HAGIA SOPHIA

Bagikan artikel ini
Sudah banyak yang menulis tentang tempat ini. Catatan baru rasanya tak akan mengubah apapun. Fakta dan opini.
Inilah Hagia Sophia. Aya Sofia. Kebijaksanaan Suci. Elemen kedua dalam Trinitas.
Dibangun pada tahun 537, di era Kaisar Justinian I, sebagai Gereja Ortodoks utama di Konstantinopel. Pada masa itu, ia yang terbesar di Emporium Romawi Timur.
Tahun 1204, Tentara Salib merebutnya, dan mengubahnya menjadi Gereja Katolik yang berkiblat ke Vatikan di Roma sampai 1261.
Ketika pasukan Muslim mengepung Konstantinopel pada April dan Mei 1453, Kaisar Konstantinus XI mengharapkan bantuan dari Roma. Kelompok ekstrim lain di dalam tembok kota mengatakan, Usmaniah tidak lebih buruk dari Roma. Atau dengan kata lain, lebih baik ditaklukkan Usmaniah daripada mendapatkan bantuan dari Roma.
Mungkin gambar 1 orang, berdiri, luar ruangan dan monumen
Pun sampai akhirnya Sultan Muhammad al Fatih merengsek memasuki kota yang sudah porak poranda, bantuan yang diharapkan Konstaninus XI itu tak kunjung tiba. Beberapa sekutunya sudah balik badan meninggalkan kota.
Konstantinus XI terpaksa terjun ke pertempuran dan diyakini ikut tewas bersama pasukannya. Ada catatan yang mengatakan, kepalanya dipenggal dan diserahkan kepada Mehmet al Fatih.
Konstantinopel direbut Usmaniah di hari ke 53 pengepungan, Jumat, 29 Mei 1453. Setelah memasuki dinding kota, tempat pertama yang didatangi Sultan Mehmet al Fatih adalah Hagia Sophia.
Di hari itu juga dari Gereja Ortodoks, Hagia Sophia menjadi Masjid Aya Sofia.
Tahun 1935, setelah Usmaniah berubah menjadi Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk mengubah Masjid Aya Sofia menjadi museum. 70 tahun kemudian, di tahun 2005, saya bekunjung ke museum itu. Sungguh mengagumi keindahan dan keagungannya.
Tahun lalu, Erdogan mengembalikan fungsi Aya Sofia sebagai tempat beribadah. Pekan lalu saya mengunjungi masjid itu. Menunaikan shalat tahiyatul masjid di saf depan, di bawah lukisan Bunda Maria yang memangku bayi Isa al Masih. Yang kini ditutupi dua helai kain putih.
Keterangan foto: 2005 vs 2021.
Teguh Santosa, wartawan senior dan mantan wakil rektor Universitas Bung Karno, Jakarta. 
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com