia untuk mensukseskan penyelenggaraan APEC. Suksesnya penyelenggaraan APEC disamping untuk mencapai tujuan utama untuk peningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran kawasan dan memperkuat komunitas Asia-pasifik juga sebagai promosi pariwisata dan penegasan bahwa situasi keamanan Indonesia kondusif dan layak sebagai sasaran untuk berinvestasi.
Jakarta Augustus 2013