Penerjemah yang baik sama dengan penulis yang baik. Ia harus menyelam menemukan kata yang tepat, juga gaya dan konteks yang membentuk gagasan dan cerita. Dari sejumlah penerjemah kita bisa mendaftar beberapa dari mereka yang terhitung mahir, dalam pengertian karya terjemahan mereka enak dibaca.
Sahat Simamora punya andil besar memperkenalkan kitab babon politik karya pakar barat yang rata-rata terbit tahun 1960-an yang menjadi rujukan mahasiswa di dunia. Ia memulai proyek terjemahannya awal tahun 1980-an, agak terlambat dibanding edisi aslinya.
Di ruang kuliah mahasiswa hanya bisa melongo mendengar nama-nama empu macam Samuel Huntington, Gabriel Almond, Sidney Verba, Robert Dahl, tanpa pernah bersentuhan langsung dengan buku mereka. Selain jarang tersedia di perpustakaan kampus kemampuan bahasa asing mahasiswa juga jadi masalah — kapasitas mencerna gagasan dalam bahasa asing lebih parah lagi.
Buku-buku mereka dikutip di jurnal, seminar, diskusi, dan di ruang kuliah. Sebuah artikel politik belum nampak “ilmiah” kalau saja penulisnya lupa menyebut nama pakar barat itu dalam tulisan mereka. Catatan kaki berulangkali menulis nama mereka untuk mendukung kesan bahwa tulisan tersebut punya basis argumen yang kuat.
The Civic Culture, Political Attitudes and Democracy in Five Nations karya Almond & Verba baru bisa dibaca publik Indonesia 20 tahun setelah edisi pertamanya terbit (1963). Di masanya buku yang diterjemahkan Sahat menjadi Budaya Politik itu belum banyak ditulis orang, juga di barat. Buku ini hasil riset yang menyertakan seribu responden untuk tiap negara yang diteliti. Dari sana kita, misalnya, jadi tahu apa yang disebut budaya politik parokial dan partisipan.
Tertib Politik di Dalam Masyarakat Sedang Berubah (judul asli Political Order in Changing Societies) karya Huntington yang edisi aslinya terbit 1968 dan edisi terjemahan tahun 1983 itu adalah buku paling banyak dirujuk para pakar. Huntington mencoba menelaah penataan dan mekanisme politik di beberapa negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin terutama pasca perang dunia kedua.
Dari jejeran penerjemah Masri Maris menempati posisi unik. Berbeda dengan Sahat yang khusus menangani buku politik Masri penerjemah multi bidang: politik, sejarah, lingkungan, juga sastra. Hanya sekitar tiga novel yang sempat saya baca ulang, Tumbangnya Seorang Diktator (edisi Inggris: The Autumn oh the Patriarch, 1975) karya Gabriel Marquez adalah satu di antaranya. Gaya realisme magis Marquez biasanya susah diadaptasi dalam terjemahan tapi Masri cukup berhasil menerjemahkan novel dengan kalimat-kalimat panjang ini yang ditiru Romo Mangun dalam novelnya Durga-Umayi.
Jika buku terjemahan Sahat dan Masri disajikan dengan bagus dan enak dibaca buku dibawah ini merupakan antonimnya. The General Theory of Employment, Interest and Money (terbit 1936) merupakan kitab babon yang menjadi rujukan mahasiswa internasional dan menjadi pedoman mengatasi ekonomi Eropa yang menderita krisis setelah perang dunia.
Diterjemahkan seorang profesor ekonomi yang sama sekali tidak dikenal sebagai penerjemah buku yang terbit tahun 1991 ini hancur sehancur-hancurnya. Kalimatnya berantakan dan kehilangan konteks. Kalau ingin melihat terjemahan verbatim buku ini benar-benar contoh sempurna.
Buku ibarat hidangan. Ia mesti tersaji dengan kelezatan seperti orang melahap makanan.
Darwati Utieh, Wartawan Senior
Facebook Comments