Bergabungnya Iran, SCO Semakin Strategis Sebagai Blok Politik-Keamanan Menghadapi Hegemoni Global AS-NATO

Bagikan artikel ini

Pada 4 Juli 2023 lalu, merupakan peristiwa yang cukup penting bagi forum kerjasama multilateral Shanghai Cooperation Agreement (SCO) yang dimotori oleh Republik Rakyat Cina dan Republik Federasi Rusia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO secara resmi menerima Iran sebagai anggota terbaru mereka.

Hal ini merupakan isyarat jelas bahwa SCO seperti juga blok kerjasama ekonomi BRICS(Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan), semakin memperkuat dirinya sebagai entitas politik dan ekonomi untuk mengimbangi hegemoni AS dan Blok Barat yang tergabung dalam Uni Eropa.

Pembukaan KTT SCO di India: Rusia Dukung Perluasan SCO

KTT SCO tahun ini bertindak sebagai tuan rumah adalah India, namun konferensi yang dipimpin oleh Perdana Menteri India Narendra Modi tersebut diselenggarakan secara virtual. ertemuan ini dihadiri oleh Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan pemimpin negara-negara Asia Tengah lainnya. SCO yang dibentuk pada 2001 lalu semula hanya sebatas kerjasama antara Cina-Rusia untuk mengawal kawasan Asia Tengah di bidang perdagangan dan kontra-terorisme. Namun pada perkembangannya kemudian SCO menjadi benih pergeseran konstalasi global yang semula didominasi oleh pendekatan Unipolar AS dan blok Barat, kemudian mengilhami pergeseran kerjasama-kerjasama internasional melalui pendekatan Multipolar. Salah satunya yang kemudian berkembang semakin efektif sebagai kekuatan penyeimbang dominasi global AS dan blok Barat adalah terbentuknya BRICS.

Menariknya, saat ini dengan bergabungnya Iran sebagai anggota baru SCO yang dalam berbagai isu internasional dan kebijakan luar negeri selalu berada dalam satu sikap yang sama dengan Cina dan Rusia, nampaknya forum kerjasama SCO akan semakin mengembang sebagai kekuatan penyeimbang di bidang politik dan keamanan alih-alih sekadar kekuatan penyeimbang di bidang ekonomi dan perdagangan.

Sebuah terobosan baru yang selama ini tak pernah terbayangkan bakal terjadi, ternyata jadi kenyataan. Yaitu kunjungan untuk pertama kali menteri pertahanan Cina ke India sejak terjadinya konflik perbatasan (border clash) India-Cina pada Mei 2020 yang dikenal dengan a Himalayan border clash.

Dalam konflik perbatasan yang berlangsung pada Mei 2020 lalu tersebut hubungan India-Cina benar-benar berada pada titik nadir, menyusul tewasnya 20 orang personil tentara India dan 4 personil tentara Cina.

Maka kunjungan menteri pertahanan Cina ke India untuk kali sejak border clash tiga tahun lalu, membawa dampak yang positif sebagai buah dari keikutsertaan Cina maupun India dalam forum SCO. Sehingga menciptakan situasi yang kondusif menuju terciptanya kembali hubungan baik antara India dan Cina. Momentum kunjungan menteri pertahanan Cina ke India ini jadi semakin bertambah penting dan strategis karena kunjugan menteri pertahanan Cina itu berkaitan dengan pertemuan para menteri pertahanan negara-negara anggota SCO. Maka dengan demikian, SCO sejatinya sudah nyata sebagai blok politik dan keamanan untuk mengimbangi hegemoni AS dan negara-negara sekutu strategisnya yang tergabung dalam NATO. Setidaknya merupakan kekuatan alternatif di tengah masih menguatnya hegemoni global AS-NATO.

India to host SCO summit in virtual format in July

Selain daripada itu, kerjasama strategis India-Rusia pun juga semakin solid dan menguat meskipun dalam menyikapi meletusnya Krisis Ukraina-Rusia, India nampaknya kurang begitu senang dan mendesak adanya resolusi penyelesaian damai antara Rusia-Ukraina tanpa melalui agresi militer. Namun demikian meskipun India melancarkan kritik terhadap aksi militer Rusia terhadap Ukraina, dan bersikap abstain dalam pemungutan suara Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk Rusia pada Maret 2023 lalu, namun kerjasama di bidang perdagangan antara kedua negara ternyata malah meningkat sejak berlangsungnya Krisisi Ukraina-Rusia, baik dari segi volume perdagangan maupun dari segi nilai. Terutama berkaitan dengan impor minyak India dari Rusia.

