Indonesia-Vietnam Tingkatkan Kerjasama Perdagangan dan Investasi

Bagikan artikel ini

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa dilihat dari tahun ke tahun, negara perdagangan Indonesia cenderung membaik. Tercatat pada 2014 defisit sebesar 966,5 juta dolar AS dan, 2015 defisit 421 juta dolar AS dan pada 2016 mengecil menjadi 182,9 juta dolar AS.

“Neraca perdagangan kita dengan Vietnam cenderung membaik, dari minus 966,5 juta dolar AS pada 2014, saat ini pada periode Januari-Mei 2017, positif 5,1 juta dolar AS. Kita ingin menjaga bahkan mendorong momentum ini agar neraca perdagangan kita dengan Vietnam semakin membaik,” kata Enggartiasto dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin, 14 Agustus 2017.

Indonesia dan Vietnam menaruh perhatian besar pada peningkatan perdagangan dan investasi bilateral, di samping kerja sama peningkatan kualitas lada dan pengelolaan pasar karet dunia.

Hal tersebut dibicarakan oleh Enggartiasto dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Vietnam Tran Tuan Anh pada Pertemuan ke-7 Indonesia-Viet Nam Joint Commission on Economic, Science, and Technical Cooperation (JC-ESTC), Sabtu (12/8), di Hanoi, Vietnam.

Pada pertemuan tersebut, Enggartiasto menyatakan pentingnya kerja sama Indonesia dan Vietnam di bidang investasi. Investasi Indonesia di Vietnam antara lain mencakup sektor properti, semen, dan eksplorasi batu bara.

“Kita meminta perhatian khusus Pemerintah Vietnam untuk tidak menciptakan iklim yang dapat merugikan investasi Indonesia di Vietnam, tetapi justru mendorong lebih besar lagi. Sebaliknya, kita juga mencatat minat Vietnam untuk berinvestasi di sektor batu bara di Indonesia, yang tentunya kita sambut baik,” kata Enggartiasto.

Pertemuan tersebut sepakat untuk mendorong kerja sama di berbagai bidang, mulai dari promosi ekspor, kerja sama industri, investasi, energi seperti gas dan minyak, pertanian, perikanan, transportasi, keuangan, perbankan dan telekomunikasi, serta kerja sama peningkatan kualitas lada.

Mengingat Vietnam telah menjadi produsen utama karet dunia, Mendag juga menyampaikan ajakan kepada Menteri Perdagangan dan Industri Vietnam agar bergabung ke dalam International Tripartite Rubber Council yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

JC-ESTC merupakan forum pertemuan rutin antara Menteri Perdagangan RI dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Vietnam yang dibentuk pada tahun 1990 untuk meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknik, termasuk di dalamnya pengembangan investasi dan perluasan peluang bisnis antara Indonesia dan Vietnam.

Sebelum pertemuan tersebut, JC-ESTC sudah diadakan sebanyak enam kali dan pertemuan terakhir diselenggarakan tahun 2012 di Jakarta. Setelah vakum selama lima tahun, Enggartiasto berinisiatif menggelar kembali forum ini untuk menggairahkan kegiatan perdagangan dan investasi antara kedua negara. Pertemuan tersebut memiliki arti penting karena Vietnam menargetkan diri untuk menjadi “ASEAN manufacturing hub” sejak bergabung dalam Trans-Pacific Partnership Agreement (TPP) dan berhasil menarik banyak investasi asing.

“Strategi kita adalah merangkul Vietnam dengan memperkuat posisi negara ini sebagai salah satu simpul utama jaringan suplai regional Indonesia di ASEAN. Ini strategi yang lebih praktis bagi Indonesia daripada mencoba menyaingi Vietnam secara frontal,” imbuh Enggartiasto.

Indonesia mengangkat masalah akses pasar ke Vietnam, antara lain untuk produk obat-obatan, batu bara, daging Wagyu, dan bibit telur untuk ditetaskan. Sementara Vietnam menyoroti kebijakan pengamanan perdagangan Indonesia, importasi hortikultura, dan kandungan lokal.

Enggartiasto menambahkan, pasar Vietnam adalah terbesar ketiga di ASEAN setelah Indonesia dan Filipina, yakni 93,3 juta jiwa. Kelas menengah sedang tumbuh dengan usia produktif mencapai 70 persen dari total penduduk.

“Karena itu, Indonesia perlu memberi perhatian khusus pada Vietnam bukan saja karena potensi ekonominya sebagai pasar, tetapi juga sebagai tujuan investasi untuk memasuki negara lain yang memiliki FTA bilateral dengan Vietnam,” ujar Enggartiasto.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2016 mencapai 6,3 miliar dolar AS. Neraca perdagangan Indonesia-Vietnam pada tahun 2016 defisit bagi Indonesia sebesar 182,9 juta dolar AS.

Ekspor Indonesia ke Vietnam pada periode Januari-Mei 2017 tercatat sebesar 1,40 miliar dolar AS atau naik 35,32 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1,03 miliar dolar AS. Sementara impor Indonesia dari Vietnam pada periode yang sama tercatat 1,39 miliar dolar AS, atau naik 3,98 persen.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com