Indonesia dan ASEAN Harus Pro Aktif Desak BTWC Prakarsai Investigasi Aktivitas Ilegal Biolab AS di Ukraina dan Asia Tenggara

Bagikan artikel ini

Amerika Serikat sepertinya tetap berupaya melalui berbagai cara untuk mencegah adanya prakarsa dunia internasional melakukan investigasi terhadap kegiatan-kegiatan riset/penelitian laboratorium-laboratorium biologis yang disponsori oleh kementerian pertahanan AS (Pentagon), menyusul temuan adanya 30 biolab militer AS di Ukraina.  Untuk mencegah adanya prakarsa komunitas internasional tersebut, maka dalam beberapa waktu belakangan ini Washington secara intens menggalang dukungan beberapa negara yang tergabung dalam Biological and Toxin Weapons Convention(BTWC)  rencananya akan mengggelar pertemuan tingkat tinggi pada November 2022 mendatang.

Menyadari adanya tujuan dan agenda AS tersebut, maka selayaknya Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam negara-negara perhimpungan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersepakat menolak ikut serta dalam prakarsa Washington menggalang dukungan negara-negara anggota BTWC menolak adanya investigasi mengenai kegiatan laboratorium-laboratorium biologis militer AS yang beroperasi negara-negara di luar wilayah kedaulatan AS.

Sebaliknya, Indonesia dan negara-negara mitra yang tergabung dalam ASEAN perlu mengangkat isu yang jauh lebih strategis yaitu Investigasi Terhadap Aktivitas-Aktivitas Laboratorium Biologis AS di Luar Negeri.

Kekhawatiran semacam ini kiranya cukup beralasan. Seturut dengan temuan beberapa laboraotorium biologis AS di Ukraina, kekhawatiran yang sama juga menyebar di pelbagai negara di belahan dunia. Tak terkecuali Indonesia. Apalagi Indonesia pernah punya pengalaman buruk ketika laboratorium NAMRU-2 AS terungkap merupakan sarang operasi intelijen angkatan laut AS di Indonesia. Lebih mengkhawatirkan lagi ketika situs berita Detik pernah mengangkat berita adanya rencana operasi terselubung untuk mengumpulkan darah manusia dan anjing gila sebagai sampel dalam sebuah event yaitu the 2016 Pacific Partnership exercise di Pandang, Sumatera Barat.

Baca juga: Evidence exposes US’ continued bio research in Indonesia despite ban  

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang berperan besar dalam menutup laboratorium biologi NAMRU-2 pada 1999, dalam wawancara dengan situs berita Sputnik, mengatakan bahwa bantuan pemerintah AS untuk pencegahan penyakit TBC dan Malaria sebagaimana dalih dari keberadaanNAMRU-2 di Indonesia, hasilnya dalam 40 tahun keberadaannya di Indonesia, sama sekali tidak signifikan. Dengan kata lain, tak ada hasilnya sama sekali. Kedua penyakit Pandemic tersebut tetap tinggi.

“Yang saya tahu, laboratorium NAMRU-2 itu bersifat tertutup, para penelitinya kebanyakan para perwira angkatan laut AS yang mana semuanya mempunyai status diplomatic immunity (kekebalan diplomatik),” demikian menurut keterangan mantan menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Makarim Wibisono, diplomat senior Kementerian Luar Negeri RI dalam seminar terbatas di Global Future institute pada 2018 lalu, mengatakan bahwa status kekebalan diplomatik para karyawan NAMRU-2 dijadikan sarana terselubung untuk mengirim virus H5N1 melalui koper diplomatik,sehingga tak perlu deteksi kantor imigrasi. Menurut Wibisono, kita harus mengakui pemerintah kita kecolongan pada saat perjanjian kerjasama antara Departemen Kesehatan dan Angkatan Laut AS ditandatangani pada 1974.  Untunglah berkat kepekaan Siti Supari sebagai peneliti, praktek biolab bertujuan ganda Namru-2 AS akhirnya terbongkar pada 2008, dan ditutup pada 2009.

Makan masuk akal ketika penemuan adanya 30 biolab AS yang beroperasi di Ukraina menyusul aksi militer terbatas Rusia ke Ukraina, dengan tak ayal  menimbulkan  efek domino. Pemerintah Cina melalui juru bicara kementerian luar negerinya Zhao Lijian, secara eksplisit menyatakan bahwa pemerintah Cina mendesak AS membuka semua informasi terkait aktivitas laboratorium-laboratorium biologis militer AS secara lebih rinci selama beroperasi di Ukraina. Dan mendesak AS untuk tidak menghalang-halangi Investigasi dan verifikasi Protokol berdasarkan ketentuan BTWC.

Baca juga: China demands full information about US biolabs in Ukraine 

The White House, Pentagon and State Department have all unequivocally denied the claims about biological weapons laboratories in Ukraine.

Tentunya Cina bukan negara satu-satunya yang mendesak adanya investigasi dan verifikasi aktivitas biolab biologis militer AS di Ukraina, Georgia dan beberapa negara lainnya.  Sebab menurut beberapa temuan, setidaknya ada sekitar 46 laboratorium sipil dan pusat perawatan kesehatan (healt care institute) di Ukraina yang mendapat dana bantuan dari AS. Meskpun dengan dalih bantuan tersebut dalam kerangka peaceful activities during the past 20 years.

Maka itu, Indonesia dan ASEAN harus pro aktif mendesak BTWC prakarsai investigasi secara menyeluruh semua aktivitas biolab AS yang beroperasi di Ukraina dan tentunya kawasan Asia Tenggara. Tak terkecuali Indonesia, yang tentunya paling beralasan kuat untuk khwatir mengingat pengalaman buruk beroperasinya NAMRU-2 AS di Jakarta sejak 1970an hingga 2009.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com