Bukan itu saja. Di sela pertemuan para menteri pertahanan negara-negara SCO yang berlangsung di Goa, India, baik Rusia maupun India bersepakat untuk semakin meningkatkan kerjasama pertahanan kedua negara sekaligus memperkuat kerjasama yang bersifat unik, bertahan lama dan tahan uji.

Semakin menguatnya forum kerjasama SCO sebagai blok kerjasama di bidang politik dan keamanan nampaknya semakin solid seturut dengan pernyataan keras menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu yang menuding AS telah mempersenjatai negara-negara sekutunya untuk menghadapi Cina. Termasuk semakin gencarnya AS dan NATO dalam menggunakan persekutuan militer tiga negara (AS, Inggris dan Australia) maupun persekutuan empat negara Indo-Pasifik (AS, Australia, Jepang dan India) untuk memperluas ekspansi pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik. Menteri pertahanan Rusia juga menuding AS telah merusak Arsitektur Keamanan Global.

The Shanghai Cooperation Organization: What’s of Note So Far?

Sikap menteri pertahanan Rusia tersebut tentu saja bukan hal baru dan mengejutkan, namun fakta bahwa pernyataan tersebut disampaikan dalam forum pertemuan para menteri pertahanan negara-negara anggota SCO yang mana India bertindak sebagai tuan rumah, mengisyaratkan harapan Rusia untuk terciptanya hubungan baik dengan India dalam jangka panjang dan bertahan lama. Apalagi India juga tergabung dalam pakta pertahanan empat negara yang tergabung dalam QUAD yang sejatinya blok kerjasama pertahanan yang pro AS-NATO.

Jika kita cermati anatomi negara-negara anggota SCO, memang arus utama yang dominan adalah negara-negara yang berseteru dengan AS-NATO. Apalagi saat ini Iran resmi bergabung sebagai anggota baru SCO. Meskipun sebagian besar anggota SCO berupaya sebisa mungkin tidak mengeluarkan narasi yang keras menyerang berbagai kebijakan luar negeri dan sepak-terjang AS yang masih memandang dirinya sebagai Polisi Dunia.

Lantas bagaimana dengan sikap Pakistan mengingat India sebagai pesaingnya yang paling sengit sejak sama-sama merdeka sebagai negara bangsa saat ini semakin menjalin persekutuan yang erat dengan Cina dan Rusia yang dipandang sebagai musuh utama AS?

Harus diakui hubungan India dan Pakistan ini unik juga.  Meski dalam pertemuan para menteri pertahanan negara-negara SCO di Goa itu menteri luar negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari berkunjung ke India, namun Bhutto Zardari mengatakan hubungan Pakistan-India masih belum membaik sejak meletusnya serangan di Pulwama pada 2019. Dan kunjungan menteri luar negeri Bhutto Zardari ke India ini pun baru kali pertama.

Seorang pejalan kaki melewati kantor Sekretariat Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Beijing, China, pada 9 September 2022.

Namun uniknya, Pakistan yang juga termasuk anggota SCO seperti halnya India, telah menjalin hubungan kerjasama yang sangat baik dan konstruktif dalam forum SCO. Yang berarti Pakistan menjalin hubungan erat dan solid baik dengan Cina maupun Rusia.  Apalagi kerjasama bilateral antara Pakistan dan Cina yang merupakan salah satu motor penggerakan terbentuknya SCO, cukup erat dalam beberapa tahun belakangan ini. Meskipun menteri luar negeri Cina mengadakan pertemuan terpisah dengan India di New Delhi dan dengan Pakistan di Islamabad, pada kenyataannya India dan Pakistan terkoneksi dalam jalinan kerjasama dengan SCO melalui Cina. Dengan kata lain, forum kerjasama SCO semakin strategis dalam memainkan perannya sebagai kekuatan penyeimbang di bidang politik-keamanan maupun ekonomi-perdagangan dalam menghadapi hegemoni global AS dan blok Barat.

Hingga saat ini ada delapan negara yang tergabung sebagai anggota SCO yaitu Cina, Rusia, India, Pakistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com