FIDEL CASTRO

Bagikan artikel ini
Untuk apa orang berkerumun sebanyak itu, Fidel? Mereka ingin mendengar pidatoku.
Soekarno konon pernah ditanya Krushchev untuk apa ia buang-buang uang pinjaman membangun stadion besar Senayan dalam keadaan krisis ekonomi dan politik? Supaya rakyat bisa berkumpul mendengar pidatoku, jawab sang presiden.
Pidato mungkin mesin diesel politik paling andal. Orator-orator ulung macam Soekarno dan Fidel Castro tahu belaka orang mudah takluk dengan kata-kata menggelegar bak semburan petir. Tidak perlu waktu lama hanya untuk mengajak mereka berjuang melawan pihak sini dan situ. Mereka mirip air bah sekali meledak akan sulit dihentikan.
Dibandingkan semua ahli pidato dunia sepanjang abad lalu dan mungkin juga kini rasanya tak satu pun sanggup melebihi Castro (1926 – 2016). Setahun setelah kemenangannya merebut Cuba ia berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang kelak dikenang sebagai pidato paling memikat dan terlama dalam sejarah organisasi itu. Hari itu, 26 September 1960, sang revolusioner memukau dunia dengan pidato berdurasi 4 jam 29 menit.
Mungkin gambar satu orang atau lebih dan orang berdiri
Hampir 40 tahun kemudian el comandante mengulang lagi gelegar pidatonya. Kali ini lebih yahud. Usai terpilih kembali sebagai presiden Cuba dalam kongres partai di Havana 24 Februari 1998 tokoh yang selamat dari 634 kali ancaman pembunuhan itu menceramahi peserta sidang dan rakyat Cuba selama 7 jam 30 menit.
Mungkin itu pidato terlama yang sulit ditumbangkan bahkan Marcus Tullius Cicero, jago pidato Romawi kuno, pun barangkali angkat tangan. Kurang begitu jelas apa yang disampaikan Fidel dalam waktu sepanjang itu. Tapi dapat diperkirakan ia hanya bermaksud mengatakan Amerika dan sekutunya tak sanggup menekuk rakyat Cuba meski berulang kali mengirim ancaman maut kepadanya dan bahwa revolusi akan terus menyala hingga akhir zaman.
Fidel tentu paham tepuk tangan dan kepalan tinju hanya bergemuruh pada 30 menit awal. Setelah itu orang mulai menguap dan mengambil posisi pojok sekadar rehat. Tapi di Cuba bahkan untuk menguap pun orang harus berpikir panjang. Tepukan itu, kepalan itu, memang berlanjut tapi nampak terpaksa. Mata intel menyapu seluruh ruangan dan kepalan yang tidak bertenaga akan dicatat sebagai virus asing yang perlu divaksin.
Darwati Utieh, wartawan senior.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com