Dalam Pergeseran Peradaban Dunia Dimana Peran Indonesia

Bagikan artikel ini

Bagus Taruno Legowo

Pada 1998 kira-kira 20 hari (2 Mei 1998 berbarengan dengan hari Pendidikan) menjelang Soeharto menyatakan ‘berhenti’, telah di-launching buku yang sebenarnya cukup monumental, “Indonesia Di Simpang Jalan” terbitan Mizan Pustaka bekerja sama dengan KAHMI Jaya. Buku tersebut adalah kumpulan tulisan dari alumni-alumni HMI se Indonesia, diantaranya Cak Nur, Yusril Ihza Mahendra, Immadudin Abdurrahim, Amin Rais, M Amin Zein, dan banyak lagi yang lain. Saya salah satu penulis di buku itu dengan judul “Menyegarkan Visi Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.

Dalam tulisan saya itu, saya mengemukakan bahwa Indonesia pada kurun sekarang ini dan nanti, berada pada momentum sejarah yang sedang berputar dan mungkin tidak akan berulang jika kita tidak aware. Dalam analisis saya, adanya krisis 1997, bukan lah krisis yang alamiah terjadi, tetapi by scenario karena perancang krisis mengetahui sejarah sedang berjalan dan berputar dan hendak memihak Indonesia.

Kita semua tahu, sebelum Islam lahir dan kemudian berkembang dan menguasai dunia, yang namanya dunia adalah di Asia, mulai dari China, India, hingga Asia Tenggara. Itu sebab yang melatari Nabi SAW bersabda, “Belajar hingga ke negeri China”. Ketika negeri-negeri Asia mulai meredup, dan bertikai sendiri, peradaban bergeser ke Timur Tengah dan Mediterania, hingga ke Spanyol. Peradaban ada di sekitar wilayah ini, hingga terhadi Perang Salib pada sekitar 1200, dan serbuan Timur Lenk (jenderalnya Jenghiz Khan), yang membuat Dinasti Islamiah melemah.

Pada saat itu, Eropa yang semula berada pada masa “Dark Age”, mulai mengenal peradaban, science dan teknologi dari khazanah Islam. Sedikit demi sedikit, Eropa mulai tercerahkan, yang disebut dengan masa-masa renaisans. Demikian seterusnya, Eropa mulai hidup dan tumbuh, dan menjadi tumbuh lebih hebat saat ditemukan benua Amerika oleh penjelajah-penjelah Eropa (Inggris, Portugis, Belanda dan Spanyol), sebagai tanah harapan baru, yang mendorong terjadinya migrasi besar-besaran orang-orang Eropa untuk berebut dan menguasai tanah yang kaya dengan sumber daya alam yang besar. Sementara dunia Islam yang semula menjadi penguasa dunia, sedikit demi sedikit meredup.

Akhirnya dunia pun bergeser ke lembah Atlantik, Eropa dan Amerika. Mobilitas manusia dan barang dari Eropa dan Amerika dan sebaliknya menjadi sangat tinggi, yang menjadikan wilayah ini adalah wilayah yang sangat dinamis dan skala ekonomi yang besar. Perkembangan ini berlangsung hingga 1970-1980an, dimana wilayah pasifik mulai bergerak dinamik pula melalui Jepang dan dilanjut oleh Korea, dan Hongkong. Mobilitas manusia dan barang dari Amerika ke Asia dan sebaliknya mulai merambat naik dan menyaingi perkembangan di Atlantik.

Indonesia bersama dengan Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, menjadi macan-macan Asia yang mulai diperhitungkan.

Dalam laporan tahunannya sudah beberapa tahun terakhir (tahun 90an), wilayah Asia Pasifik dilaporkan adalah wilayah yang paling dinamik di dunia. Nilai perdagangan di wilayah ini mencapai hampir 80% perdagangan dunia. Teknologi di wilayah ini pun berkembang luar biasa pesat. Jepang, Korea, Taiwan, kemudian China dan India menjadi negara-negara dengan perkembangan teknologi yang pesat. Banyak perusahaan-perusahaan besar Amerika merelokasi dan memercayakan pusat-pusat produksi mereka di China, Taiwan dan India.

Inti dari paparan tersebut adalah bahwa telah terjadi pergeseran peradaban dunia, di mulai dari Asia ke Mediterania, lalu ke Atlantik, bergeser lagi ke Pasifik.

Dan Indonesia adalah negara yang posisi geopolitik dan strategisnya berada di “bibir” Pasifik. Artinya berada di episentrum peradaban dunia.

Pertanyaannya adalah apakah pergeseran sejarah dan pergeseran peradaban dunia ini akan kembali ke Asia? Jika benar demikian, apa peran Indonesia, dan apa yang harusnya dilakukan oleh Indonesia menghadapi perkembangan hal ini?

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com