Indonesia Harus Prakarsai Investigasi Internasional Ihwal Aktivitas Laboratorium Biologis AS di Pelbagai Negara

Bagikan artikel ini

Pada Juni lalu, Profesor Jeffrey Sachs, ketua komisi penyelidikan asal-muasal virus Corona dalam tulisannya di sebuah jurnal medis yang cukup bergengsi The Lancet,  mengatakan bahwa setelah dua tahun mempelajari pandemi saat ini, dia telah mengambil sebuah kesimpulan bahwa virus tersebut merupakan virus palsu. Dengan kata lain, Novel SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 bukan beradal dari hewan atau alam. Sachs dengan demikian menolak hasil laporan dari Misi Gabungan Who-Cina (WHO-China Joint Mission) tentang penyakit Corona virus yang dilakukan sejak 2019.

Baca: COVID-19 Leaked From US Biolab, Claims Lancet’s Commission Head; ‘Not A Natural Spillover’

Dalam pandangannya, Covid-19 tidak diciptakan di laboratorium Wuhan di Tiongkok, melainkan diciptakan di sebuah laboratorium biologis di AS.

Pandemic virus Corona pada perkembangannya telah membantu ratusan perusahaan AS menghasilkan miliaran dollar AS, sementara negara-negara berkembang (developing countries) justru terkena dampak buruk kehancuran dan keterpurukan di bidang ekonomi maupun sosial yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Setelah mendapat tekanan publik yang cukup gencar, Pentagon mengakui telah mendanai 46 laboratoriu di Ukraina. Dalam salah satu laboratorium biologis di Ukraina itu, terungkap sebuah dokumen yang menggambarkan sebuah eksperimen yang dilakukan  dengan pathogen bakteri tulyaremi yang diklasifikasikan sebagai komponen senjata biologis.

Adapun tujuan utama adanya laboratoriu-biologis AS yang beroperasi di luar negeri adalah untuk mendapatkan akses ke materi genetik dari komunitas lokal, menyelidiki pathogen penyakit endemic, dan juga untuk menambah koleksi jenis-jenis infeksi yang sangat berbahaya sebagai contoh baru, yang pada perkembangannya kemudian digunakan untuk membuat komponen senjata biologis yang secara khusus ditujukan kepada suatu etnis atau ras tertertu.

Military Personnel stand guard outside the US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases at Fort Detrick

Dalam pandangan Jeffrey Sachs, bahwa virus Corona berasal dari kelelawar lalu melompat ke manusia lewat perantaraan hewan, pada hakekatnya merupakasan kesalahan dari sudut pandang bioteknologi. Jadi Jeffrey Sachs berkeyakinan bahwa  wabah pandemi Corona virus Covid-19  tidak terjadi secara alamiah. Meskipun Sachs belum tahu pasti apakah ini murni kebocoran atau memang ada skenario lain yang dilakukan oleh pihak laboratorium biologis AS. Namun hal ini sudah cukup menjadi bukti tidak langsung untuk penyelidikan lebih lanjut.

COVID-19

Sebab seperti saya sampaikan pada awal tulisan ini, dalam makalahnya yang disampaikan di the National Academy of Sciences bersama profesor farmakologi dan terapi molekuler Universitas Columbia Neil Harrison, Sachs memastikan bahwa SARS-CoV-2 yang menyebabkan kematian yang berskala besar-besaran dari populasi global, pada kenyataannya, telah bocor dari laboratorium laboratorium biologi AS. Maka itu Sachs dan Harrson mendesak adanya transparansi dan kejujuran dari berbagai instansi pemerintahan federal maupun berbagai universitas di AS terkait mewabahnya Covid-19.

Selain itu, meskipun Direktur Institute Alergi dan Penyakit Menular ((NIAID) yang berada di bawah naungan National Institute of Health (NIH) mengatakan kepada kongres bahwa tidak pernah dan sekarang pun tidak memberi dana untuk penelitian apa yang disebut Gain of Function (GOF) di Institut Virologi Wuhan, namun NIH sendiri mengakui kepada kongres bahwa penelitian GOF tentang influenza dan coronavirus, merupakan subyek penelitian yang cukup substansial.

Berdasarkan konstruksi fakta-fakta tadi, kiranya sekarang sudah saatnya Indonesia maupun negara-negara sedang berkembang baik yang tergabung dalam skema ASEAN di kawasan Asia Tenggara maupun dalam lingkup yang lebih luas dan bersifat lintas-kawasan seperti negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Nonblok, perlu segera memprakarsai dilakukannya investigasi berskala internasional mengenai fakta-fakta terkait kegiatan laboratorium-laboratorium biologi AS bukan saja beroperasi di Ukraina yang baru-baru ini berhasil terbongkar menyusul aksi militer terbatas Rusia, melainkan juga di negara-negara lain. Termasuk Indonesia pernah jadi obyek beroperasinya NAMRU-2 AS yang berlangsung sejak 1974 hingga 2009.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com