Titi Viorika, pemerhati masalah komunikasi massa
Jurusan Dakwah dan Komunikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, Sulsel, pada 12 November 2013 menyelenggarakan seminar bertema “Peran Media Massa Dalam Memperkokoh Karakter Bangsa Melalui Penguatan Konstitusi di Indonesia” (Potret Dinasti Politik Pra Pemilu 2014), menghadirkan pembicara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dan pakar komunikasi Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam paparannya, mantan Ketua MK RI tersebut mengatakan, peran media massa dalam memperkokoh karakter bangsa melalui penguatan konstitusi di Indonesia, masih labil belum lurus dan kokoh. Potret dinasti pada zaman Orba, yakni adanya pembredelan media massa yang tidak sejalan dengan pemerintah dan keluarganya yang menguasai perusahaan.
Menurutnya, dalam proses ketatanegaraan, bisa diperbaiki dengan ketulusan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya serta tidak perlu memperdebatkan konstitusi yang sudah sesuai dengan teori-teori yang ada seperti trias politica.
Sedangkan, pakar komunikasi Universitas Hasanuddin Makasar, mengatakan, karakter masyarakat Indonesia sudah sangat rapuh dan daya juangnya nyaris hilang karena ditelan kepentingan sesaat yang ditempuh melalui praktik korupsi, makelar kasus dan mafia hukum.
Selain itu, ujarnya, pendidikan di Indonesia telah mengabaikan pendidikan karakter, sehingga berdampak terhadap perilaku seseorang. Sementara peran media massa sebagai institusi sosial memiliki tanggung jawab besar dalam mengakomodir kepentingan masyarakat, untuk penyebarluasan informasi dan interpretasi yang objektif tentang berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial. Hal ini dimaksudkan agar tetap terjaga nilai-nilai dan norma sosial sebagai landasan masyarakat dalam mempertahankan karakter dan jatidiri bangsa. Media massa juga diberikan tempat dalam sistem demokrasi untuk menghimpun informasi dari masyarakat guna mendukung pelaksanaan pemerintahan.
Tidak Terjawab
Seminar nengenai karakter bangsa ditinjau dari peranan media massa rasanya kurang terjawab baik oleh kedua pembicara, karena pembicara yang satu lebih menonjolkan peranan konstitusi yang apabila dilaksanakan dengan konsisten sesuai dengan maksud yang dikandungnya akan bisa mengubah watak masyarakat, sebagai contoh kesewenang-wenangan Presiden pada masa Orde Baru dapat dikendalikan pda masa-masa Reformasi.
Memang ada pembicara yang membuat peniaian terhadap kondisi masyarakat dewasa ini sebagai dampak kurang berfungsinya pendidikan telah menggambarkan berkembagnya karakter yang lemah kurang memiliki jiwa juang yang kuat, namun tidak disebutkan bagaimana peranan yang dapat dimainkan media massa.
Namun demikian mungkin kedua pembicara tampaknya ingin menggugah media massa mempunyai peranan dalam dua bidang yang penting dalam masyarakat, yaitu memeratakan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya hidup yang konsisten dengan amanat konstitusi dan penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan peradaban manusia.